Melalui Kisah-kisah yang tertulis dalam buku ini , sebenarnya penulis hendak menceritakan tentang kehidupan , terutama tentang perjalanan dan pengalaman penulis sendiri selama ini di dalam mencari makna dan arti kehidupan ini ... hingga akhirnya setitik Cahaya mulai menerangi di dalam kegelapan ... Perjalanan ini belumlah selesai ... Namun ,semoga apa yang penulis sajikan ini bisa bermanfaat bagi kita semua , Amiin Ya Robbal `alamiin
Minggu, 21 Mei 2017
RESIGN DARI KEGELAPAN
Resign dari kegelapan menuju jalan yang lebih
terang kadang seperti keluar dari pada suatu keadaan yg selama ini bisa
membuatku hidup walau dalam keadaan tersebut jalan yg ku lalui sering
kali bertentangan dengan hati nurani karena banyak sekali dosa2 yg
seolah terpaksa harus ku lakukan agar ku bisa bertahan hidup , ... dan
ingin sekali ku beralih dari keadaan tersebut dan melakukan hal yg jauh
lebih baik dan benar .. namun hal itu bagaikan keluar daripada suatu
keadaan dan kini di hadapkan pada sebuah
jurang yg amat dalam yg jika aku lalui , maka logika ini berkata bahwa
aku pasti akan jatuh dan dan mati .... tapi ... iman keyakinan dan hati
nurani berkata lain bahwa aku tidak boleh ragu2 di dalam memilih jalanku
ini .... karena mungkin memang aku akan jatuh,tapi Jika Allah SWT
menghendaki,maka aku tidak akan mati ..... mungkin saja di saat aku
jatuh,ada sesuatu yg bisa ku raih yg akan bisa menyelamatkanku dan
membuat keadaanku jauh lebih baik daripada sebelumnya sebagai
Pertolongan Allah SWT yg tiada di sangka2 datangnya .... ya.. hidup
memang sering kali tak seperti apa yg kita inginkan / fikirkan , ...
tapi jika hati kita penuh keyakinan padaNya selalu apapun keadaannya
walau bertentangan dengan logika dan bahkan walau harus menerima
kematian sebagai resikonya .... maka hal itu tak akan pernah menjadi hal
yg sia-sia .....
KELUASAN HATI
Ada seseorang sebutlah si fulan yg selalu tidak puas dengan rumah yg ia miliki , karena ia merasa rumah itu masih terlalu sempit baginya , walau sebenarnya ia telah berpindah rumah beberapa kali ke rumah yg lebih luas dan lebih luas lagi , sehingga ia sendiri akhirnya bingung bagaimana mengatasi hal ini ....
Lalu ada seorang kawan yang sangat bijaksana menyuruhnya memasukkan barang2 yang banyak sekali ke dalam rumahnya , dan ia turuti nasihat itu .... akan tetapi ternyata ia justru makin merasa sempit sekali dengan adanya tambahan barang2 tersebut , dan ia pun memberitahukan hal itu pada kawannya tersebut .....
Lalu sang kawan hanya tersenyum dan malah menyuruhnya memasukkan barang2 yg lebih banyak lagi , hingga si fulan itu pun seolah tidak bisa bergerak / bernafas karena begitu semakin sempitnya rumahnya itu dan semakin menderita batinnya ...
Lalu kini sang kawan itu mulai menyuruh mengeluarkan semua barang2 tersebut satu persatu , hingga akhirnya si fulan merasa lega,rumahnya terasa lebih luas dan kini ia merasa bisa bernafas dengan lega ...
Lalu berkatalah sang kawan " Hai fulan,kini kau sudah bisa merasa bahwa rumahmu sekarang terasa lebih luas dan kau bisa bernafas dengan lega ... padahal tadi sebelum aku suruh engkau memasukkkan barang2 tersebut kau bahkan selalu mengeluh bahwa rumahmu seolah sempit rasanya dan kau tidak puas dengan hal itu ..... tapi kini ,kemana semua keluhanmu itu ? ....
Ketahuilah , bahwa sesungguhnya penderitaan yg kau rasakan itu ,kesempitan itu , sebenarnya hanya terjadi di hatimu saja .... karena jika kau bisa mensyukuri semua yang ada yang kita terima dalam kehidupan ini , nikmat karunia Ilahi .. maka niscaya hatimu akan bisa selalu bahagia ...
Lalu ada seorang kawan yang sangat bijaksana menyuruhnya memasukkan barang2 yang banyak sekali ke dalam rumahnya , dan ia turuti nasihat itu .... akan tetapi ternyata ia justru makin merasa sempit sekali dengan adanya tambahan barang2 tersebut , dan ia pun memberitahukan hal itu pada kawannya tersebut .....
Lalu sang kawan hanya tersenyum dan malah menyuruhnya memasukkan barang2 yg lebih banyak lagi , hingga si fulan itu pun seolah tidak bisa bergerak / bernafas karena begitu semakin sempitnya rumahnya itu dan semakin menderita batinnya ...
Lalu kini sang kawan itu mulai menyuruh mengeluarkan semua barang2 tersebut satu persatu , hingga akhirnya si fulan merasa lega,rumahnya terasa lebih luas dan kini ia merasa bisa bernafas dengan lega ...
Lalu berkatalah sang kawan " Hai fulan,kini kau sudah bisa merasa bahwa rumahmu sekarang terasa lebih luas dan kau bisa bernafas dengan lega ... padahal tadi sebelum aku suruh engkau memasukkkan barang2 tersebut kau bahkan selalu mengeluh bahwa rumahmu seolah sempit rasanya dan kau tidak puas dengan hal itu ..... tapi kini ,kemana semua keluhanmu itu ? ....
Ketahuilah , bahwa sesungguhnya penderitaan yg kau rasakan itu ,kesempitan itu , sebenarnya hanya terjadi di hatimu saja .... karena jika kau bisa mensyukuri semua yang ada yang kita terima dalam kehidupan ini , nikmat karunia Ilahi .. maka niscaya hatimu akan bisa selalu bahagia ...
Minggu, 07 Mei 2017
BAGAIMANA KU BISA BERHADAPAN DENGAN TUHAN DGN KONDISIKU YANG SEPERTI INI ?
Salah satu temanku .... berhenti melakukan sholat 5 waktu ... dan ketika ku tanya , dia menjawab bahwa dia malu dengan kondisinya saat ini yg belum bisa melakukan apa yg dia ucapkan dalam sholatnya, bahwa sesungguhnya sholatku hidupku matiku hanya untuk Allah SWT ... tapi kenyataannya dia belum bisa seperti itu sehingga dia merasa antara ucapan dan hati tidaklah sama atau semacam kebohongan yang dia ucapkan , dan dia merasa malu berhadapan dengan Tuhan atas hal itu ....
Inilah yang membuatnya merasa tidak mantap dalam sholatnya selalu dan memutuskan untuk berhenti sampai dia merasa mantap untuk melakukan sholat / berhadapan dengan Tuhan ...
Sebenarnya , ingin sekali ku katakan padanya " Mas ... manusia mana yang dalam hidupnya bersih dari pada kekhilafan dan dosa-dosa ? ...
Kita melakukan sholat tidak harus menunggu sampai kita ini bersih .... bahkan justru dengan melakukan sholat 5 kali sehari , maka seolah-olah kita yang kotor ini dalam 5 kali sehari melakukan pembersihan diri / mandi ...
Kita sholat selain sebagai pembersihan diri , juga saat itu sekaligus kita minta petunjuk dan pertolongan Allah SWT atas kondisi kita ini yang memang tiada daya dan upaya melainkan hanya atas pertolongan Allah SWT semata ...
Kemantapan tidak bisa di tunggu ... bagaikan menunggu di bawah sebuah pohon berharap sang tupai akan menjatuhkan buah untuk kita ... tidak , jangan seperti itu , ... tapi semua harus di upayakan dan kita harus berusaha meraihnya untuk memperolehnya ...
Inilah yang membuatnya merasa tidak mantap dalam sholatnya selalu dan memutuskan untuk berhenti sampai dia merasa mantap untuk melakukan sholat / berhadapan dengan Tuhan ...
Sebenarnya , ingin sekali ku katakan padanya " Mas ... manusia mana yang dalam hidupnya bersih dari pada kekhilafan dan dosa-dosa ? ...
Kita melakukan sholat tidak harus menunggu sampai kita ini bersih .... bahkan justru dengan melakukan sholat 5 kali sehari , maka seolah-olah kita yang kotor ini dalam 5 kali sehari melakukan pembersihan diri / mandi ...
Kita sholat selain sebagai pembersihan diri , juga saat itu sekaligus kita minta petunjuk dan pertolongan Allah SWT atas kondisi kita ini yang memang tiada daya dan upaya melainkan hanya atas pertolongan Allah SWT semata ...
Kemantapan tidak bisa di tunggu ... bagaikan menunggu di bawah sebuah pohon berharap sang tupai akan menjatuhkan buah untuk kita ... tidak , jangan seperti itu , ... tapi semua harus di upayakan dan kita harus berusaha meraihnya untuk memperolehnya ...
Jumat, 05 Mei 2017
Kamis, 04 Mei 2017
Rabu, 03 Mei 2017
IKHLAS SELAMA 40 HARI
Nabi SAW bersabda :
“Tidak ada seorang hamba yang ikhlas mengerjakan amal karena Alloh selama 40 hari kecuali akan muncul pancaran nur-nur hikmah dari hati sampai ke lisannya”. (HR. Ibnul Addy dan Ibnul Juuzy dari Abi Musa Al-Asyary).
Nabi Musa menemui Tuhan di Bukit Sina setelah uzlah melepaskan diri dari hiruk pikuk dunia dengan mengisi hidupnya dengan ibadah dan dzikir selama 40 hari sebagaimana telah dijelaskan dalam QS al a ’raf 142.
Nabi Muhammad SAW. sebelum menerima wahyu pertama terlebih dahulu beliau menempa dirinya dengan uzlah di Gua Hira selama 40 hari
“Tidak ada seorang hamba yang ikhlas mengerjakan amal karena Alloh selama 40 hari kecuali akan muncul pancaran nur-nur hikmah dari hati sampai ke lisannya”. (HR. Ibnul Addy dan Ibnul Juuzy dari Abi Musa Al-Asyary).
Nabi Musa menemui Tuhan di Bukit Sina setelah uzlah melepaskan diri dari hiruk pikuk dunia dengan mengisi hidupnya dengan ibadah dan dzikir selama 40 hari sebagaimana telah dijelaskan dalam QS al a ’raf 142.
Nabi Muhammad SAW. sebelum menerima wahyu pertama terlebih dahulu beliau menempa dirinya dengan uzlah di Gua Hira selama 40 hari
Minggu, 30 April 2017
Sakaratul Maut Menurut Imam Al-Ghazali
“Demi Allah, seandainya jenazah yang sedang kamu
tangisi itu boleh berbicara sekejap, lalu menceritakan (pengalaman sakaratul
mautnya) pada kamu, nescaya kamu akan melupakan jenazah tersebut, dan
mulai menangisi diri kamu sendiri”.
(Imam Ghazali mengutip atsar Al-Hasan).
Beberapa Dalil Naqli Datangnya Kematian Menurut Al Qur’an :
1. Kematian bersifat memaksa dan akan menghampiri manusia walaupun kita berusaha menghindari risiko kematian.
Katakanlah:
"Sekiranya kamu berada di rumahmu, nescaya orang-orang yang telah
ditakdirkan akan mati terbunuh itu ke luar (juga) ke tempat mereka
terbunuh". Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam
dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha
Mengetahui isi hati. (QS Ali Imran, 3:154)
2.
Kematian akan mengejar sesiapapun meskipun ia berlindung di balik benteng
yang kukuh atau berlindung di sebalik teknologi kedoktoran yang canggih
serta ratusan doktor terbaik yang ada di muka bumi ini.
Di mana saja
kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, walaupun pun kamu di dalam
benteng yang tinggi lagi kukuh, dan jika mereka memperoleh kebaikan,
mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka
ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan, "Ini (datangnya) dari sisi
kamu (Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah". Maka
mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami
pembicaraan sedikit pun? (QS An-Nisa 4:78)
3. Kematian akan mengejar sesiapapun walaupun ia lari untuk menghindarinya.
Katakanlah:
"Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya
kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada
(Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". (QS al-Jumu’ah, 62:8)
4. Kematian datang secara tiba-tiba.
Sesungguhnya
Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan
Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim.
Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang
akan diusahakannya esok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di
bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal. (QS, Luqman 31:34)
5. Kematian telah ditentukan waktunya, tidak dapat ditunda atau dipercepat
Dan
Allah tidak akan sekali-kali menangguhkan (kematian) seseorang apabila
datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (QS, Al-Munafiqun, 63:11)
Dahsyatnya
Rasa Sakit Saat Sakaratul MautSabda Rasulullah SAW : “Sakaratul maut
itu sakitnya sama dengan tusukan tiga ratus pedang” (HR Tirmidzi)
Sakitnya Saat Sakaratul Maut
Sabda
Rasulullah SAW : “Kematian yang paling ringan ibarat sebatang pohon
penuh duri yang tercucuk di selembar kain sutera. Apakah batang pohon
duri itu dapat diambil tanpa terbawa sekali bahagian kain sutera yang
terkoyak?” (HR Bukhari)Atsar (pendapat) para sahabat Rasulullah SAW .
"Ingin aku jadi rumput sahaja, supaya dimakan oleh kuda kerana amat ngerinya siksaan Allah" ( Saidina Abu Bakar As-Siddiq)
Ka’b
al-Ahbar berpendapat : “Sakaratul maut ibarat sebatang pohon berduri
yang dimasukkan kedalam perut seseorang. Lalu, seorang lelaki menariknya
dengan sekuat-kuatnya sehingga ranting itu pun membawa semua bahagian
tubuh yang tersangkut padanya dan meninggalkan yang tersisa”.
Imam
Ghazali berpendapat : “Rasa sakit yang dirasakan selama sakaratul maut
menikam jiwa dan tersebar ke seluruh anggota tubuh sehingga bahagian
orang yang sedang sakarat merasakan dirinya ditarik-tarik dari setiap
urat nadi, urat saraf, persendian, dari setiap akar rambut dan kulit
kepala hingga kaki”.Imam Ghazali juga mengutip suatu riwayat ketika
sekelompok Bani Israel yang sedang melalui sebuah pekuburan berdoa pada
Allah SWT agar menghidupkan satu mayat dari pekuburan itu sehingga
mereka dapat mengetahui gambaran sakaratul maut.
Dengan
izin Allah melalui suatu cara tiba-tiba mereka dihadapkan pada seorang
lelaki yang muncul dari salah satu perkuburan. “Wahai manusia !”, kata
lelaki
tersebut. “Apa yang kamu kehendaki dariku? Lima puluh tahun yang lalu
aku mengalami kematian, namun hingga kini rasa perit bekas sakaratul
maut itu belum juga hilang dariku.”Proses sakaratul maut akan memakan
waktu yang berbeza untuk setiap orang, dan tidak dapat dikira dalam
ukuran detik seperti kiraan waktu dunia ketika kita menyaksikan
detik-detik terakhir kematian seseorang. Mustafa Kamal Attaturk, bapa
permodenan Turki, yang mengganti Turki dari negara
bersyariat Islam menjadi negara tanpa ideologi, mengalami proses
sakaratul maut
selama 6 bulan (walau nampak hanya beberapa detik), seperti dilaporkan
oleh salah satu keturunannya melalui sebuah mimpi.
Rasa
sakit sakaratul maut dialami setiap manusia, dengan berbagai macam
tingkat rasa sakit, ini tidak terkait dengan tingkat keimanan atau
kezaliman seseorang selama ia hidup. Sebuah riwayat bahkan mengatakan
bahwa rasa sakit sakaratul maut merupakan suatu proses pengurangan kadar
siksaan akhirat kita kelak. Wallahu a’lam bis shawab.
Sakaratul
Maut bagi Orang-orang yang Zalim (menzalimi Diri Sendiri)
Imam Ghazali mengutip sebuah riwayat
yang menceritakan tentang keinginan Ibrahim as untuk melihat wajah
Malaikatul Maut ketika mencabut nyawa orang zalim. Allah SWT pun
memperlihatkan gambaran perupaan Malaikatul Maut sebagai seorang lelaki
besar berkulit legam, rambut berdiri, berbau busuk, memiliki dua mata,
satu didepan satu dibelakang, mengenakan pakaian serba hitam, sangat
menakutkan, dari mulutnya keluar jilatan api, ketika melihatnya Ibrahim
as pun pengsan tak sedarkan diri. Setelah sedar Ibrahim as pun berkata
bahawa dengan memandang wajah Malaikatul Maut rasanya sudah cukup bagi
seorang pelaku kejahatan untuk menerima ganjaran hukuman kejahatannya,
padahal hukuman akhirat Allah jauh lebih dahsyat dari itu.
