Cara menghasilkan uang dari blog

Minggu, 26 Februari 2017

JADILAH ULAMA AHLI FIQH DAN ULAMA AHLI TASAWUF

Di dalam kitab “Diwan al-Imam asy-Syafi’i” pada halaman 177,  Imam Syafi’i menganjurkan agar umat Islam mempelajari, memahami dan menguasai ilmu fiqih dan ilmu tasawuf, sehingga di kemudian hari dapat menjadi seorang pakar fiqih dan pakar tasawuf yang mampu membimbing ummat kepada jalan yang lurus dan diridhoi Allah SWT dengan keterangan sebagai berikut: قال الامام محمد بن ادريس الشافعي : صحبت الصوفية عشر سنين . ما استفدت منهم الا هذه الحرفين : الوقت سيف . و من العصمة أن لا تقدر
Artinya:
=====
“Berkata Imam Muhammad bin Idris asy-Syafi’i: Aku bersahabat dengan kaum sufi (pakar tasawuf) selama sepuluh tahun. Tidak ada yang dapat kuambil faedah dari mereka kecuali dua perkara, yaitu: 1. Waktu bagaikan pedang, dan 2. Dari pemeliharaan Allah engkau tidak akan mampu menentang-Nya.”
Di dalam masalah anjuran menjadi pakar fiqih dan tasawuf, beliau, radiyallahu ‘anhu, berkata di dalam sya’irnya:
فقيها و صوفيا فكن ليس واحدا ### فانى و حق الله اياك أنصح
فذلك قاس لم يذق قلبه تقى ### و هذا جهول كيف ذو الجهل يصلح؟
Artinya:
=====
“Maka, jadilah engkau sebagai pakar fikih dan tasawuf ! Dan “Faqih dan Sufi” bukanlah satu makna.
Maka, sesungguhnya aku dan hak Allah memberikan nasehat kepadamu.
Itulah orang yang berhati keras di mana hatinya tidak bisa merasakan takut kepada Allah,
Dan, inilah orang bodoh yang hatinya kosong dari ma’rifatullah. Dan, bagaimana orang bodoh akan membawa kemashlahatan (kebaikan) di kemudian hari?.”
SYI’IR DARI IMAM ASY-SYAFI’I
مَا فِي الْمُقَامِ لِذِي عَقْلٍ وَذِي أَدَبِ # مِنْ رَاحَةٍ فَدَعِ الأَوْطَانَ وَاغْتَرِبِ
سَافِرْ تَجِدْ عِوَضاً عَمَّنْ تُفَارِقُهُ # وَانْصَبْ فَإنَّ لَذِيذَ الْعَيْشِ فِي النَّصَبِ
إِنِّي رَأَيْتُ وُقُوْفَ المْـَاءِ يُفْسِدُهُ # إِنْ سَاحَ طَابَ وَإنْ لَمْ يَجْرِ لَمْ يَطِبِ
وَالْأَسْدُ لَوْلَا فِرَاقُ الأَرْضِ مَا افْتَرَسَتْ # والسَّهْمُ لَوْلَا فِرَاقُ الْقَوْسِ لَمْ يُصِبِ
Berdiam diri bagi orang berakal dan berperadaban bukanlah sebuah kenyamanan, karenanya beranjaklah dari kampung halaman.
Berkelanalah, akan kau temukan ganti untuk orang-orang yang kau tinggalkan. Dan berjuanglah, karena kenikmatan hidup ada dalam perjuangan.
Aku lihat, diamnya air akan membusukkannya. Jika mengalir, air menjadi segar, dan jika menggenang, air menjadi comberan.
Singa jika tak mengembara, tak akan menjadi raja rimba. Dan anak panah jika tak lepas dari busurnya, tak akan menggoreskan luka.