Kisah
ini menggambarkan bahawa melihat wajah Malakatul Maut saja sudah
menakutkan apalagi ketika Malaikat mulai menyentuh tubuh kita, menarik
roh dari tubuh kita, kemudian mulai menghentak-hentak tubuh kita agar
roh (yang masih cinta dunia dan enggan meninggalkan dunia) lepas dari
tubuh kita ibarat melepas akar tunjang dan akar serabut yang tertanam
sangat dalam di tanah yang terbuat dari timah keras.Itulah wajah
Malaikatul Maut yang akan mendatangi kita kelak dan memisahkan roh dari
tubuh kita.
Itulah wajah yang seandainya kita melihatnya dalam mimpi sekalipun maka kita tidak akan pernah lagi mampu tertawa dan merasakan kegembiraan sepanjang sisa hidup kita. Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu". Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, kerana kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (kerana) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya. (QS Al-An’am 6:93)
(Iaitu) orang-orang yang dimatikan oleh para malaikat dalam keadaan berbuat zalim kepada diri mereka sendiri, lalu mereka menyerah diri (sambil berkata); "Kami tidak sesekali melakukan sesuatu kejahatan pun". (Malaikat menjawab): "Ada, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang telah kamu lakukan". Maka masukilah pintu-pintu neraka Jahanam, kamu kekal di dalamnya. Maka amat buruklah tempat orang-orang yang menyombongkan diri itu. (QS, An-Nahl, 16 : 28-29)
Di akhir
sakaratul maut, seorang manusia akan diperlihatkan padanya wajah dua
Malaikat Pencatat Amal. Kepada orang zalim, si malaikat akan berkata,
“Semoga Allah tidak memberimu balasan yang baik, engkaulah yang membuat
kami terpaksa hadir di tengah-tengah perbuatan kejimu, dan membuat
kami hadir menyaksikan perbuatan burukmu, memaksa kami mendengar
ucapan-ucapan burukmu. Semoga Allah tidak memberimu balasan yang baik ! “
Ketika itulah orang yang dalam sakarat itu menatap lesu ke arah kedua
malaikat itu. Ketika sakaratul maut hampir selesai, dimana tenaga mereka
telah hilang dan roh mulai merayap keluar dari jasad mereka, maka
tibalah saatnya Malaikatul Maut menggambarkan padanya rumahnya kelak di
akhirat.
Rasulullah SAW pernah bersabda,
“Tak seorangpun diantara kalian yang akan meninggalkan dunia ini kecuali
telah diberikan tempat kembalinya dan diperlihatkan padanya tempatnya
di syurga atau di neraka”. Dan inilah ucapan malaikat ketika menunjukkan
rumah akhirat seorang yg zalim di neraka, “Wahai musuh Allah, itulah
rumahmu kelak, bersiaplah engkau merasakan siksa neraka”.
Sakaratul
Maut Bagi Orang-orang Yang Bertaqwa
Sebaliknya
Imam Ghazali mengatakan
bahwa orang beriman akan melihat rupa Malaikatul Maut sebagai pemuda
tampan, berpakaian indah dan menyebarkan wangian yang sangat harum.Dan
dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: "Apakah yang telah
diturunkan oleh Tuhanmu?" Mereka menjawab: "(Allah telah menurunkan)
kebaikan". Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat
(pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih
baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa, (iaitu)
syurga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya, mengalir di bawahnya
sungai-sungai, di dalam syurga itu mereka mendapat segala apa yang
mereka
kehendaki.
Demikianlah Allah memberi
balasan kepada orang-orang yang bertakwa. (iaitu) orang-orang yang
diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan
(kepada mereka): "Assalamu alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu
disebabkan apa yang telah kamu kerjakan". (QS, An-Nahl, 16 :
30-31-32)Dan saat terakhir sakaratul mautnya, malaikat pun akan
menunjukkan syurga yang akan menjadi rumahnya kelak di akhirat, dan
berkata padanya, “Bergembiaralah, wahai sahabat Allah, itulah rumahmu
kelak, bergembiralah dalam masa-masa menunggumu”.Wallahu a’lam
bish-shawab.
Semoga kita yang masih hidup
dapat selalu dikurniakan hidayah-Nya, berada dalam jalan yang benar,
selalu istiqomah dalam keimanan, serta mendapat syafaat rasulullah S.A.W dan termasuk umat yang dimudahkan-Nya,
selama hidup di dunia, di akhir hidup, ketika sakaratul maut, di alam
barzakh, di Padang Mahsyar, di jambatan Sirath-al mustaqim, dan
seterusnya.Amin!
Jumat, 28 April 2017
CERMIN DARI BATU BATA
kaca dari batu bata ( Tentang Lelaku )
Suatu ketika , di sebuah tempat
dibawah arahan guru nya
seorang murid setiap hari terus konsentrasi berzikir dan berzikir sambil duduk .
Sang guru tahu bahwa bahwa muridnya tersebut mempunyai bakat menerima pelajaran-pelajaran tentang kebenaran .
maka saat melihat sang muridnya setiap hari terus seperti itu
Sang guru bertanya padanya .
" Muridku ,dengan duduk seperti itu terus ,
apa yang kamu ingin capai ? "
Sang murid menjawab " aku ingin bisa semakin menjernihkan batinku dan mendekat pada Tuhan "
Mendengar jawaban ini ,
Sang guru pun segera mengambil batu bata dan mulai menggosok tepat di depan sang murid yang sedang berzikir sambil duduk ,
Melihat apa yang dilakukan Gurunya ,
Sang murid merasa penasaran dan bertanya padanya ,
" Guru , buat apa Guru menggosok - gosok batu bata itu ? "
" Aku ingin menjadikan nya cermin ,"jawab gurunya .
" Lho , bagaimana mungkin sebuah batu bata bisa menjadi sebuah cermin hanya dengan menggosok - gosok kan seperti itu ? "
Protes sang murid melihat ke ganjilan sang guru .
" Jika batu bata ini tidak bisa menjadi cermin hanya menggosok-gosok kan nya saja , lalu bagaimana mungkin hanya dengan duduk seperti itu saja maka batin kamu bisa menjadi semakin jernih dan dekat pada Tuhan ? " Jawab sang guru .
Sang murid terkejut dengan jawaban sang guru ,
katanya kemudian
" Lalu apa yang harus aku lakukan ? " .
" Coba kamu perhatikan seekor lembu jantan yang sedang menarik kereta .
Jika kereta tidak bergerak , apa yang harus kamu lakukan , mencambuk kereta atau lembu jantannya ? " tanya sang guru .
sang murid terdiam tidak bisa berkata apa - apa .
Sang guru pun melanjutkan pembicaraannnya ,
" Saat melakukan zikir dengan duduk , yang menjadi pertanyaan apakah hanya dengan cara seperti itu kamu ingin belajar menjernihkan hati dan mendekat pada Tuhan ?
" jika kamu hanya seperti itu agar bisa menjernihkan batinmu dan dekat pada Tuhan ,
kuberitahu padamu bahwa amalan / perilaku / lelaku itu tidak hanya seperti itu .
Ketahuilah ,
Amalan / perilaku / lelaku itu berjalan terus .
Ia tidak pernah diam disatu tempat / satu bentuk .
Jika kamu terikat hanya pada satu sikap / lelaku saja ,
itu artinya kamu telah gagal dalam memahami kaidah utama ."
Suatu ketika , di sebuah tempat
dibawah arahan guru nya
seorang murid setiap hari terus konsentrasi berzikir dan berzikir sambil duduk .
Sang guru tahu bahwa bahwa muridnya tersebut mempunyai bakat menerima pelajaran-pelajaran tentang kebenaran .
maka saat melihat sang muridnya setiap hari terus seperti itu
Sang guru bertanya padanya .
" Muridku ,dengan duduk seperti itu terus ,
apa yang kamu ingin capai ? "
Sang murid menjawab " aku ingin bisa semakin menjernihkan batinku dan mendekat pada Tuhan "
Mendengar jawaban ini ,
Sang guru pun segera mengambil batu bata dan mulai menggosok tepat di depan sang murid yang sedang berzikir sambil duduk ,
Melihat apa yang dilakukan Gurunya ,
Sang murid merasa penasaran dan bertanya padanya ,
" Guru , buat apa Guru menggosok - gosok batu bata itu ? "
" Aku ingin menjadikan nya cermin ,"jawab gurunya .
" Lho , bagaimana mungkin sebuah batu bata bisa menjadi sebuah cermin hanya dengan menggosok - gosok kan seperti itu ? "
Protes sang murid melihat ke ganjilan sang guru .
" Jika batu bata ini tidak bisa menjadi cermin hanya menggosok-gosok kan nya saja , lalu bagaimana mungkin hanya dengan duduk seperti itu saja maka batin kamu bisa menjadi semakin jernih dan dekat pada Tuhan ? " Jawab sang guru .
Sang murid terkejut dengan jawaban sang guru ,
katanya kemudian
" Lalu apa yang harus aku lakukan ? " .
" Coba kamu perhatikan seekor lembu jantan yang sedang menarik kereta .
Jika kereta tidak bergerak , apa yang harus kamu lakukan , mencambuk kereta atau lembu jantannya ? " tanya sang guru .
sang murid terdiam tidak bisa berkata apa - apa .
Sang guru pun melanjutkan pembicaraannnya ,
" Saat melakukan zikir dengan duduk , yang menjadi pertanyaan apakah hanya dengan cara seperti itu kamu ingin belajar menjernihkan hati dan mendekat pada Tuhan ?
" jika kamu hanya seperti itu agar bisa menjernihkan batinmu dan dekat pada Tuhan ,
kuberitahu padamu bahwa amalan / perilaku / lelaku itu tidak hanya seperti itu .
Ketahuilah ,
Amalan / perilaku / lelaku itu berjalan terus .
Ia tidak pernah diam disatu tempat / satu bentuk .
Jika kamu terikat hanya pada satu sikap / lelaku saja ,
itu artinya kamu telah gagal dalam memahami kaidah utama ."
Rabu, 26 April 2017
GAMAN / GEGAMAN / PEGANGAN
GAMAN (bs Jawa ) .. dalam bahasa indonesia pisau , belati ,dsb ...
Adalah pegangan dalam hidup kita ... maka apa yang kau pegang dalam hidupmu ? ... apakah yang menjadi pegangan hidupmu ? ...
GAMAN KERAMAT ....
Keramatnya sebuah Gaman yang terutama bukan karena Gaman itu sendiri yang memiliki kehebatan , tetapi lebih pada KERUMAT nya / TERAWAT nya Gaman tersebut ... karena sebaik apapun jika tidak Kerumat / terawat , maka lama kelamaan akan tumpul dan menjadi rusak tidak berguna ...
Maka apakah yang menjadi pegangan dalam hidupmu ? ...
Adalah Al-Qur`an dan Hadist yang menjadi pegangan hidup kita , namun sebaik apapun hal itu jika kita tidak merawatnya , mengamalkannya , mengolah dan mengasahnya dalam hidup kita , menjadikan dan menghidupkannya dalam perilaku kita sehari-hari , maka hal inipun akan menjadi sia-sia ...
Adalah pegangan dalam hidup kita ... maka apa yang kau pegang dalam hidupmu ? ... apakah yang menjadi pegangan hidupmu ? ...
GAMAN KERAMAT ....
Keramatnya sebuah Gaman yang terutama bukan karena Gaman itu sendiri yang memiliki kehebatan , tetapi lebih pada KERUMAT nya / TERAWAT nya Gaman tersebut ... karena sebaik apapun jika tidak Kerumat / terawat , maka lama kelamaan akan tumpul dan menjadi rusak tidak berguna ...
Maka apakah yang menjadi pegangan dalam hidupmu ? ...
Adalah Al-Qur`an dan Hadist yang menjadi pegangan hidup kita , namun sebaik apapun hal itu jika kita tidak merawatnya , mengamalkannya , mengolah dan mengasahnya dalam hidup kita , menjadikan dan menghidupkannya dalam perilaku kita sehari-hari , maka hal inipun akan menjadi sia-sia ...
Selasa, 25 April 2017
CAKRA ...
Ketika KESADARAN dan MENTAL seseorang semakin membaik dan bersih , maka dengan sendirinya CAKRA itupun akan naik pada tingkatannya ...
Senin, 24 April 2017
Minggu, 23 April 2017
KACAMATA HATI
Kalau kaca mata batin kita keruh , maka bagaimana mungkin kita akan bisa melihat segalanya dengan terang.
Kalau kaca mata batin kita di penuhi dengan nafsu ... maka gelora / nuansa itu pula lah yg akan terjadi dan kita rasakan ...
Tapi kalau kaca mata batin kita bersih dan penuh dengan kebaikan , memandang segala sesuatunya dengan penuh kepositifan , kasih sayang , maka itu pulalah yg akan terjadi dan menjadi dunia kehidupan kita ...
Kalau kaca mata batin kita di penuhi dengan nafsu ... maka gelora / nuansa itu pula lah yg akan terjadi dan kita rasakan ...
Tapi kalau kaca mata batin kita bersih dan penuh dengan kebaikan , memandang segala sesuatunya dengan penuh kepositifan , kasih sayang , maka itu pulalah yg akan terjadi dan menjadi dunia kehidupan kita ...
ISTANA NAGA API
Kau bangun istana megah nan kuat dan kokoh , namun itu sebenarnya bukan untuk dirimu walau seolah itu milikmu , namun sebenarnya kau hanya sedang menjadi budak dari iblis yang mengeluarkan api dari mulutnya ... dan bukan hanya itu ... sebenarnya kau juga adalah persediaan makanannya yang siap ia santap kapan saja ia mau ...
ALADIN (AL-ADDIN)
Aladin akhirnya sadar bahwa laki-laki itu bukan pamannya melainkan
seorang penyihir. Laki-laki penyihir itu kemudian menyalakan api dengan
kayu bakar dan mulai mengucapkan mantera. "Kraak…" tiba-tiba tanah
menjadi berlubang seperti gua. Dalam lubang gua itu terdapat tangga
sampai ke dasarnya. "Ayo turun! , seru si penyihir. "Tidak, aku takut turun ke sana", jawab Aladin.
Penyihir itu kemudian mengeluarkan sebuah cincin dan memberikannya
kepada Aladin. "Ini adalah cincin ajaib, cincin ini akan melindungimu",
kata si penyihir.
Akhirnya Aladin menuruni tangga itu dengan perasaan takut. Setelah sampai di dasar ia menemukan pohon-pohon berbuah permata. "Ambilkan aku lampu wasiat di dasar gua itu , dan kau boleh mengambil yang lain sesukamu " .. Setelah lampu yang ada di situ dibawanya, ia segera menaiki tangga kembali. Tetapi, pintu lubang sudah tertutup sebagian. "Cepat berikan lampunya !", seru penyihir. "Tidak ! Lampu ini akan kuberikan setelah aku keluar", jawab Aladin. Setelah berdebat, si penyihir menjadi tidak sabar dan akhirnya "Brak!" pintu lubang ditutup oleh si penyihir lalu meninggalkan Aladin terkurung di dalam lubang bawah tanah.
Aladin menjadi sedih, dan duduk termenung. "Aku lapar, Aku ingin bertemu ibu, Tuhan, tolonglah aku !", ucap Aladin. Aladin merapatkan kedua tangannya dan mengusap jari-jarinya. Tiba-tiba, sekelilingnya menjadi merah dan asap membumbung. Bersamaan dengan itu muncul seorang raksasa. Aladin sangat ketakutan. "Maafkan saya, karena telah mengagetkan Tuan", saya adalah peri cincin kata raksasa itu. "Oh, kalau begitu bawalah aku pulang kerumah." "Baik Tuan, naiklah kepunggungku, kita akan segera pergi dari sini", ujar peri cincin.
Dalam waktu singkat, Aladin sudah sampai di depan rumahnya. "Kalau tuan memerlukan saya panggillah dengan menggosok cincin Tuan." Aladin menceritakan semua hal yang di alaminya kepada ibunya. "Mengapa penyihir itu menginginkan lampu kotor ini ya ?", kata Ibu sambil menggosok membersihkan lampu itu. "Syut !" Tiba-tiba asap membumbung dan muncul seorang raksasa peri lampu. "Sebutkanlah perintah Nyonya", kata si peri lampu. Aladin yang sudah pernah mengalami hal seperti ini memberi perintah,"kami lapar, tolong siapkan makanan untuk kami".
Dalam waktu singkat peri Lampu membawa makanan yang lezat-lezat kemudian menyuguhkannya. "Jika ada yang diinginkan lagi, panggil saja saya dengan menggosok lampu itu", kata si peri lampu. Demikian hari, bulan, tahunpun berganti, Aladin hidup bahagia dengan ibunya. Aladin sekarang sudah menjadi seorang pemuda. Suatu hari lewat seorang Putri Raja di depan rumahnya. Ia sangat terpesona dan merasa jatuh cinta kepada Putri Cantik itu. Aladin lalu menceritakan keinginannya kepada ibunya untuk memperistri putri raja. "Tenang Aladin, Ibu akan mengusahakannya". Ibu pergi ke istana raja dengan membawa permata-permata kepunyaan Aladin. "Baginda, ini adalah hadiah untuk Baginda dari anak laki-lakiku." Raja amat senang. "Wah..., anakmu pasti seorang pangeran yang tampan, besok aku akan datang ke Istana kalian dengan membawa serta putriku".
Setelah tiba di rumah Ibu segera menggosok lampu dan meminta peri lampu untuk membawakan sebuah istana. Aladin dan ibunya menunggu di atas bukit. Tak lama kemudian peri lampu datang dengan Istana megah di punggungnya. "Tuan, ini Istananya". Esok hari sang Raja dan putrinya datang berkunjung ke Istana Aladin yang sangat megah. "Maukah engkau menjadikan anakku sebagai istrimu ?", Tanya sang Raja. Aladin sangat gembira mendengarnya. Lalu mereka berdua melaksanakan pesta pernikahan. Nun jauh disana, si penyihir ternyata melihat semua kejadian itu melalui bola kristalnya. Ia lalu pergi ke tempat Aladin dan pura-pura menjadi seorang penjual lampu di depan Istana Aladin. Ia berteriak-teriak, "tukarkan lampu lama anda dengan lampu baru !". Sang permaisuri yang melihat lampu ajaib Aladin yang usang segera keluar dan menukarkannya dengan lampu baru. Segera si penyihir menggosok lampu itu dan memerintahkan peri lampu memboyong istana beserta isinya dan istri Aladin ke rumahnya.
Ketika Aladin pulang dari berkeliling, ia sangat terkejut. Lalu memanggil peri cincin dan bertanya kepadanya apa yang telah terjadi. "Kalau begitu tolong kembalikan lagi semuanya kepadaku", seru Aladin. "Maaf Tuan, tenaga saya tidaklah sebesar peri lampu," ujar peri cincin. "Baik kalau begitu aku yang akan mengambilnya. Tolong Antarkan kau kesana", seru Aladin. Sesampainya di Istana, Aladin menyelinap masuk mencari kamar tempat sang Putri dikurung. "Penyihir itu sedang tidur karena kebanyakan minum bir", ujar sang Putri. "Baik, jangan kuatir aku akan mengambil kembali lampu ajaib itu, kita nanti akan menang", jawab Aladin. Aladin mengendap mendekati penyihir yang sedang tidur.
Ternyata lampu ajaib menyembul dari kantungnya. Aladin kemudian mengambilnya dan segera menggosoknya. "Singkirkan penjahat ini", seru Aladin kepada peri lampu. Penyihir terbangun, lalu menyerang Aladin. Tetapi peri lampu langsung membanting penyihir itu hingga tewas. "Terima kasih peri lampu, bawalah kami dan Istana ini kembali ke Persia". Sesampainya di Persia Aladin hidup bahagia. Ia mempergunakan sihir dari peri lampu untuk membantu orang-orang miskin dan kesusahan.
Akhirnya Aladin menuruni tangga itu dengan perasaan takut. Setelah sampai di dasar ia menemukan pohon-pohon berbuah permata. "Ambilkan aku lampu wasiat di dasar gua itu , dan kau boleh mengambil yang lain sesukamu " .. Setelah lampu yang ada di situ dibawanya, ia segera menaiki tangga kembali. Tetapi, pintu lubang sudah tertutup sebagian. "Cepat berikan lampunya !", seru penyihir. "Tidak ! Lampu ini akan kuberikan setelah aku keluar", jawab Aladin. Setelah berdebat, si penyihir menjadi tidak sabar dan akhirnya "Brak!" pintu lubang ditutup oleh si penyihir lalu meninggalkan Aladin terkurung di dalam lubang bawah tanah.
Aladin menjadi sedih, dan duduk termenung. "Aku lapar, Aku ingin bertemu ibu, Tuhan, tolonglah aku !", ucap Aladin. Aladin merapatkan kedua tangannya dan mengusap jari-jarinya. Tiba-tiba, sekelilingnya menjadi merah dan asap membumbung. Bersamaan dengan itu muncul seorang raksasa. Aladin sangat ketakutan. "Maafkan saya, karena telah mengagetkan Tuan", saya adalah peri cincin kata raksasa itu. "Oh, kalau begitu bawalah aku pulang kerumah." "Baik Tuan, naiklah kepunggungku, kita akan segera pergi dari sini", ujar peri cincin.
Dalam waktu singkat, Aladin sudah sampai di depan rumahnya. "Kalau tuan memerlukan saya panggillah dengan menggosok cincin Tuan." Aladin menceritakan semua hal yang di alaminya kepada ibunya. "Mengapa penyihir itu menginginkan lampu kotor ini ya ?", kata Ibu sambil menggosok membersihkan lampu itu. "Syut !" Tiba-tiba asap membumbung dan muncul seorang raksasa peri lampu. "Sebutkanlah perintah Nyonya", kata si peri lampu. Aladin yang sudah pernah mengalami hal seperti ini memberi perintah,"kami lapar, tolong siapkan makanan untuk kami".
Dalam waktu singkat peri Lampu membawa makanan yang lezat-lezat kemudian menyuguhkannya. "Jika ada yang diinginkan lagi, panggil saja saya dengan menggosok lampu itu", kata si peri lampu. Demikian hari, bulan, tahunpun berganti, Aladin hidup bahagia dengan ibunya. Aladin sekarang sudah menjadi seorang pemuda. Suatu hari lewat seorang Putri Raja di depan rumahnya. Ia sangat terpesona dan merasa jatuh cinta kepada Putri Cantik itu. Aladin lalu menceritakan keinginannya kepada ibunya untuk memperistri putri raja. "Tenang Aladin, Ibu akan mengusahakannya". Ibu pergi ke istana raja dengan membawa permata-permata kepunyaan Aladin. "Baginda, ini adalah hadiah untuk Baginda dari anak laki-lakiku." Raja amat senang. "Wah..., anakmu pasti seorang pangeran yang tampan, besok aku akan datang ke Istana kalian dengan membawa serta putriku".
Setelah tiba di rumah Ibu segera menggosok lampu dan meminta peri lampu untuk membawakan sebuah istana. Aladin dan ibunya menunggu di atas bukit. Tak lama kemudian peri lampu datang dengan Istana megah di punggungnya. "Tuan, ini Istananya". Esok hari sang Raja dan putrinya datang berkunjung ke Istana Aladin yang sangat megah. "Maukah engkau menjadikan anakku sebagai istrimu ?", Tanya sang Raja. Aladin sangat gembira mendengarnya. Lalu mereka berdua melaksanakan pesta pernikahan. Nun jauh disana, si penyihir ternyata melihat semua kejadian itu melalui bola kristalnya. Ia lalu pergi ke tempat Aladin dan pura-pura menjadi seorang penjual lampu di depan Istana Aladin. Ia berteriak-teriak, "tukarkan lampu lama anda dengan lampu baru !". Sang permaisuri yang melihat lampu ajaib Aladin yang usang segera keluar dan menukarkannya dengan lampu baru. Segera si penyihir menggosok lampu itu dan memerintahkan peri lampu memboyong istana beserta isinya dan istri Aladin ke rumahnya.
Ketika Aladin pulang dari berkeliling, ia sangat terkejut. Lalu memanggil peri cincin dan bertanya kepadanya apa yang telah terjadi. "Kalau begitu tolong kembalikan lagi semuanya kepadaku", seru Aladin. "Maaf Tuan, tenaga saya tidaklah sebesar peri lampu," ujar peri cincin. "Baik kalau begitu aku yang akan mengambilnya. Tolong Antarkan kau kesana", seru Aladin. Sesampainya di Istana, Aladin menyelinap masuk mencari kamar tempat sang Putri dikurung. "Penyihir itu sedang tidur karena kebanyakan minum bir", ujar sang Putri. "Baik, jangan kuatir aku akan mengambil kembali lampu ajaib itu, kita nanti akan menang", jawab Aladin. Aladin mengendap mendekati penyihir yang sedang tidur.
Ternyata lampu ajaib menyembul dari kantungnya. Aladin kemudian mengambilnya dan segera menggosoknya. "Singkirkan penjahat ini", seru Aladin kepada peri lampu. Penyihir terbangun, lalu menyerang Aladin. Tetapi peri lampu langsung membanting penyihir itu hingga tewas. "Terima kasih peri lampu, bawalah kami dan Istana ini kembali ke Persia". Sesampainya di Persia Aladin hidup bahagia. Ia mempergunakan sihir dari peri lampu untuk membantu orang-orang miskin dan kesusahan.
SEBUAH KENDI
" Apapun yang masuk ke dalam dirimu , maka itulah yang akan keluar dari dalam dirimu , walau mungkin dalam bentuknya bisa berbeda - beda ... "
" seperti orang yang menanam padi , maka juga akan tumbuh padi pula "
" seperti orang yang menanam padi , maka juga akan tumbuh padi pula "
Sabtu, 22 April 2017
HANYA ALLAH YANG MAHA TAHU DAN MAHA MENGERTI ....
Kita ini penuh dengan ketidak tahuan dan ketidak berdayaan ... dan fikiran ini sering kali meraba-raba , berusaha mencari jawaban yang tepat dari sekian banyak pertanyaan yang ada di hati , baik yang bisa terungkap dengan kata-kata , ataupun yang tidak , yang hanya bisa kita rasakan tapi tidak kita fahami ...
Jumat, 21 April 2017
KASYAF
Cukuplah bila aku merasa mulia karena
Engkau sebagai Tuhan bagiku dan cukuplah bila aku bangga bahawa aku
menjadi hamba bagiMu. Engkau bagiku sebagaimana yang aku cintai, maka
berilah aku taufik
sebagaimana yang Engkau cintai. Insha'Allah
Kisah Al-Ghazali Menemukan Jalan Tasawuf
Banyak
cerita menarik tentang Imam Al-Ghazali, yang paling terkenal ialah
cerita tentang Ahmad, adiknya,
melalui jalan saudaranya inilah jalan tasawuf menjadi pilihan Al
Ghazali. Berterima kasihnya Al-Ghazali mendedikasikan sebuah kitabnya, Madhunun bih Ala Ghairi Ahlih, untuk sang adik.
Alkisah, suatu hari ketika Imam Al-Ghazali menjadi imam disebuah masjid. Tetapi saudaranya yang bernama Ahmad tidak mahu berjemaah bersama, Imam Al-Ghazali lalu berkata kepadanya ibunya :
"Wahai
ibu, perintahkan saudaraku Ahmad agar solat mengikutiku, supaya
orang-orang tidak menuduhku selalu bersikap buruk terhadapnya".
Ibu
Al-Ghazali lalu memerintahkan puteranya Ahmad agar solat bermakmum
kepada saudaranya Al-Ghazali. Ahmad pun melaksanakan perintah ibunya
untuk solat bermakmum kepada Al-Ghazali,
Ketika Al-Ghazali menjadi Imam solat di masjid, sementara adiknya menajdi makmum. Ketika
itu adiknya melihat tubuh abangnya berdarah, maka ia pun (Muffaragah)
membatalkan
makmum kepada abangnya, dan meneruskan solat sendiri. Setelah solat,
Ghazali bertanya, “Mengapa kamu membatalkan makmum kepadaku?” jawab
Ahmad, adiknya, “Aku melihat jasad abang penuh dengan darah.”
Sejenak
Ghazali termenung. “Memang dalam solat tadi saya sedang berpikir
tentang persoalan haid.” Adik kandung Imam Ghazali memang dikenal
sebagai Ahli Kasyf, mampu
melihat sesuatu yang tidak dapat dilihat oleh orang awam. Seketika itu
Ghazali sedar tentang pentingnya dunia sufi. Dan kejadian inilah yang
mendorongnya mendalami Ilmu tasawuf.
Al-Ghazali bertanya kepada adiknya Ahmad : "Dari manakah engkau belajar ilmu
pengetahuan seperti itu" ? Saudaranya menjawab, "Aku belajar Ilmu kepada
Syekh Al-Utaqy iaitu seorang tukang jahit sepatu. Al-Ghazali lalu pergi kepadanya" .
Al-Ghazali menuruti perintah Syekh tersebut dengan hati yang redha dan ikhlas.
Bila
mana Al-Ghazali hendak melaksanakan perintah Syekh itu, beliau terus
mencegahnya dan memerintahkan agar Al-Ghazali pulang. Al-Ghazali pulang
dan setibanya dirumah
beliau mendapat ilmu pengetahuan yang luar biasa. Dan Allah telah
memberikan Ilmu Laduni atau Ilmu Kasyaf yang diperoleh dari Ilmu tasawuf atau
kebersihan hati kepadanya.
Dia
berkata kepada Syekh Al-khurazy : " Saya ingin belajar kepada Tuan ".
Syekh itu berkata : Mungkin engkau tidak sanggup mengikuti
perintah-perintahku ".
Al-Ghazali menjawab : "Insya Allah, saya kuat ".
Syekh Al-Khurazy berkata : "Bersihkanlah (sepuluh) lantai ini ".
Al-Ghazali hendak melakukan dengan penyapu.
Tetapi Syekh itu berkata : " sapulah (bersihkanlah) dengan tanganmu ".
Al-Ghazali menyapu lantai dengan tangannya, kemudian dia melihat
kotoran yang banyak dan bermaksud menghindari kotoran itu.
Namun Syekh berkata : " bersihkan pula kotoran itu dengan tanganmu ".
Al-Ghazali lalu bersiap membesihkan dengan menyisingkan pakaiannya.
Melihat keadaan yang demikian itu Syekh berkata : " Nah bersìhkan kotoran
itu dengan pakaian seperti itu " .
Al-Ghazali menuruti perintah Syekh tersebut dengan hati yang redha dan ikhlas.
Maka sejak itu ia memutuskan untuk menjadikan Tasawuf sebagai jalan mengenal Allah yang tujuan akhirnya disebut Makrifat. Menurut Ghazali, Makrifat tidak hanya berarti mengenal Allah, tetapi juga mengenal alam semesta. Hakikat dan Makrifat bukan hanya pengenalan biasa, Ianya juga ilmu yang tak diragukan kebenaranya, yang disebut Ainu al-Yaqin – tersingkapnya sesuatu secara jelas, tidak ada keraguan, tidak mungkin salah dan keliru.
Makrifat sebenarnya diperoleh melalui llham. Allah memancarkan Nur ke dalam kalbu seseorang agar ia mengenali hakikat Allah dan segala ciptaannya. Hanya kalbu yang bersihlah yang bisa menerima Nur Ilahi. Apa syaratnya? Harus menyucikan diri dari dosa dan tingkah laku tercela, membersihkan diri dari keyakinan selain keyakinan kepada Allah. Kalbu harus sentiasa berdzikir kepada Allah sehingga dapat mencapai Fana (melihat asma Allah) secara sepenuhnya. Jika sudah mampu mencapai tahapan ini (Maqamat), ia bisa mendapatkan Mukasyafah (mampu menjawab persoalan) dan Musyahadah (mampu melihat Allah dalam hati).
Al-Ghazali telah meninggalkan pengaruh paling besar ke atas sejarah Islam didunia.
SILUMAN TENGKORAK

sering kali kita di bedakan berdasarkan bentuk fisik , pakaian dan kekayaan apa yang kita miliki ... padahal inilah kita yang sebenarnya
JANGAN MELAWAN ARUS
ombak itu tiba2 menarikku , menyeretku dari tepi menuju ke tengah lautan ... dan dengan sekuat tenaga aku mencoba melawan arus tersebut agar tidak terseret , namun ... semakin aku melawan , arus itu justru semakin kuat menarikku ... dan perlawananku terasa sia-sia ... semakin jauh ku terbawa ke tengah ...
Akhirnya ku sadari , bahwa sebaiknya di saat begini ku biarkan saja ombak itu menarikku, .. sambil aku menunggu di saat yang tepat ketika kekuatan ombak itu mulai melemah , maka di saat itulah aku harus mulai berenang ke arah tepi / menepi ...
Begitulah dalam hidup ini , sering kali kita harus bisa berkompromi dengan keadaan ....
Sebagaimana pohon bambu yang hanya merunduk ketika tertimpa salju , namun ia tidak patah ...
Akhirnya ku sadari , bahwa sebaiknya di saat begini ku biarkan saja ombak itu menarikku, .. sambil aku menunggu di saat yang tepat ketika kekuatan ombak itu mulai melemah , maka di saat itulah aku harus mulai berenang ke arah tepi / menepi ...
Begitulah dalam hidup ini , sering kali kita harus bisa berkompromi dengan keadaan ....
Sebagaimana pohon bambu yang hanya merunduk ketika tertimpa salju , namun ia tidak patah ...
KISAH IKAN DAN AIR
Suatu hari seorang ayah dan anaknya sedang
duduk berbincang di tepi sungai. Kata ayah kepada anaknya, “lihatlah
anakku, air begitu penting dalam kehidupan ini, tanpa air kita semua
akan mati”.
Pada saat yang bersamaan, seekor ikan kecil mendengar percakapan itu dari bawah permukaan air, ia mendadak menjadi gelisah dan ingin tahu apakah air itu, yang katanya begitu penting dalam kehidupan ini. Ikan kecil itu berenang dari hulu sampai ke hilir sungai sambil bertanya kepada setiap ikan yang ditemuinya, “hai, tahukan kamu diman air? Aku telah mendengar percakapan manusia bahwa tanpa air kehidupan akan mati.”
Pada saat yang bersamaan, seekor ikan kecil mendengar percakapan itu dari bawah permukaan air, ia mendadak menjadi gelisah dan ingin tahu apakah air itu, yang katanya begitu penting dalam kehidupan ini. Ikan kecil itu berenang dari hulu sampai ke hilir sungai sambil bertanya kepada setiap ikan yang ditemuinya, “hai, tahukan kamu diman air? Aku telah mendengar percakapan manusia bahwa tanpa air kehidupan akan mati.”
Ternyata semua ikan tidak mengetahui dimana air itu. Si ikan kecil
semakin gelisah, lalu ia berenang menuju mata air untuk bertemu dengan
ikan sepuh yang sudah berpengalaman, ia bertanya kepada ikan sepuh itu,
“dimanakah air?”
Jawab ikan sepuh, “tak usah khawatir anakku, air itu telah mengelilingimu, kamu bahkan tidak menyadarinya. Memang benar, tanpa air, kita akan mati.”
Hikmah yang dapat kita petik dari ceita ini, manusia terkadang mengalami situasi seperti ikan kecil, mencari kesana kemari tentang kehidupan dan kebahagiaan, padahal ia sedang menjalaninya bahkan kebahagiaan sedang melingkupi sampai-sampai dia tidak menyadarinya.
Fa bi ayyi ālā'i Rabbikumā tukażżibān
Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan?
Jawab ikan sepuh, “tak usah khawatir anakku, air itu telah mengelilingimu, kamu bahkan tidak menyadarinya. Memang benar, tanpa air, kita akan mati.”
Hikmah yang dapat kita petik dari ceita ini, manusia terkadang mengalami situasi seperti ikan kecil, mencari kesana kemari tentang kehidupan dan kebahagiaan, padahal ia sedang menjalaninya bahkan kebahagiaan sedang melingkupi sampai-sampai dia tidak menyadarinya.
Fa bi ayyi ālā'i Rabbikumā tukażżibān
Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan?
HARAPAN
Kadang hidup itu seperti menghadapi sebongkah batu yg besar nan keras , dan kita menjadi lelah dan sangat lelahnya hingga hampir putus asa terhadapnya karena berkali2 bahkan puluhan kali kita memukul batu tersebut , namun tiada terpecahkan jua ... maka apalah yg tersisa selain keluh kesah dan juga putus asa ... merasa berat hidup ini ... namun tunggu .. janganlah cepat menyerah dan putus asa dan cobalah kau fahami dan ketahui bahwa di dalam batu nan keras tersebut sesungguhnya tersimpan sesuatu yg amat dan sangat berharga buatmu , sebuah harapan baru ... dan sesuatu yg akan bisa mengubah hidupmu ...
inilah mungkin yg akan bisa kembali membangkitkan gairah dan semangat kita di dalam menjalani kehidupan ...
Dan ketika cahaya Iman itu bersinar sangat terangnya di dalam hati kita
, melampau segala penderitaan yg kita rasakan dalam hidup ini ... maka
apalah kini arti dari penderitaan .. ? tidak ada ... sungguh ,
penderitaan akan sirna dalam syukur kita yg makin mendalam pada Allah
SWT ...
Bagaikan para wanita yang terpesona oleh ketampanan nabi Yusuf AS sehingga menjadi lupa dan tiada terasa lagi sakitnya teriris jari mereka ...
HOPE ...
Sometimes life is like the face of a big boulder and hard, and we became tired and very tired until almost hopeless for him because even many tens of times we hit the stone, but nevertheless not solved ... then whatever's left besides complaints and also despair ... feel the weight of this alive ... but wait .. do not be quick to give up and despair and you try to understand it and know that in the hard rock nan actually stored something withering and highly valuable to you, a new hope .. , and something that will change your life ...
it is possible that will be able to re-awaken passion and we are in life ...
And when the light shines so bright that faith in our hearts, beyond all the sufferings we experience in this life ... then something is now the meaning of suffering ..? no ... indeed, the suffering will disappear in our gratitude that deepens in Allah ...
Like the woman who enchanted by the beauty nabi Yusuf alaihissalam so that it becomes forgotten and no longer felt the pain cut their fingers
Bagaikan para wanita yang terpesona oleh ketampanan nabi Yusuf AS sehingga menjadi lupa dan tiada terasa lagi sakitnya teriris jari mereka ...
HOPE ...
Sometimes life is like the face of a big boulder and hard, and we became tired and very tired until almost hopeless for him because even many tens of times we hit the stone, but nevertheless not solved ... then whatever's left besides complaints and also despair ... feel the weight of this alive ... but wait .. do not be quick to give up and despair and you try to understand it and know that in the hard rock nan actually stored something withering and highly valuable to you, a new hope .. , and something that will change your life ...
it is possible that will be able to re-awaken passion and we are in life ...
And when the light shines so bright that faith in our hearts, beyond all the sufferings we experience in this life ... then something is now the meaning of suffering ..? no ... indeed, the suffering will disappear in our gratitude that deepens in Allah ...
Like the woman who enchanted by the beauty nabi Yusuf alaihissalam so that it becomes forgotten and no longer felt the pain cut their fingers
Minggu, 16 April 2017
DI BALIK SETIAP PERISTIWA TERKANDUNG HIKMAH DI DALAMNYA
Ketika Engkau terjatuh , ... pasti sakit rasanya
... dan engkaupun mulai menangis ... Tapi ketahuilah bahwa seharusnya
engkau tidak menangis dan malah harus bersyukur ... sebab ketika engkau
terjatuh itu , di saat yg sama sebuah pisau sedang melayang ke arah mu ,
sehingga andai kau tidak terjatuh tadi , maka pisau itu pasti akan
menancap tepat di tubuhmu ... Bersyukurlah , sebab di balik setiap
peristiwa , pasti ada hikmah yang terkandung di dalamnya
When you fall ... definitely hurts ... and that you start crying ... But you must know that you should not cry and instead be grateful ... because when you drop it, at the same time a knives were drifting towards you, so if you had not fallen before, then it is bound to stick the knife right in your body ... be grateful, because behind every event, there must be wisdom contained therein
When you fall ... definitely hurts ... and that you start crying ... But you must know that you should not cry and instead be grateful ... because when you drop it, at the same time a knives were drifting towards you, so if you had not fallen before, then it is bound to stick the knife right in your body ... be grateful, because behind every event, there must be wisdom contained therein
TERLENA OLEH KENIKMATAN SESAAT
seorang lelaki sedang di kejar-kejar oleh harimau yang kelaparan , dan ia terus berlari ketakutan ... hingga ia menemukan sebuah lubang sumur yang dalam , dan kemudian melompatlah ia ke dalam ... namun tiba-tiba ia terkejut karena ternyata di dasar sumur tersebut ada seekor buaya yang juga kelaparan ...
Beruntunglah ia , sebab sebelum sampai di dasar , ia masih sempat meraih sebuah tali rotan yang terjulur hingga kemudian bergantunglah ia dan bertahan pada tali tersebut di tengah-tengah kedalaman sumur itu ... tidak di atas sumur ataupun di dasar sumur ...
Sementara ini , selamatlah ia dan ia bisa bernafas dengan lega sesaat ...
Tapi kelega an nya ini kemudian berubah menjadi kepanikan yang luar biasa , manakala di sela-sela sumur tersebut , keluarlah 2 ekor tikus hitam dan putih merambat menuju tali tersebut dan kemudian menggerogoti tali tersebut sedikit demi sedikit .... dapat di bayangkan bagaimana bila akhirnya nanti tali ini putus ... dan betapa paniknya orang ini ... dia tak tahu lagi harus berbuat apa ...
Tiba-tiba dari atas sebuah sumur ada sebuah dahan pohon yang padanya tergantung sarang lebah , dan sarang lebah ini meneteskan setetes madu ke dalam sumur dan tepat masuk ke mulut orang yang panik tersebut ... dan oh , .. betapa nikmat dan manisnya setetes madu ini hingga orang tersebut begitu menikmatinya sehingga lupa sama sekali akan ke adaannya yang begitu dalam bahaya itu ... ia telah menjadi lupa segalanya karena terlena oleh rasa manis dan nikmatnya madu tersebut walau hanya setetes ....
Dalam kehidupan ini , sering kali kita seperti apa yang tergambar dalam cerita itu ... apakah hal itu benar ? mari kita renungkan dalam diri kita masing-masing ...
Beruntunglah ia , sebab sebelum sampai di dasar , ia masih sempat meraih sebuah tali rotan yang terjulur hingga kemudian bergantunglah ia dan bertahan pada tali tersebut di tengah-tengah kedalaman sumur itu ... tidak di atas sumur ataupun di dasar sumur ...
Sementara ini , selamatlah ia dan ia bisa bernafas dengan lega sesaat ...
Tapi kelega an nya ini kemudian berubah menjadi kepanikan yang luar biasa , manakala di sela-sela sumur tersebut , keluarlah 2 ekor tikus hitam dan putih merambat menuju tali tersebut dan kemudian menggerogoti tali tersebut sedikit demi sedikit .... dapat di bayangkan bagaimana bila akhirnya nanti tali ini putus ... dan betapa paniknya orang ini ... dia tak tahu lagi harus berbuat apa ...
Tiba-tiba dari atas sebuah sumur ada sebuah dahan pohon yang padanya tergantung sarang lebah , dan sarang lebah ini meneteskan setetes madu ke dalam sumur dan tepat masuk ke mulut orang yang panik tersebut ... dan oh , .. betapa nikmat dan manisnya setetes madu ini hingga orang tersebut begitu menikmatinya sehingga lupa sama sekali akan ke adaannya yang begitu dalam bahaya itu ... ia telah menjadi lupa segalanya karena terlena oleh rasa manis dan nikmatnya madu tersebut walau hanya setetes ....
Dalam kehidupan ini , sering kali kita seperti apa yang tergambar dalam cerita itu ... apakah hal itu benar ? mari kita renungkan dalam diri kita masing-masing ...
Sabtu, 15 April 2017
TERHALANG OLEH SEBUAH JURANG
Ada seorang sufi , melakukan perjalanan menuju ke Tanah suci ...
Tetapi di tengah2 perjalanannya , terpaksa ia harus terhenti .. karena ada sebuah jurang yang dalam dan juga lebar membentang di depannya .. dan ia pun menjadi tertegun sesaat , dan berfikir "Bagaimanakah caraku bisa melewati jurang ini sehingga ku dapat melanjutkan perjalanan ... sedangkan ini cumajalan satu2nya ....
Tiba2 , ia melihat tak jauh dari situ ada sekelompok orang yang sedang membangun sebuah jembatan , dan salah seorang dari mereka berteriak memanggil sufi tersebut " wahai hendak kemanakah dirimu ? ... dan sufi itu menjawab " aku hendak ke tanah suci , tapi karena adanya jurang yang ada di depan itu , .. aku jadi tak tahu bagaimana harus melewatinya ...
Lalu orang tersebut berkata " kami semua juga sama sepertimu ... kami hendak ke tanah suci tapi terhalang oleh jurang tersebut , sehingga sejak itu kami semua berusaha membangun jembatan ini agar bisa melewati jurang itu ... dan engkau juga , sebaiknya membantu kami agar pekerjaan kita cepat selesai ...
Sufi itu pun bertanya " kalau boleh tahu , sudah berapa lamakah kalian mulai membangun jembatan tersebut .. dan kira2 kapan akan bisa selesai ? ...
orang itu menjawab " entahlah , kapan pekerjaan kami akan bisa selesai .. padahal kami memulai pekerjaan ini sudah sejak bertahun2 yang lalu , tapi entah kenapa belum selesai juga ... tiap kali kami kira sudah selesai , ternyata ada saja beberapa hal yang ternyata belum selesai dan terganggu ...
Sufi itu lalu menyadari sesuatu dan berfikir " Ya Allah ... ini tak kan pernah bisa selesai walau mereka terus mengerjakannya selama bertahun2 lagi , dan andai kata aku saat ini turut membantu dan bergabung dengan mereka , tentu perjalananku lah yang akan selesai sampai di sini ...
Tapi bagaimana dengan jurang tersebut ?? ... jika aku nekat melewatinya , maka logikanya aku pasti akan jatuh dan mati ....
Tapi itu hanya Logika ... padahal hidup tak cukup hanya dengan mengandalkan logika ... sedangkan Allah SWT maha kuasa atas segala sesuatunya ...
Bismillah .. aku harus tetap berjalan , tak peduli jurang itu membentang di depanku , karena mungkin ini hanya bagian dari ujian perjalananku saja .... dan jika Allah SWT menghendaki aku selamat , maka niscaya aku pasti akan selamat ... ataupun sebaliknya ...
Maka dengan tekad yang kuat di sertai keyakinan , sufi itu terus berjalan , dan terjadilah sebuah ke ajaiban , ....
Sufi itu bisa berjalan melayang di udara melewati jurang tersebut ...
:-)
Di kisah lain di ceritakan , ada seorang sufi yang hendak mencari dan membangun tempat yang tenang di sebuah hutan di mana di tempat itu nanti ia bisa beribadah dengan tenang ...
maka berangkatlah ia ke tengah hutan dan sesampainya di sana ia mulai mengumpulkan kayu2 dan bahan lainnya untuk membangun pondokan / tempat di mana ia bisa beribadah ...
Dan setelah menghabiskan waktu yang lama , maka selesailah tempat itu .. sebuah gubuk bambu yang bersih dan nyaman ... dan ia pun mulai hendak memasukinya ....tetapi .....
Tiba2 dari kejauhan datanglah dengan berlari seekor banteng liar mengamuk dan menabrak ke sana kemari memporak-porandakan semuanya termasuk gubuk sang sufi itu hingga rata dengan tanah ...
sufi itu pun sedih , dan mulai berusaha membangun lagi dengan waktu yang cukup lama .. hingga akhirnya selesai ... tetapi ... kali ini tiba2 datanglah cuaca alam yang sangat extrim , hujan badai yang juga memporak porandakan semuanya termasuk gubuk sang sufi tersebut ...
dan begitulah seterusnya , tiap kali sufi itu membangun gubuk , selalu saja ada hal yang terjadi yang memporak-porandakan semuanya ...
Lalu akhirnya sufi itu sadar " Ya Allah , .. kalau terus2an seperti ini , lalu kapan aku bisa beribadah padaMu dengan tenang ? mungkin ini hanya ujian dan peringatan dari Mu ... mungkin memang seharusnya aku tidak menunggu untuk memiliki gubuk dulu baru bisa beribadah ...
:-(
IN ENGLISH :
There is a Sufi, make the trip to the Holy Land ...
But in his journey, he was forced to be halted .. because there is a deep chasm too wide and stretched in front of him .. and he would be stunned for a moment, and think, "How can the way I get through this gap so that can continue my journey ... while this is the only way ....
Sudenly, he saw not far away was a group of people who are building a bridge, and one of them shouted for the Sufi "intend, O where are you? ... and Sufi replied" I'm going to the holy land, but because of the gulf in front of it, .. I so do not know how to go through it ...
Then the man said, "we all also just like you ... we are going to the holy land but is blocked by the gap, so since we are all trying to build this bridge in order to get past the abyss ... and you, too, should help us to work we quickly finished ...
Sufi was also asked "if I may know, how long do you start to build the bridge .. and when it will be finished? ...
the man replied "I do not know, when our work will be completed .. when we started this work already since many years ago, but somehow it has not been completed as well ... every time we think it is finished, it turns out there are just some things that had not yet finished and disturbed ...
Sufi was then realizes something and think "Oh God ... this will never be able to finish even though they continue working on it for many years again, and if I said this time to help and join with them, of my journey was to be done here. ..
But what about the gap ?? ... if I was desperate to pass through it logically I'd fall and die ....
But it is only logic ... when life is not enough just to rely on logic ... while Allah has power over all things ...
Bismillah .. I had to keep running, no matter the gorge was stretched out before me, because maybe this is just part of the journey alone exam .... and if Allah willed I survived, then surely I would have survived ... or vice versa .. ,
So with a strong determination accompanied by belief, Sufis it continues to run, and there was a the miracle ....
Sufi was able to walk floated in the air passing through the ravine ...
:-)
In another story is told, there was a Sufi who have sought to build a quiet spot in a forest in the place where he'll be able to worship in peace ...
then he went into the woods, and when he got there he began collecting woods and other materials to build huts / place where he can worship ...
And after spending a long time, then finished the place was .. a bamboo hut which was clean and comfortable ... and he started going to enter it .... but .....
sudenly from a distance came the wild bull ran amok and crashing to and fro devastated everything including the saint's hut to the ground ...
Sufi was also sad, and began to try to rebuild with a long time .. until finally finished ... but ... this time sudenly came very extreme natural weather, storm also brought disorder to everything including the mystic of the hut. ..
And so on, every time sufi build a hut, there is always something happening which ravaged everything ...
Then finally Sufi realized "God, .. if always like this, then when can I worship Thee in peace? Maybe this is just a test and warning of Mu ... maybe rightfully I did not wait to have a new first hut so i can worship
Tetapi di tengah2 perjalanannya , terpaksa ia harus terhenti .. karena ada sebuah jurang yang dalam dan juga lebar membentang di depannya .. dan ia pun menjadi tertegun sesaat , dan berfikir "Bagaimanakah caraku bisa melewati jurang ini sehingga ku dapat melanjutkan perjalanan ... sedangkan ini cumajalan satu2nya ....
Tiba2 , ia melihat tak jauh dari situ ada sekelompok orang yang sedang membangun sebuah jembatan , dan salah seorang dari mereka berteriak memanggil sufi tersebut " wahai hendak kemanakah dirimu ? ... dan sufi itu menjawab " aku hendak ke tanah suci , tapi karena adanya jurang yang ada di depan itu , .. aku jadi tak tahu bagaimana harus melewatinya ...
Lalu orang tersebut berkata " kami semua juga sama sepertimu ... kami hendak ke tanah suci tapi terhalang oleh jurang tersebut , sehingga sejak itu kami semua berusaha membangun jembatan ini agar bisa melewati jurang itu ... dan engkau juga , sebaiknya membantu kami agar pekerjaan kita cepat selesai ...
Sufi itu pun bertanya " kalau boleh tahu , sudah berapa lamakah kalian mulai membangun jembatan tersebut .. dan kira2 kapan akan bisa selesai ? ...
orang itu menjawab " entahlah , kapan pekerjaan kami akan bisa selesai .. padahal kami memulai pekerjaan ini sudah sejak bertahun2 yang lalu , tapi entah kenapa belum selesai juga ... tiap kali kami kira sudah selesai , ternyata ada saja beberapa hal yang ternyata belum selesai dan terganggu ...
Sufi itu lalu menyadari sesuatu dan berfikir " Ya Allah ... ini tak kan pernah bisa selesai walau mereka terus mengerjakannya selama bertahun2 lagi , dan andai kata aku saat ini turut membantu dan bergabung dengan mereka , tentu perjalananku lah yang akan selesai sampai di sini ...
Tapi bagaimana dengan jurang tersebut ?? ... jika aku nekat melewatinya , maka logikanya aku pasti akan jatuh dan mati ....
Tapi itu hanya Logika ... padahal hidup tak cukup hanya dengan mengandalkan logika ... sedangkan Allah SWT maha kuasa atas segala sesuatunya ...
Bismillah .. aku harus tetap berjalan , tak peduli jurang itu membentang di depanku , karena mungkin ini hanya bagian dari ujian perjalananku saja .... dan jika Allah SWT menghendaki aku selamat , maka niscaya aku pasti akan selamat ... ataupun sebaliknya ...
Maka dengan tekad yang kuat di sertai keyakinan , sufi itu terus berjalan , dan terjadilah sebuah ke ajaiban , ....
Sufi itu bisa berjalan melayang di udara melewati jurang tersebut ...

Di kisah lain di ceritakan , ada seorang sufi yang hendak mencari dan membangun tempat yang tenang di sebuah hutan di mana di tempat itu nanti ia bisa beribadah dengan tenang ...
maka berangkatlah ia ke tengah hutan dan sesampainya di sana ia mulai mengumpulkan kayu2 dan bahan lainnya untuk membangun pondokan / tempat di mana ia bisa beribadah ...
Dan setelah menghabiskan waktu yang lama , maka selesailah tempat itu .. sebuah gubuk bambu yang bersih dan nyaman ... dan ia pun mulai hendak memasukinya ....tetapi .....
Tiba2 dari kejauhan datanglah dengan berlari seekor banteng liar mengamuk dan menabrak ke sana kemari memporak-porandakan semuanya termasuk gubuk sang sufi itu hingga rata dengan tanah ...
sufi itu pun sedih , dan mulai berusaha membangun lagi dengan waktu yang cukup lama .. hingga akhirnya selesai ... tetapi ... kali ini tiba2 datanglah cuaca alam yang sangat extrim , hujan badai yang juga memporak porandakan semuanya termasuk gubuk sang sufi tersebut ...
dan begitulah seterusnya , tiap kali sufi itu membangun gubuk , selalu saja ada hal yang terjadi yang memporak-porandakan semuanya ...
Lalu akhirnya sufi itu sadar " Ya Allah , .. kalau terus2an seperti ini , lalu kapan aku bisa beribadah padaMu dengan tenang ? mungkin ini hanya ujian dan peringatan dari Mu ... mungkin memang seharusnya aku tidak menunggu untuk memiliki gubuk dulu baru bisa beribadah ...

IN ENGLISH :
There is a Sufi, make the trip to the Holy Land ...
But in his journey, he was forced to be halted .. because there is a deep chasm too wide and stretched in front of him .. and he would be stunned for a moment, and think, "How can the way I get through this gap so that can continue my journey ... while this is the only way ....
Sudenly, he saw not far away was a group of people who are building a bridge, and one of them shouted for the Sufi "intend, O where are you? ... and Sufi replied" I'm going to the holy land, but because of the gulf in front of it, .. I so do not know how to go through it ...
Then the man said, "we all also just like you ... we are going to the holy land but is blocked by the gap, so since we are all trying to build this bridge in order to get past the abyss ... and you, too, should help us to work we quickly finished ...
Sufi was also asked "if I may know, how long do you start to build the bridge .. and when it will be finished? ...
the man replied "I do not know, when our work will be completed .. when we started this work already since many years ago, but somehow it has not been completed as well ... every time we think it is finished, it turns out there are just some things that had not yet finished and disturbed ...
Sufi was then realizes something and think "Oh God ... this will never be able to finish even though they continue working on it for many years again, and if I said this time to help and join with them, of my journey was to be done here. ..
But what about the gap ?? ... if I was desperate to pass through it logically I'd fall and die ....
But it is only logic ... when life is not enough just to rely on logic ... while Allah has power over all things ...
Bismillah .. I had to keep running, no matter the gorge was stretched out before me, because maybe this is just part of the journey alone exam .... and if Allah willed I survived, then surely I would have survived ... or vice versa .. ,
So with a strong determination accompanied by belief, Sufis it continues to run, and there was a the miracle ....
Sufi was able to walk floated in the air passing through the ravine ...

In another story is told, there was a Sufi who have sought to build a quiet spot in a forest in the place where he'll be able to worship in peace ...
then he went into the woods, and when he got there he began collecting woods and other materials to build huts / place where he can worship ...
And after spending a long time, then finished the place was .. a bamboo hut which was clean and comfortable ... and he started going to enter it .... but .....
sudenly from a distance came the wild bull ran amok and crashing to and fro devastated everything including the saint's hut to the ground ...
Sufi was also sad, and began to try to rebuild with a long time .. until finally finished ... but ... this time sudenly came very extreme natural weather, storm also brought disorder to everything including the mystic of the hut. ..
And so on, every time sufi build a hut, there is always something happening which ravaged everything ...
Then finally Sufi realized "God, .. if always like this, then when can I worship Thee in peace? Maybe this is just a test and warning of Mu ... maybe rightfully I did not wait to have a new first hut so i can worship
Jumat, 14 April 2017
KISAH PASIR
Dari mata airnya yang nun jauh di gunung sana, sebuah
sungai mengalir melewati apapun di tebing dan ngarai,
akhirnya mencapai padang pasir. Selama ini ia telah berhasil
mengatasi halangan apapun dan sekarang berusaha menaklukkan
halangan yang satu ini. Tetapi setiap kali sungai itu
cepat-cepat melintasinya, airnya segera lenyap di pasir.
Sungai itu sangat yakin, bahwa ia ditakdirkan melewati
padang pasir itu, namun ia tidak bisa mengatasi masalahnya
Lalu, terdengar suara tersembunyi yang berasal dari padang
pasir itu, bisiknya, “Angin bisa menyeberangi pasir, Tapi sungai tak kanbisa.”
Sungai menolak pernyataan itu, ia lalu cepat-cepat
menyeberangi padang pasir, tetapi airnya selalu terserap kedalam pasir : angin
bisa terbang, dan oleh karena itulah ia bisa menyeberangi
padang pasir.
“Dengan menyeberang seperti yang kau lakukan itu, jelas, kau
tak akan berhasil. Kau hanya akan lenyap atau jadi
paya-paya. Kau harus mempersilahkan angin membawamu
menyeberangi padang pasir, ketempat tujuan.”
Tetapi bagaimana caranya? “Dengan membiarkan dirimu terserap
angin.”
Gagasan itu tidak bisa diterima Si Sungai. Bagaimanapun,
sebelumnya ia sama sekali tidak pernah terserap. Ia tidak
mau kehilangan dirinya. Dan kalau dirinya itu lenyap, apakah
bisa dipastikan akan didapatnya kembali?
kata Si Pasir,“Angin menjalankan tugas semacam itu. Ia
membawa air, membawanya terbang menyeberang padang pasir,
dan menjatuhkannya lagi. Jatuh ke bumi sebagai hujan, air
pun menjelma sungai.”
“Bagaimana aku bisa yakin bahwa itu benar?”
“Memang benar, dan kalau kau tak mempercayainya, kau hanya
akan menjadi paya-paya; dan menjadi paya-paya itupun
memerlukan waktu bertahun-tahun berpuluh tahun. Dan
paya-paya itu jelas tak sama dengan sungai, bukan?”
“Tapi, tak dapatkah aku tetap berupa sungai, sama dengan
keadaanku kini?”
“Apapun juga yang terjadi, kau tidak akan bisa tetap berupa
dirimu kini,” bisik suara itu. “Bagian intimu terbawa
terbang, dan membentuk sungai lagi nanti. Kau disebut sungai
juga seperti kini, sebab kau tak tahu bagian dirimu yang
mana inti itu.”
Mendengar hal itu, dalam pikiran Si Sungai mulai muncul
gema. Samar-samar, ia ingat akan keadaan ketika ia –atau
bagian dirinya? –berada dalam pelukan angin. Ia juga
ingat– benar demikiankah? bahwa hal itulah yang nyatanya
terjadi, bukan hal yang harus terjadi.
Dan sungai itu pun membubungkan uapnya ke tangan-tangan
angin yang terbuka lebar, dan yang kemudian dengan tangkas
mengangkatnya dan menerbangkannya, lalu membiarkannya
merintik lembut segera setelah mencapai atap gunung –nun
disana yang tak terkira jauhnya. Dan karena pernah meragukan
kebenarannya, sungai itu ini bisa mengingat-ingat dan
mencatat lebih tandas pengalamannya secara terperinci. Ia
merenungkannya, “Ya, kini aku mengenal diriku yang
sebenarnya.”
Sungai itu telah mendapat pelajaran. Namun Sang Pasir
berbisik, “Kami tahu sebab kami menyaksikannya hari demi
hari; dan karena kami, pasir ini, terbentang mulai dari tepi
pasir sampai ke gunung.”
Dan itulah sebabnya mengapa dikatakan bahwa cara Sungai
Kehidupan melanjutkan perjalanannya tertulis di atas Pasir.
Catatan
Kisah indah ini masih beredar dalam tradisi lisan dalam
pelbagai bahasa, hampir selalu terdengar di kalangan para
darwis dan murid-muridnya.
Kisah ini dicantumkan oleh Sir Fairfax Cartwright dalam
bukunya, Mystic Rose from the Garden of the King ‘Mawar
Mistik dari Taman Raja’ terbit tahun 1899.
Versi ini berasal dari Awad Afifi, orang Tunisia, yang
meninggal tahun 1870.
sungai mengalir melewati apapun di tebing dan ngarai,
akhirnya mencapai padang pasir. Selama ini ia telah berhasil
mengatasi halangan apapun dan sekarang berusaha menaklukkan
halangan yang satu ini. Tetapi setiap kali sungai itu
cepat-cepat melintasinya, airnya segera lenyap di pasir.
Sungai itu sangat yakin, bahwa ia ditakdirkan melewati
padang pasir itu, namun ia tidak bisa mengatasi masalahnya
Lalu, terdengar suara tersembunyi yang berasal dari padang
pasir itu, bisiknya, “Angin bisa menyeberangi pasir, Tapi sungai tak kanbisa.”
Sungai menolak pernyataan itu, ia lalu cepat-cepat
menyeberangi padang pasir, tetapi airnya selalu terserap kedalam pasir : angin
bisa terbang, dan oleh karena itulah ia bisa menyeberangi
padang pasir.
“Dengan menyeberang seperti yang kau lakukan itu, jelas, kau
tak akan berhasil. Kau hanya akan lenyap atau jadi
paya-paya. Kau harus mempersilahkan angin membawamu
menyeberangi padang pasir, ketempat tujuan.”
Tetapi bagaimana caranya? “Dengan membiarkan dirimu terserap
angin.”
Gagasan itu tidak bisa diterima Si Sungai. Bagaimanapun,
sebelumnya ia sama sekali tidak pernah terserap. Ia tidak
mau kehilangan dirinya. Dan kalau dirinya itu lenyap, apakah
bisa dipastikan akan didapatnya kembali?
kata Si Pasir,“Angin menjalankan tugas semacam itu. Ia
membawa air, membawanya terbang menyeberang padang pasir,
dan menjatuhkannya lagi. Jatuh ke bumi sebagai hujan, air
pun menjelma sungai.”
“Bagaimana aku bisa yakin bahwa itu benar?”
“Memang benar, dan kalau kau tak mempercayainya, kau hanya
akan menjadi paya-paya; dan menjadi paya-paya itupun
memerlukan waktu bertahun-tahun berpuluh tahun. Dan
paya-paya itu jelas tak sama dengan sungai, bukan?”
“Tapi, tak dapatkah aku tetap berupa sungai, sama dengan
keadaanku kini?”
“Apapun juga yang terjadi, kau tidak akan bisa tetap berupa
dirimu kini,” bisik suara itu. “Bagian intimu terbawa
terbang, dan membentuk sungai lagi nanti. Kau disebut sungai
juga seperti kini, sebab kau tak tahu bagian dirimu yang
mana inti itu.”
Mendengar hal itu, dalam pikiran Si Sungai mulai muncul
gema. Samar-samar, ia ingat akan keadaan ketika ia –atau
bagian dirinya? –berada dalam pelukan angin. Ia juga
ingat– benar demikiankah? bahwa hal itulah yang nyatanya
terjadi, bukan hal yang harus terjadi.
Dan sungai itu pun membubungkan uapnya ke tangan-tangan
angin yang terbuka lebar, dan yang kemudian dengan tangkas
mengangkatnya dan menerbangkannya, lalu membiarkannya
merintik lembut segera setelah mencapai atap gunung –nun
disana yang tak terkira jauhnya. Dan karena pernah meragukan
kebenarannya, sungai itu ini bisa mengingat-ingat dan
mencatat lebih tandas pengalamannya secara terperinci. Ia
merenungkannya, “Ya, kini aku mengenal diriku yang
sebenarnya.”
Sungai itu telah mendapat pelajaran. Namun Sang Pasir
berbisik, “Kami tahu sebab kami menyaksikannya hari demi
hari; dan karena kami, pasir ini, terbentang mulai dari tepi
pasir sampai ke gunung.”
Dan itulah sebabnya mengapa dikatakan bahwa cara Sungai
Kehidupan melanjutkan perjalanannya tertulis di atas Pasir.
Catatan
Kisah indah ini masih beredar dalam tradisi lisan dalam
pelbagai bahasa, hampir selalu terdengar di kalangan para
darwis dan murid-muridnya.
Kisah ini dicantumkan oleh Sir Fairfax Cartwright dalam
bukunya, Mystic Rose from the Garden of the King ‘Mawar
Mistik dari Taman Raja’ terbit tahun 1899.
Versi ini berasal dari Awad Afifi, orang Tunisia, yang
meninggal tahun 1870.
Selasa, 11 April 2017
HARAPAN ...
HARAPAN ...
Kadang hidup itu seperti menghadapi sebongkah batu yg besar nan keras , dan kita menjadi lelah dan sangat lelahnya hingga hampir putus asa terhadapnya karena berkali2 bahkan puluhan kali kita memukul batu tersebut , namun tiada terpecahkan jua ... maka apalah yg tersisa selain keluh kesah dan juga putus asa ... merasa berat hidup ini ... namun tunggu .. janganlah cepat menyerah dan putus asa dan cobalah kau fahami dan ketahui bahwa di dalam batu nan keras tersebut sesungguhnya tersimpan sesuatu yg amat dan sangat berharga buatmu , sebuah harapan baru ... dan sesuatu yg akan bisa mengubah hidupmu ...
inilah mungkin yg akan bisa kembali membangkitkan gairah dan semangat kita di dalam menjalani kehidupan ...
Kadang hidup itu seperti menghadapi sebongkah batu yg besar nan keras , dan kita menjadi lelah dan sangat lelahnya hingga hampir putus asa terhadapnya karena berkali2 bahkan puluhan kali kita memukul batu tersebut , namun tiada terpecahkan jua ... maka apalah yg tersisa selain keluh kesah dan juga putus asa ... merasa berat hidup ini ... namun tunggu .. janganlah cepat menyerah dan putus asa dan cobalah kau fahami dan ketahui bahwa di dalam batu nan keras tersebut sesungguhnya tersimpan sesuatu yg amat dan sangat berharga buatmu , sebuah harapan baru ... dan sesuatu yg akan bisa mengubah hidupmu ...
inilah mungkin yg akan bisa kembali membangkitkan gairah dan semangat kita di dalam menjalani kehidupan ...
Dan ketika cahaya Iman itu bersinar sangat terangnya di dalam hati kita
, melampau segala penderitaan yg kita rasakan dalam hidup ini ... maka
apalah kini arti dari penderitaan .. ? tidak ada ... sungguh ,
penderitaan akan sirna dalam syukur kita yg makin mendalam pada Allah
SWT ...
Bagaikan para wanita yang terpesona oleh ketampanan nabi Yusuf AS sehingga menjadi lupa dan tiada terasa lagi sakitnya teriris jari mereka ...
HOPE ...
Sometimes life is like the face of a big boulder and hard, and we became tired and very tired until almost hopeless for him because even many tens of times we hit the stone, but nevertheless not solved ... then whatever's left besides complaints and also despair ... feel the weight of this alive ... but wait .. do not be quick to give up and despair and you try to understand it and know that in the hard rock nan actually stored something withering and highly valuable to you, a new hope .. , and something that will change your life ...
it is possible that will be able to re-awaken passion and we are in life ...
And when the light shines so bright that faith in our hearts, beyond all the sufferings we experience in this life ... then something is now the meaning of suffering ..? no ... indeed, the suffering will disappear in our gratitude that deepens in Allah ...
Like the woman who enchanted by the beauty nabi Yusuf alaihissalam so that it becomes forgotten and no longer felt the pain cut their fingers
Bagaikan para wanita yang terpesona oleh ketampanan nabi Yusuf AS sehingga menjadi lupa dan tiada terasa lagi sakitnya teriris jari mereka ...
HOPE ...
Sometimes life is like the face of a big boulder and hard, and we became tired and very tired until almost hopeless for him because even many tens of times we hit the stone, but nevertheless not solved ... then whatever's left besides complaints and also despair ... feel the weight of this alive ... but wait .. do not be quick to give up and despair and you try to understand it and know that in the hard rock nan actually stored something withering and highly valuable to you, a new hope .. , and something that will change your life ...
it is possible that will be able to re-awaken passion and we are in life ...
And when the light shines so bright that faith in our hearts, beyond all the sufferings we experience in this life ... then something is now the meaning of suffering ..? no ... indeed, the suffering will disappear in our gratitude that deepens in Allah ...
Like the woman who enchanted by the beauty nabi Yusuf alaihissalam so that it becomes forgotten and no longer felt the pain cut their fingers
Kamis, 06 April 2017
KEPUTUS ASA AN NABI YUNUS
I remember the story of God's messenger yunus alaihisalam, when he
despaired of his people that he was thrown into the sea and swallowed by
shark
“Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”. (QS. 12:87)
“Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”. (QS. 12:87)
Jumat, 31 Maret 2017
KISAH IKAN DAN AIR
Kisah Ikan dan Air
Pada saat yang bersamaan, seekor ikan kecil mendengar percakapan itu dari bawah permukaan air, ia mendadak menjadi gelisah dan ingin tahu apakah air itu, yang katanya begitu penting dalam kehidupan ini. Ikan kecil itu berenang dari hulu sampai ke hilir sungai sambil bertanya kepada setiap ikan yang ditemuinya, “hai, tahukan kamu diman air? Aku telah mendengar percakapan manusia bahwa tanpa air kehidupan akan mati.”
Ternyata semua ikan tidak mengetahui dimana air itu. Si ikan kecil semakin gelisah, lalu ia berenang menuju mata air untuk bertemu dengan ikan sepuh yang sudah berpengalaman, ia bertanya kepada ikan sepuh itu, “dimanakah air?”
Jawab ikan sepuh, “tak usah khawatir anakku, air itu telah mengelilingimu, kamu bahkan tidak menyadarinya. Memang benar, tanpa air, kita akan mati.”
Hikmah yang dapat kita petik dari ceita ini, manusia terkadang mengalami situasi seperti ikan kecil, mencari kesana kemari tentang kehidupan dan kebahagiaan, padahal ia sedang menjalaninya bahkan kebahagiaan sedang melingkupi sampai-sampai dia tidak menyadarinya.
Fa bi ayyi ālā'i Rabbikumā tukażżibān
Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan?
Rabu, 29 Maret 2017
KUPU-KUPU , SAYAP , ANGIN DAN MATAHARI
kupu-kupu itu sangat indah , dan sayapnya yang sangat sempurna membuatnya bisa terbang ke manapun ia mau .... tetapi tunggu ... ternyata sayap saja tidak akan cukup bisa membuatnya terbang , tanpa adanya angin yang kan menerbangkannya , ... dan angin juga tak kan bisa bertiup tanpa adanya pengaruh dari pada Matahari ...
Lalu , bagaimana kita manusia yang sering kali dengan sombongnya menganggap bisa hidup dan exis tanpa Allah SWT serta melupakan-Nya ? ...
Lalu , bagaimana kita manusia yang sering kali dengan sombongnya menganggap bisa hidup dan exis tanpa Allah SWT serta melupakan-Nya ? ...
Kamis, 23 Maret 2017
IKAN KECIL DAN AIR
Suatu hari seorang ayah dan anaknya sedang duduk berbincang-bincang
di tepi sungai. Sang Ayah berkata kepada anaknya, “Lihatlah anakku, air
begitu penting dalam kehidupan ini, tanpa air kita semua akan mati.”
Pada saat yang bersamaan, seekor ikan kecil mendengar percakapan itu dari bawah permukaan air, ikan kecil itu mendadak gelisah dan ingin tahu apakah air itu, yang katanya begitu penting dalam kehidupan ini. Ikan kecil itu berenang dari hulu sampai ke hilir sungai sambil bertanya kepada setiap ikan yang ditemuinya, “Hai tahukah kamu dimana tempat air berada? Aku telah mendengar percakapan manusia bahwa tanpa air kehidupan akan mati.”
Ternyata semua ikan yang telah ditanya tidak mengetahui dimana air itu, si ikan kecil itu semakin kebingungan, lalu ia berenang menuju mata air untuk bertemu dengan ikan sepuh yang sudah berpengalaman, kepada ikan sepuh itu ikan kecil ini menanyakan hal yang sama, “Dimakah air?”
Ikan sepuh itu menjawab dengan bijak, “Tak usah gelisah anakku, air itu telah mengelilingimu, sehingga kamu bahkan tidak menyadari kehadirannya. Memang benar, tanpa air kita semua akan mati.”
Apa arti cerita tersebut bagi kita. Manusia kadang-kadang mengalami situasi yang sama seperti ikan kecil, mencari kesana kemari tentang kehidupan dan kebahagiaan, padahal ia sedang menjalaninya, bahkan kebahagiaan sedang melingkupinya sampai-sampai ia sendiri tidak menyadarinya.
Pada saat yang bersamaan, seekor ikan kecil mendengar percakapan itu dari bawah permukaan air, ikan kecil itu mendadak gelisah dan ingin tahu apakah air itu, yang katanya begitu penting dalam kehidupan ini. Ikan kecil itu berenang dari hulu sampai ke hilir sungai sambil bertanya kepada setiap ikan yang ditemuinya, “Hai tahukah kamu dimana tempat air berada? Aku telah mendengar percakapan manusia bahwa tanpa air kehidupan akan mati.”
Ternyata semua ikan yang telah ditanya tidak mengetahui dimana air itu, si ikan kecil itu semakin kebingungan, lalu ia berenang menuju mata air untuk bertemu dengan ikan sepuh yang sudah berpengalaman, kepada ikan sepuh itu ikan kecil ini menanyakan hal yang sama, “Dimakah air?”
Ikan sepuh itu menjawab dengan bijak, “Tak usah gelisah anakku, air itu telah mengelilingimu, sehingga kamu bahkan tidak menyadari kehadirannya. Memang benar, tanpa air kita semua akan mati.”
Apa arti cerita tersebut bagi kita. Manusia kadang-kadang mengalami situasi yang sama seperti ikan kecil, mencari kesana kemari tentang kehidupan dan kebahagiaan, padahal ia sedang menjalaninya, bahkan kebahagiaan sedang melingkupinya sampai-sampai ia sendiri tidak menyadarinya.
Senin, 20 Maret 2017
ORANG YANG MENYADARI KEMATIAN
Konon, ada seorang raja darwis yang berangkat mengadakan
perjalanan melalui laut. Ketika penumpang-penumpang lain
memasuki perahu satu demi satu, mereka melihatnya dan
sebagai lazimnya –merekapun meminta nasehat kepadanya. Apa
yang dilakukan semua darwis tentu sama saja, yakni memberi
tahu orang-orang itu hal yang itu-itu juga: darwis itu
tampaknya mengulangi saja salah satu rumusan yang menjadi
perhatian darwis sepanjang masa.
Rumusan itu adalah: “Cobalah menyadari maut, sampai kau tahu
maut itu apa.” Hanya beberapa penumpang saja yang secara
khusus tertarik akan peringatan itu.
Mendadak ada angin topan menderu. Anak kapal maupun
penumpang semuanya berlutut, memohon agar Tuhan
menyelamatkan perahunya. Mereka terdengar berteriak-teriak
ketakutan, menyerah kepada nasib, meratap mengharapkan
keselamatan. Selama itu sang darwis duduk tenang, merenung,
sama sekali tidak memberikan reaksi terhadap gerak-gerik dan
adegan yang ada disekelilingnya.
Akhirnya suasana kacau itu pun berhenti, laut dan langit
tenang, dan para penumpang menjadi sadar kini betapa tenang
darwis itu selama peristiwa ribut-ribut itu berlangsung.
Salah seorang bertanya kepadanya, “Apakah Tuan tidak
menyadari bahwa pada waktu angin topan itu tak ada yang
lebih kokoh daripada selembar papan, yang bisa memisahkan
kita dari maut?”
“Oh, tentu,” jawab darwis itu. “Saya tahu, di laut selamanya
begitu. Tetapi saya juga menyadari bahwa, kalau saya berada
di darat dan merenungkannya, dalam peristiwa sehari-hari
biasa, pemisah antara kita dan maut itu lebih rapuh lagi.”
perjalanan melalui laut. Ketika penumpang-penumpang lain
memasuki perahu satu demi satu, mereka melihatnya dan
sebagai lazimnya –merekapun meminta nasehat kepadanya. Apa
yang dilakukan semua darwis tentu sama saja, yakni memberi
tahu orang-orang itu hal yang itu-itu juga: darwis itu
tampaknya mengulangi saja salah satu rumusan yang menjadi
perhatian darwis sepanjang masa.
Rumusan itu adalah: “Cobalah menyadari maut, sampai kau tahu
maut itu apa.” Hanya beberapa penumpang saja yang secara
khusus tertarik akan peringatan itu.
Mendadak ada angin topan menderu. Anak kapal maupun
penumpang semuanya berlutut, memohon agar Tuhan
menyelamatkan perahunya. Mereka terdengar berteriak-teriak
ketakutan, menyerah kepada nasib, meratap mengharapkan
keselamatan. Selama itu sang darwis duduk tenang, merenung,
sama sekali tidak memberikan reaksi terhadap gerak-gerik dan
adegan yang ada disekelilingnya.
Akhirnya suasana kacau itu pun berhenti, laut dan langit
tenang, dan para penumpang menjadi sadar kini betapa tenang
darwis itu selama peristiwa ribut-ribut itu berlangsung.
Salah seorang bertanya kepadanya, “Apakah Tuan tidak
menyadari bahwa pada waktu angin topan itu tak ada yang
lebih kokoh daripada selembar papan, yang bisa memisahkan
kita dari maut?”
“Oh, tentu,” jawab darwis itu. “Saya tahu, di laut selamanya
begitu. Tetapi saya juga menyadari bahwa, kalau saya berada
di darat dan merenungkannya, dalam peristiwa sehari-hari
biasa, pemisah antara kita dan maut itu lebih rapuh lagi.”
KIMIA KEBAHAGIAAN
“Ketahuilah, bahwa manusia tidak diciptakan secara main-main atau
sembarangan. Ia diciptakan dengan sebaik-baiknya dan demi suatu tujuan
agung. Meskipun bukan merupakan bagian Yang Kekal, ia hidup selamanya;
meski jasadnya rapuh dan membumi, ruhnya mulia dan bersifat ketuhanan.
Ketika, dalam tempaan hidup zuhud, ia tersucikan dari nafsu jasmaniah,
ia mencapai tingkat tertinggi; dan sebaliknya, dari menjadi budak nafsu
angkara, ia memiliki sifat-sifat malaikat. Dengan mencapai tingkat ini,
ia temukan surganya di dalam perenungan tentang Keindahan Abadi, dan tak
lagi pada kenikmatan-kenikmatan badani. Kimia ruhaniah yang
menghasilkan perubahan ini dalam dirinya, seperti kimia yang mengubah
logam rendah menjadi emas, tak bisa dengan mudah ditemukan.” (Al
Ghazali)
Sabtu, 18 Maret 2017
BONEKA YANG TIDAK BISA JATUH
Daruma (だるま atau 達磨?) adalah boneka sekaligus mainan asal Jepang dengan bentuk hampir bulat, dengan bagian dalam yang kosong serta tidak memiliki kaki dan tangan .
Menariknya , boneka ini selalu bisa TEGAK KEMBALI setiap kali ia di jatuhkan ...
ini adalah salah satu pelajaran berharga buat kita ...
Sebenarnya , tulisan ini idenya adalah serupa dengan tulisan yang berjudul MELEPAS KE-AKUAN ...
yups.. jika kita sudah benar2 ikhlas dan tiada lagi keakuan dalam diri,benar2 kosong dan hanya berpegang teguh pada Allah SWT semata ... maka sangat sulit bagi jiwa kita akan mudah di jatuhkan ...
Menariknya , boneka ini selalu bisa TEGAK KEMBALI setiap kali ia di jatuhkan ...
ini adalah salah satu pelajaran berharga buat kita ...
Sebenarnya , tulisan ini idenya adalah serupa dengan tulisan yang berjudul MELEPAS KE-AKUAN ...
yups.. jika kita sudah benar2 ikhlas dan tiada lagi keakuan dalam diri,benar2 kosong dan hanya berpegang teguh pada Allah SWT semata ... maka sangat sulit bagi jiwa kita akan mudah di jatuhkan ...
Minggu, 26 Februari 2017
JADILAH ULAMA AHLI FIQH DAN ULAMA AHLI TASAWUF
Di dalam kitab “Diwan al-Imam
asy-Syafi’i” pada halaman 177, Imam Syafi’i menganjurkan agar umat
Islam mempelajari, memahami dan menguasai ilmu fiqih dan ilmu tasawuf,
sehingga di kemudian hari dapat menjadi seorang pakar fiqih dan pakar
tasawuf yang mampu membimbing ummat kepada jalan yang lurus dan diridhoi
Allah SWT dengan keterangan sebagai berikut:
قال الامام محمد بن ادريس الشافعي : صحبت الصوفية عشر سنين . ما استفدت منهم الا هذه الحرفين : الوقت سيف . و من العصمة أن لا تقدر
Artinya:
=====
“Berkata Imam Muhammad bin Idris asy-Syafi’i: Aku bersahabat dengan kaum sufi (pakar tasawuf) selama sepuluh tahun. Tidak ada yang dapat kuambil faedah dari mereka kecuali dua perkara, yaitu: 1. Waktu bagaikan pedang, dan 2. Dari pemeliharaan Allah engkau tidak akan mampu menentang-Nya.”
Di dalam masalah anjuran menjadi pakar fiqih dan tasawuf, beliau, radiyallahu ‘anhu, berkata di dalam sya’irnya:
فقيها و صوفيا فكن ليس واحدا ### فانى و حق الله اياك أنصح
فذلك قاس لم يذق قلبه تقى ### و هذا جهول كيف ذو الجهل يصلح؟
Artinya:
=====
“Maka, jadilah engkau sebagai pakar fikih dan tasawuf ! Dan “Faqih dan Sufi” bukanlah satu makna.
Maka, sesungguhnya aku dan hak Allah memberikan nasehat kepadamu.
Itulah orang yang berhati keras di mana hatinya tidak bisa merasakan takut kepada Allah,
Dan, inilah orang bodoh yang hatinya kosong dari ma’rifatullah. Dan, bagaimana orang bodoh akan membawa kemashlahatan (kebaikan) di kemudian hari?.”
Artinya:
=====
“Berkata Imam Muhammad bin Idris asy-Syafi’i: Aku bersahabat dengan kaum sufi (pakar tasawuf) selama sepuluh tahun. Tidak ada yang dapat kuambil faedah dari mereka kecuali dua perkara, yaitu: 1. Waktu bagaikan pedang, dan 2. Dari pemeliharaan Allah engkau tidak akan mampu menentang-Nya.”
Di dalam masalah anjuran menjadi pakar fiqih dan tasawuf, beliau, radiyallahu ‘anhu, berkata di dalam sya’irnya:
فقيها و صوفيا فكن ليس واحدا ### فانى و حق الله اياك أنصح
فذلك قاس لم يذق قلبه تقى ### و هذا جهول كيف ذو الجهل يصلح؟
Artinya:
=====
“Maka, jadilah engkau sebagai pakar fikih dan tasawuf ! Dan “Faqih dan Sufi” bukanlah satu makna.
Maka, sesungguhnya aku dan hak Allah memberikan nasehat kepadamu.
Itulah orang yang berhati keras di mana hatinya tidak bisa merasakan takut kepada Allah,
Dan, inilah orang bodoh yang hatinya kosong dari ma’rifatullah. Dan, bagaimana orang bodoh akan membawa kemashlahatan (kebaikan) di kemudian hari?.”
SYI’IR DARI IMAM ASY-SYAFI’I
مَا فِي الْمُقَامِ لِذِي عَقْلٍ وَذِي أَدَبِ # مِنْ رَاحَةٍ فَدَعِ الأَوْطَانَ وَاغْتَرِبِ
سَافِرْ تَجِدْ عِوَضاً عَمَّنْ تُفَارِقُهُ # وَانْصَبْ فَإنَّ لَذِيذَ الْعَيْشِ فِي النَّصَبِ
إِنِّي رَأَيْتُ وُقُوْفَ المْـَاءِ يُفْسِدُهُ # إِنْ سَاحَ طَابَ وَإنْ لَمْ يَجْرِ لَمْ يَطِبِ
وَالْأَسْدُ لَوْلَا فِرَاقُ الأَرْضِ مَا افْتَرَسَتْ # والسَّهْمُ لَوْلَا فِرَاقُ الْقَوْسِ لَمْ يُصِبِ
Berdiam diri bagi orang berakal dan berperadaban bukanlah sebuah kenyamanan, karenanya beranjaklah dari kampung halaman.
Berkelanalah, akan kau temukan ganti
untuk orang-orang yang kau tinggalkan. Dan berjuanglah, karena
kenikmatan hidup ada dalam perjuangan.
Aku lihat, diamnya air akan membusukkannya. Jika mengalir, air menjadi segar, dan jika menggenang, air menjadi comberan.
Singa jika tak mengembara, tak akan menjadi raja rimba. Dan anak panah jika tak lepas dari busurnya, tak akan menggoreskan luka.
KEBODOHAN SPIRITUAL: MENYEMBAH KEAKUAN KITA SENDIRI DI ATAS KEAKUAN GUSTI ALLAH
Setiap orang diberi kecerdasan
spiritual menurut kadar yang telah ditentukan. Repotnya, setiap orang
malah memelihara dan menjaga dengan rapi kebodohan spiritualnya.
Bagaimana agar kebodohan kita tidak dominan?
Masih ingat Firaun yang akhirnya sadar
bahwa dia manusia biasa? Firaun yang selama hidupnya mengaku Tuhan dan
memaksakan kehendak kepada rakyat akhirnya harus karam di laut merah.
Saat terakhir akan diemut lautan ganas itulah, dia baru sadar
ketidakberdayaannya. Kebodohan Firaun ini harus ditebus dengan kegagalan
dia untuk bertaubat. Taubat yang terlambat, sama saja dengan tidak
bertaubat dan dia digolongkan Tuhan sebagai manusia yang gagal dalam
hidup.
Dari segi sumber daya manusia (SDM)
Firaun tidak kekurangan suatu apa. Dia cerdas dan lihai. Buktinya, dia
bisa juga menjadi raja dalam jangka waktu sekian lama. Kecerdasan
emosinya juga baik karena saat dia menghukum siti Masyitoh dengan
memasukkan ke belanga besar yang diisi air mendidih, dia masih
menawarkan Masyitoh untuk kembali mengakui Firaun sebagai Tuhan. Namun,
kecerdasan spiritual yang rendahlah, yang akhirnya tidak menyelamatkan
akidahnya. Dengan kata lain kebodohan spiritualnya lebih dominant dari
kecerdasan spiritual.
Apa itu kecerdasan spiritual? Kecerdasan
spiritual adalah tingkat kesadaran manusia untuk mengakui sesuatu yang
adikodrati, mengakui sesuatu yang transenden, mengakui ada sesuatu yang
menciptakan segala yang ada. Sesuatu itu tidak diciptakan lagi oleh
sesuatu yang lain. “Sesuatu” yang tidak bisa dinalar oleh akal pikiran
karena keberadaannya yang mengatasi hukum alam karena “Sesuatu” itu
berada di “luar alam” namun berada di “dalam alam” (imanen), bahkan
tidak “berjarak” dengan alam.
Sementare kebodohan spiritual saya
definisikan sebagai tingkat kesadaran manusia yang tidak mengakui
sesuatu yang adikodrati. Pikiran yang melulu hanya menganalisa
gejala-gejala yang tampak di mata (benda-benda) dan menafikan atau
menolak adanya kegiatan rasa/batin sebagai aktivitas kejiwaan untuk
menemukan kebenaran. Gejala ini sangat tampak dari paham positivistik,
materialisme yang akhirnya berakibat nihilisme.
Kalau kita amati, gejala umum masyarakat
“modern” yang pandai untuk mengolah hidupnya dengan berbagai teknologi
untuk berperilaku “modern” justeru kebingungan untuk menata pandangan
hidup yang jauh dan mendalam. Pandangan hidup masyarakat modern umumnya
sekular, menjauhkan hal-hal yang sifatnya spiritual dengan urusan dunia.
Urusan dunia bahkan lebih cenderung dinomorsatukan sementara urusan
akhirat yang abstrak biasanya dinomorsekiankan. Ya, masyarakat modern
lebih dominant kebodohan spiritualnya daripada kecerdasan spiritual.
Kenapa soal-soal spiritual semacam ini
ditulis berulang-ulang dalam blog kita ini? Terus terang… mumpung masih
ada waktu untuk merenung, mumpung masih punya kesempatan untuk
membelokkan orientasi hidup yang keliru, mumpung kita masih hidup. Siapa
yang menjamin bahwa saya dan Anda besok masih bisa bangun dari tidur?
Siapa yang bisa menjamin bahwa besok kita masih bisa membaca dan menulis
di blog? Yang bisa menjamin hanyalah Sang Pemilik dan Perancang Hidup.
Tuhan semesta alam yang Maha Tahu rencana-rencana di balik keberadaan
saya dan Anda diciptakan di dunia ini.
Menyadari akibat bila kita salah
memikirkan sesuatu, menyadari akibat bila otak kita secara tidak sadar
hanya dijejali oleh “urusan-urusan” yang tidak ada sangkut pautnya
dengan RENCANA TUHAN pada kita, akan mengakibatkan kita mendapatkan
KESADARAN. Kesadaran untuk memanfaatkan waktu yang tersisa untuk hidup
ini untuk menyelesaikan peta/desain awal kenapa kita diciptakan yaitu
untuk rahmat bagi seluruh alam semesta karena kita adalah WAKIL yang
ditunjuk-Nya untuk menyelesaikan agenda-agenda besar ketuhanan.
Apa agenda-agenda besar ketuhanan itu?
• Pertama, Merencanakan Penciptaan Sesuatu dari Ketiadaan
• Kedua, Memproses terciptanya Ciptaan atau mengadakan sesuatu
• Ketiga, Memelihara Penciptaan dengan hukum-hukum kepastian Tuhan
• Keempat, Menuntaskan Penciptaan dengan menempatkan kembali pada ketiadaan
• Kedua, Memproses terciptanya Ciptaan atau mengadakan sesuatu
• Ketiga, Memelihara Penciptaan dengan hukum-hukum kepastian Tuhan
• Keempat, Menuntaskan Penciptaan dengan menempatkan kembali pada ketiadaan
Kembali pada tema Kebodohan spiritual.
Kebodohan spiritual tidak sampai menjangkau hal-hal yang abstrak
tersebut. Akal dan pikiran hanya disibukkan dengan, misalnya, bagaimana
caranya mendapatkan keuntungan dan uang sebanyak-banyaknya untuk
dinikmati. Uang adalah raja atau bahkan tuhan di dunia ini. Dengan uang,
kebahagiaan bisa dibeli. Inilah cara berpikir kaum rasionalistis,
pragmatis, hedonis, cara berpikir rasional yang dilanjutkan dengan pada
praktek yang tujuan akhirnya hanyalah pada kebahagiaan di dunia saja.
Padahal, ada begitu banyak hal yang
abstrak di sekeliling manusia. Bahkan, bukankah manusia adalah makhluk
yang abstrak dan justeru yang abstrak itu menjadi dasar yang primer dari
hal yang kongkret? Kenapa pada akhirnya yang kongkret saja yang menjadi
fokus otak kita bahkan kemudian menjadi dominan? Duh manusia, kapan kau
akan sadar bahwa sejatinya kebahagiaanmu tidak ditentukan oleh “adanya”
sesuatu. Namun ditentukan oleh bagaimana kau mensikapi “adanya” sesuatu
itu untuk disesuaikan dengan agenda-agenda besar ketuhanan tadi.
Adanya mobil di rumahmu yang mewah tidak
akan mampu membuat hatimu senang untuk jangka waktu yang lama. Pada
suatu saat, kau akan jenuh dan bosan sehingga kau berniat untuk
menjualnya dan menggantikannya dengan yang lebih baru. Atau malah
membeli lagi mobil yang lebih nyaman dan mewah. Begitu seterusnya,
sehingga dunia ini penuh dengan mobil-mobilmu yang tidak terbatas. Bumi
jadi penuh polusi asap nafsumu. Hingga umurmu berakhir untuk sesuatu
yang kongkret (benda mobil) padahal adanya mobilmu karena
nafsumu/keinginan memiliki (yang abstrak)….
Inilah gejala kebodohan spiritual yang
menjadi tanda-tanda kiamat. Nilai-nilai keabadian yang telah
dijungkirbalikkan oleh manusia kemudian pada suatu saat akan
menjungkirbalikkan kembali tataran yang telah sedemikian polutif. Inilah
momentum kiamat akbar yaitu ujung hancurnya nilai-nilai ketuhanan.
Sementara momentum kiamat kecil adalah hancurnya nilai-nilai ketuhanan
yang telah diinstal dalam otak kita saat kita masih belum dilahirkan
oleh ibu kita. Yaitu tatkala ruh kita telah meneken Memorandum of
Understanding (MOU) dengan Tuhan… “Alastu Birobbikum Qaalu Bala Syahidna
…” Hancurnya nilai-nilai ketuhanan itulah yang harus diwaspadai oleh
kita semua.
Bagaimana menyelamatkan otak (hardware)
yang berisi “file-file” pikiran dan keyakinan terhadap nilai-nilai
ketuhanan yang telah sengaja dirusak oleh kita sendiri?
Ada satu hal yang bisa mengubah kita
menjadi baik. Yaitu mulailah sekarang dan disini. Saat saya menulis ini
dan Anda membacanya, yakinlah bahwa ini adalah “Petunjuk Allah SWT”
telah datang pada kita untuk menyadari kebodohan spiritual yang selama
telah kita pendam, kita jaga dan kita rawat baik-baik. Selanjutnya akan
disusul dengan menata niat untuk bertaubat. Menyadari kesalahan dan
kebodohan itu dan seterusnya melangkah berdasarkan agenda-agenda Tuhan
kepada kita semua.
Maka, Just do it!!!, Laksanakan sekarang!!!
Ya, kita memang masih menjadi
firaun-firaun yang menyembah “keakuan” kita sendiri di atas keakuan-Nya,
Gusti Allah. Astaghfirullahal adzim…
MELEPASKAN KE-AKU-AN
Iblis itu adalah kita, kita yang bersifat keberadaan diri atau
keberadaan sifat keakuan, manakala mereka yang bersifat ikhlas itu,
adalah mereka yang bersifat ketiadaan diri ( tidak ada diri ). Bila mana
sudah tidak ada sifat keberadaan diri, maka tidak ada lagi sifat
keakuan.
Bilamana sifat keakuan atau sifat keberadaan diri itu sudah tidak ada, mana lagi adanya iblis, mana lagi adanya syaitan! Bilamana keberadaan diri telah tiada dari mana lagi datangnya godaan iblis atau syaitan pada diri.
Yang dikatakan iblis itu, adalah apabila adanya sifat aku atau yang masih adanya sifat keakuan ( masih ada diri ). Bagi mereka yang tiada sifat keakuan dan tidak ada sifat diri, mana lagi ada iblis dan mana lagi ada sifat goda menggoda!
Diri yang sudah hilang, sudah mati, dan diri yang sudah binasa, apa lagi yang boleh iblis nak goda!. Setelah semuanya telah dipulangkan kepada Allah, tidak ada apa-apa lagi yang tinggal, tersisa atau terbaki, apa lagi yang hendak syaitan atau iblis goda?.
Apakah bodoh sangat iblis itu, nak menggoda orang yang sudah mati. Iblis tidak sebodoh itu!. Sebenarnya iblis atau syaitan itu, adalah dirimu sendiri! Iblis itu, adalah diri kita yang masih ada sifat diri dan yang masih ada sifat keakuan.
Setelah tidak ada sifat keakuan, maka tidaklah adanya sifat iblis dan syaitan! Maka akan menyusullah sifat ingat kepada Allah. Bilamana sifat ingat kepada Allah telah mengambil tempat maka fana', baqo', lebur dan binasalah sifat diri, dengan syaitan-syaitan dan dengan iblis-iblis itu sekali akan binasa!
Bilamana sifat ingat kepada Allah telah meleburkan sifat iblis, maka itulah yang dikatakan tahap "IKHLAS" mana mungkin orang yang ikhlas dapat digoda iblis.
Orang ikhlas itu adalah orang yang dirinya sudah mati, binasa dan hilang. Bilama diri sudah mati, hilang ghaib didalam wajah Allah, apa lagi yang boleh iblis goda !. Apabila kita sudah berada didalam wilayah ikhlas ( alam mengenal diri ) tidak boleh lagi ada didalam diri kita sifat sombong, takabur, angkuh atau bongkak, segala-galanya Allah.
Bilamana sifat keakuan atau sifat keberadaan diri itu sudah tidak ada, mana lagi adanya iblis, mana lagi adanya syaitan! Bilamana keberadaan diri telah tiada dari mana lagi datangnya godaan iblis atau syaitan pada diri.
Yang dikatakan iblis itu, adalah apabila adanya sifat aku atau yang masih adanya sifat keakuan ( masih ada diri ). Bagi mereka yang tiada sifat keakuan dan tidak ada sifat diri, mana lagi ada iblis dan mana lagi ada sifat goda menggoda!
Diri yang sudah hilang, sudah mati, dan diri yang sudah binasa, apa lagi yang boleh iblis nak goda!. Setelah semuanya telah dipulangkan kepada Allah, tidak ada apa-apa lagi yang tinggal, tersisa atau terbaki, apa lagi yang hendak syaitan atau iblis goda?.
Apakah bodoh sangat iblis itu, nak menggoda orang yang sudah mati. Iblis tidak sebodoh itu!. Sebenarnya iblis atau syaitan itu, adalah dirimu sendiri! Iblis itu, adalah diri kita yang masih ada sifat diri dan yang masih ada sifat keakuan.
Setelah tidak ada sifat keakuan, maka tidaklah adanya sifat iblis dan syaitan! Maka akan menyusullah sifat ingat kepada Allah. Bilamana sifat ingat kepada Allah telah mengambil tempat maka fana', baqo', lebur dan binasalah sifat diri, dengan syaitan-syaitan dan dengan iblis-iblis itu sekali akan binasa!
Bilamana sifat ingat kepada Allah telah meleburkan sifat iblis, maka itulah yang dikatakan tahap "IKHLAS" mana mungkin orang yang ikhlas dapat digoda iblis.
Orang ikhlas itu adalah orang yang dirinya sudah mati, binasa dan hilang. Bilama diri sudah mati, hilang ghaib didalam wajah Allah, apa lagi yang boleh iblis goda !. Apabila kita sudah berada didalam wilayah ikhlas ( alam mengenal diri ) tidak boleh lagi ada didalam diri kita sifat sombong, takabur, angkuh atau bongkak, segala-galanya Allah.
Masukkanlah Aku ke alam dari ego (s)
-----------------------------------------
Kami, kami yang dari alam keberadaan atau keakuan, anda memilih, itu adalah mereka yang tidak ada diri). Jika yang tidak memiliki sifat keberadaan, maka tidak ada lagi sifat keakuan.
Ketika keakuan alam atau alam dari keberadaan jiwa tidak ada lagi, dimana lagi keberadaan setan, di mana iblis! Kepercayaan diri adalah pergi dari mana datang setan atau godaan setan di dalam jiwa.
Setan adalah, ketika aku melihat alam atau karena sifat keakuan (masih ada).
-----------------------------------------
Kami, kami yang dari alam keberadaan atau keakuan, anda memilih, itu adalah mereka yang tidak ada diri). Jika yang tidak memiliki sifat keberadaan, maka tidak ada lagi sifat keakuan.
Ketika keakuan alam atau alam dari keberadaan jiwa tidak ada lagi, dimana lagi keberadaan setan, di mana iblis! Kepercayaan diri adalah pergi dari mana datang setan atau godaan setan di dalam jiwa.
Setan adalah, ketika aku melihat alam atau karena sifat keakuan (masih ada).
keakuan adalah tempat iblis dan sifat dari goda menggoda!
Seseorang yang telah hilang, mati, dan jiwa yang telah dihancurkan, apa lagi yang dapat setan goda ?
iblis atau setan, adalah dirimu sendiri!
Seseorang yang telah hilang, mati, dan jiwa yang telah dihancurkan, apa lagi yang dapat setan goda ?
iblis atau setan, adalah dirimu sendiri!
Setan itu sendiri bisa menggoda, karena masih adanya alam dan keakuan.
Setelah tidak adanya alam, akan menyusullah ingat kepada Allah, Ketika alam, alam telah melebur..
Ikhlas itu adalah manusia yang sudah mati, pergi. Bilama diri mati, pergi tersembunyi di wajah Allah, apa lagi yang dapat membuat setan menggoda?. Ketika kita beradadi alam-Nya. Tidak ada lagi dalam diri kita sifat sombong, angkuh, atau kesombongan , dan semuanya.
Setelah tidak adanya alam, akan menyusullah ingat kepada Allah, Ketika alam, alam telah melebur..
Ikhlas itu adalah manusia yang sudah mati, pergi. Bilama diri mati, pergi tersembunyi di wajah Allah, apa lagi yang dapat membuat setan menggoda?. Ketika kita beradadi alam-Nya. Tidak ada lagi dalam diri kita sifat sombong, angkuh, atau kesombongan , dan semuanya.
Sabtu, 25 Februari 2017
BAHLUL DAN TAHTA RAJA

Suatu hari, Bahlul masuk ke istana dan menemukan singgasana Raja kosong. Dengan enteng, ia langsung mendudukinya. Menempati tahta Raja termasuk ke dalam kejahatan berat dan boleh dihukum mati. Para pengawal menangkap Bahlul, menyeretnya turun dari tahta, dan memukulinya. Mendengar teriakan Bahlul yang kesakitan, Raja segera menghampirinya.
Bahlul masih menangis keras ketika Raja menanyakan sebab keributan ini kepada para pengawal. Raja berkata kepada yang memukuli Bahlul, “Kasihan! Orang ini gila. Mana ada orang waras yang berani menduduki singgasana Raja?” Ia lalu berpaling ke arah Bahlul, “Sudahlah, tak usah menangis. Jangan kuatir, cepat hapus air matamu.” Bahlul menjawab, “Wahai Raja, bukan pukulan mereka yang membuatku menangis. Aku menangis karena kasihan terhadapmu!”
“Kau mengasihaniku?” Harun mengherdik, “Mengapa engkau harus menangisiku?” Bahlul menjawab, “Wahai Raja, aku cuma duduk di tahtamu sekali tapi mereka telah memukuliku dengan begitu keras. Apalagi kau, kau telah menduduki tahtamu selama dua puluh tahun. Pukulan seperti apa yang akan kau terima? Aku menangis karena memikirkan nasibmu yang malang…
PEDAGANG SUFI

Di sana ia memulai sebuah usaha dan dalam beberapa tahun saja telah memperoleh kemajuan.
Pada suatu hari seorang guru sufi yang telah mengenalnya beberapa tahun yang lalu, namun masih berada di atas jalan yang ditempuh oleh para pencari kebenaran, singgah di tempat kediamannya.
“Betapa gundah hatiku menyaksikan engkau yang telah meninggalkan pencarian dan jalan kaum mistik,” berkata sang guru sufi. Pedagang yang arif bijaksana itu hanya tersenyum dan tidak memberi komentar apa-apa.
Sang guru sufi kemudian meneruskan perjalanan dan didalam wejangan-wejangannya dikemudian hari ia sering kisahkan, betapa seseorang bekas sufi yang kemudian beralih kepada cita-cita yang rendah dalam dunia perdagangan karena ia tampaknya tak memiliki tekad yang perlu untuk menyelesaikan perjalanan.
Tetapi sang guru sufi pengelana ini akhirnya bertemu dengan Khaidir, sang penunjuk jalan rahasia. Si guru sufi memohon kepada Khaidir untuk mengantarkannya kepada guru arif bijaksana pada zaman itu, yang akan memberkahi terang ke dalam hatinya.
Khaidir berkata:
“Jumpailah seseorang pedagang anu, duduklah di kakinya, dan laksanakanlah kerja kasar yang disuruhnya”.
Sang guru sufi tidak habis pikir, iapun berkata dengan tergagap:
“Tetapi betapa mungkin bahwa pedagang itu adalah salah seorang dari manusia-manusia terpilih, apalagi sebagai guru agung zaman kini?”
Khaidir menjawab:
“Karena ketika ia mendapatkan terang ia pun telah berhasil memperoleh pengetahuan duniawi. Untuk pertama kali ia rnenyadari bahwa sikap manusia suci menarik orang-orang tamak yang berpura-pura mencari pengetahuan spirituil dan menolak orang-orang tulus yang tidak takjub kepada penampilan lahiriah. Aku telah menunjukkan kepadanya betapa guru-guru yang saleh dapat ditenggelamkan oleh pengikut-pengikutnya. Maka ia memberi pengajaran dengan diam-diam dan bagi orang-orang yang dangkal penglihatan ia hanyalah seorang pedagang biasa.”
KETIKA MUSA INGIN MELIHAT TUHAN

“Dan tatkala Musa datang menurut waktu yang telah Kami tentukan, dan telah berfirman Rabb-nya kepadanya, berkatalah ia: ‘Ya Rabbi perlihatkanlah (Diri-Mu) kepadaku, agar aku dapat memandang Engkau’. Berkatalah Allah: ‘Engkau sekali-kali tidak akan mampu untuk melihat-Ku, akan tetapi arahkanlah pandangan (engkau) ke gunung itu, maka jika ia tetap pada tempatnya niscaya engkau dapat melihat-Ku!’.”, QS.Al-’Araaf.[7]:143.
Setelah mendengar permintaan Nabi Musa as. itu, kemudian Allah swt. berfirman: “Wahai putra Imran, sesungguhnya tidak akan ada seorang pun yang sanggup untuk melihat-Ku, kemudian ia mampu untuk tetap hidup!”
Nabi Musa as. berkata: “Rabbi, tidak ada sesuatu pun yang menyekutui-Mu, sesungguhnya melihat-Mu dan kemudian mati itu lebih aku sukai daripada aku terus hidup dengan tanpa melihat-Mu! Rabbi, sempurnakanlah nikmat, anugrah, dan hikmat-Mu kepadaku dengan mengabulkan permohonanku ini, setelah itu aku rela mati!”
Ibnu Abbas ra., sahabat Rasulullah saw., meriwayatkan bahwa ketika Allah swt. mengetahui bahwa Nabi Musa as. ingin sekali permohonannya dikabulkan, maka berfirmanlah Allah swt.: “Pergilah engkau, dan lihatlah batu yang ada di atas puncak gunung itu, duduklah engkau di atas batu itu, kemudian Aku akan menurunkan balatentara-Ku kepadamu!”
Nabi Musa as. pun melaksanakan perintah Allah swt. tersebut. Dan ketika ia telah berada di atas batu itu, Allah swt. pun memerintahkan balatentara-Nya, para Malaikat hingga langit ketujuh, untuk menampakkan diri kepadanya.
Diperintahkan-Nya para Malaikat penghuni langit dunia untuk menampakkan diri di hadapan Nabi Musa as. Mereka pun berlalu di hadapan Nabi Musa as. sambil mengeraskan suara tasbih dan tahlil mereka, bagaikan suara petir yang menyambar-nyambar.
Kemudian, para Malaikat penghuni langit kedua diperintahkan-Nya untuk menampakkan diri di hadapan Nabi Musa as., mereka pun melaksanakannya. Mereka berlalu di hadapan Nabi Musa as. dengan warna dan bentuk yang beraneka ragam. Mereka ini bersayap dan memiliki raut muka, diantara mereka ada yang berbentuk seperti singa. Mereka mengeraskan suara-suara tasbihnya.
Mendengan teriakan suara itu, Nabi Musa as. pun merasa ngeri, dan kemudian berkata: “Ya Rabbi, sungguh aku menyesal atas permohonanku. Rabbi, apakah Engkau berkenan untuk menyelamatkan aku dari tempat yang aku duduki ini?”
Pimpinan dari kelompok Malaikat tersebut berkata: “Hai Musa, bersabarlah atas apa yang engkau minta, apa yang engkau lihat ini baru sebagian kecil saja!”
Allah swt. kemudian memerintahkan para Malaikat penghuni langit ketiga agar mereka turun dan menampakkan diri di hadapan Nabi Musa as. Lalu, keluarlah Malaikat-malaikat yang tak terhitung jumlahnya dengan beragam bentuk dan warnanya. Bentuk mereka ada yang seperti api yang menjilat-jilat, mereka memekikkan tasbih dan tahlil dengan suara yang hiruk-pikuk.
Mendengar suara ini semakin terkejutlah Nabi Musa as. dan timbullah rasa su’udzdzan dalam dadanya, bahkan berputus asa untuk hidup. Kemudian pemimpin para Malaikat dari kelompok ketiga ini berkata: “Wahai putra Imran, bersabarlah hingga engkau melihat lagi apa yang engkau tidak sanggup lagi untuk melihatnya!”
Allah swt. kemudian menurunkan wahyu kepada para Malaikat penghuni langit keempat, “Turunlah kamu sekalian kepada Musa dengan mengumandangkan tasbih!”
Para Malaikat langit keempat ini pun turun. Diantara mereka ada yang berbentuk seperti kobaran api yang menjilat-jilat, dan ada pula yang seperti salju. Mereka mempunyai suara yang melengking dengan mengumandangkan tasbih dan taqdis. Suara mereka berbeda dengan suara Malaikat-malaikat terdahulu. Kepada Nabi Musa as. ketua dari kelompok ini berkata: “Hai Musa! Bersabarlah atas apa yang engkau minta!”
Demikianlah, penghuni dari setiap langit hingga penghuni langit ketujuh satu demi satu turun dan menampakkan diri di hadapan Nabi Musa as. dengan warna dan bentuk yang beragam. Semua Malaikat tersebut bergerak maju sambil cahayanya menyambar semua mata yang ada. Mereka ini datang dengan membawa tombak-tombak panjang. Setiap tombak itu panjangnya sepanjang sebatang pohon kurma yang tinggi dan besar. Tombak-tombak itu bagaikan api yang bersinar terang-benderang melebihi sinar matahari.

Ketua kelompok Malaikat itu pun berkata kepada Nabi Musa as.: “Nyaris dirimu dipenuhi dengan ketakutan, dan nyaris pula hatimu terlepas! Tempat yang kamu gunakan untuk duduk inilah merupakan tempat yang akan kamu pergunakan untuk melihat-Nya!”
Kemudian turunlah Malaikat Jibril as., Mika’il as., dan Israfil as. beserta seluruh Malaikat penghuni ketujuh langit yang ada, termasuk para Malaikat pemikul Al-’Arsy dan Al-Kursi. Mereka secara bersama-sama menghadap kapada Nabi Musa as. seraya berkata: “Wahai orang yang terus-menerus salah! Apa yang menyebabkanmu naik ke atas bukit ini? Mengapa kamu memberanikan diri meminta kepada Rabb-mu untuk dapat melihat kepada-Nya!?”
Nabi Musa as. terus menangis hingga gemetaranlah kedua lututnya, dan seakan-akan luruh tulang-tulang persendiannya.
Ketika Allah swt. melihat semua itu, maka ditampakkan-Nya lah kepada Nabi Musa as. tiang-tiang penyangga Al-’Arsy, lalu Nabi Musa as. bersandar pada salah satu tiang tersebut sehingga hatinya menjadi tenang.
Malaikat Israfil kemudian berkata kepadanya: “Hai Musa! Demi Allah, kami ini sekalipun sebagai pemimpin-pemimpin para Malaikat, sejak kami semua diciptakan, kami tidak berani untuk mengangkat pandangan mata kami ke arah Al-’Arsy! Karena kami sangat khawatir dan sangat takut! Mengapa kamu sampai berani melakukan hal ini wahai hamba yang lemah!?”
Setelah hatinya tenang, Nabi Musa as. menjawab: “Wahai Israfil! Aku ingin mengetahui akan Keagungan Wajah Rabb-ku, yang selama ini aku belum pernah melihatnya”
Allah swt. kemudian menurunkan wahyu kepada langit: “Aku akan menampakkan-Diri, bertajalli pada gunung itu!”
Maka bergetarlah seluruh langit dan bumi, gunung-gunung, matahari, bulan, mega, surga, neraka, para Malaikat dan samudera. Semua tersungkur bersujud, sementara Nabi Musa as. masih memandang ke arah gunung itu.
“Tatkala Rabb-nya menampakkan Diri (bertajalli) di atas gunung itu, maka hancur luluh lah gunung itu dan Musa pun jatuh pingsan”, QS.Al-’Araaf.[7]:143.
Nabi Musa as. seakan-akan mati karena pancaran Cahaya Allah swt. Yang Mulia, dan ia terjatuh dari batu, dan batu itu sendiri terjungkal, terbalik menjadi semacam kubah yang menaungi Nabi Musa as. agar tidak terbakar Cahaya.
Kemudian Allah swt. mengutus Malaikat Jibril as. untuk membalikkan batu itu dari tubuh Nabi Musa as., dan membimbingnya berdiri. Wajah Nabi Musa as. memancarkan cahaya kemuliaan, rambutnya memutih karena Cahaya.
“Maka setelah Musa tersadar kembali, dia berkata: ‘Maha Suci Engkau, aku sungguh bertaubat kepada-Mu, dan aku adalah orang yang pertama kali beriman!”, QS.Al-’Araaf.[7]:143.
Nabi Musa as. bertaubat atas apa yang ia minta, dan ia berkata: “Saya beriman, bahwa sesungguhnya tidak ada seorang pun yang akan mampu melihat-Mu dengan mata lahir, kecuali ia akan mati!”
Diadaptasi dari terjemahan kitab “Mukhtashar Kitaabit-Tawwabiin“, karya Ibnu Qudamah Al-Maqdisy.
Langganan:
Postingan (Atom)