KEBODOHAN SPIRITUAL: MENYEMBAH KEAKUAN KITA SENDIRI DI ATAS KEAKUAN GUSTI ALLAH

Setiap orang diberi kecerdasan spiritual menurut kadar yang telah ditentukan. Repotnya, setiap orang malah memelihara dan menjaga dengan rapi kebodohan spiritualnya. Bagaimana agar kebodohan kita tidak dominan?
Masih ingat Firaun yang akhirnya sadar bahwa dia manusia biasa? Firaun yang selama hidupnya mengaku Tuhan dan memaksakan kehendak kepada rakyat akhirnya harus karam di laut merah. Saat terakhir akan diemut lautan ganas itulah, dia baru sadar ketidakberdayaannya. Kebodohan Firaun ini harus ditebus dengan kegagalan dia untuk bertaubat. Taubat yang terlambat, sama saja dengan tidak bertaubat dan dia digolongkan Tuhan sebagai manusia yang gagal dalam hidup.
Dari segi sumber daya manusia (SDM) Firaun tidak kekurangan suatu apa. Dia cerdas dan lihai. Buktinya, dia bisa juga menjadi raja dalam jangka waktu sekian lama. Kecerdasan emosinya juga baik karena saat dia menghukum siti Masyitoh dengan memasukkan ke belanga besar yang diisi air mendidih, dia masih menawarkan Masyitoh untuk kembali mengakui Firaun sebagai Tuhan. Namun, kecerdasan spiritual yang rendahlah, yang akhirnya tidak menyelamatkan akidahnya. Dengan kata lain kebodohan spiritualnya lebih dominant dari kecerdasan spiritual.
Apa itu kecerdasan spiritual? Kecerdasan spiritual adalah tingkat kesadaran manusia untuk mengakui sesuatu yang adikodrati, mengakui sesuatu yang transenden, mengakui ada sesuatu yang menciptakan segala yang ada. Sesuatu itu tidak diciptakan lagi oleh sesuatu yang lain. “Sesuatu” yang tidak bisa dinalar oleh akal pikiran karena keberadaannya yang mengatasi hukum alam karena “Sesuatu” itu berada di “luar alam” namun berada di “dalam alam” (imanen), bahkan tidak “berjarak” dengan alam.
Sementare kebodohan spiritual saya definisikan sebagai tingkat kesadaran manusia yang tidak mengakui sesuatu yang adikodrati. Pikiran yang melulu hanya menganalisa gejala-gejala yang tampak di mata (benda-benda) dan menafikan atau menolak adanya kegiatan rasa/batin sebagai aktivitas kejiwaan untuk menemukan kebenaran. Gejala ini sangat tampak dari paham positivistik, materialisme yang akhirnya berakibat nihilisme.
Kalau kita amati, gejala umum masyarakat “modern” yang pandai untuk mengolah hidupnya dengan berbagai teknologi untuk berperilaku “modern” justeru kebingungan untuk menata pandangan hidup yang jauh dan mendalam. Pandangan hidup masyarakat modern umumnya sekular, menjauhkan hal-hal yang sifatnya spiritual dengan urusan dunia. Urusan dunia bahkan lebih cenderung dinomorsatukan sementara urusan akhirat yang abstrak biasanya dinomorsekiankan. Ya, masyarakat modern lebih dominant kebodohan spiritualnya daripada kecerdasan spiritual.
Kenapa soal-soal spiritual semacam ini ditulis berulang-ulang dalam blog kita ini? Terus terang… mumpung masih ada waktu untuk merenung, mumpung masih punya kesempatan untuk membelokkan orientasi hidup yang keliru, mumpung kita masih hidup. Siapa yang menjamin bahwa saya dan Anda besok masih bisa bangun dari tidur? Siapa yang bisa menjamin bahwa besok kita masih bisa membaca dan menulis di blog? Yang bisa menjamin hanyalah Sang Pemilik dan Perancang Hidup. Tuhan semesta alam yang Maha Tahu rencana-rencana di balik keberadaan saya dan Anda diciptakan di dunia ini.
Menyadari akibat bila kita salah memikirkan sesuatu, menyadari akibat bila otak kita secara tidak sadar hanya dijejali oleh “urusan-urusan” yang tidak ada sangkut pautnya dengan RENCANA TUHAN pada kita, akan mengakibatkan kita mendapatkan KESADARAN. Kesadaran untuk memanfaatkan waktu yang tersisa untuk hidup ini untuk menyelesaikan peta/desain awal kenapa kita diciptakan yaitu untuk rahmat bagi seluruh alam semesta karena kita adalah WAKIL yang ditunjuk-Nya untuk menyelesaikan agenda-agenda besar ketuhanan.
Apa agenda-agenda besar ketuhanan itu?
• Pertama, Merencanakan Penciptaan Sesuatu dari Ketiadaan
• Kedua, Memproses terciptanya Ciptaan atau mengadakan sesuatu
• Ketiga, Memelihara Penciptaan dengan hukum-hukum kepastian Tuhan
• Keempat, Menuntaskan Penciptaan dengan menempatkan kembali pada ketiadaan
Kembali pada tema Kebodohan spiritual. Kebodohan spiritual tidak sampai menjangkau hal-hal yang abstrak tersebut. Akal dan pikiran hanya disibukkan dengan, misalnya, bagaimana caranya mendapatkan keuntungan dan uang sebanyak-banyaknya untuk dinikmati. Uang adalah raja atau bahkan tuhan di dunia ini. Dengan uang, kebahagiaan bisa dibeli. Inilah cara berpikir kaum rasionalistis, pragmatis, hedonis, cara berpikir rasional yang dilanjutkan dengan pada praktek yang tujuan akhirnya hanyalah pada kebahagiaan di dunia saja.
Padahal, ada begitu banyak hal yang abstrak di sekeliling manusia. Bahkan, bukankah manusia adalah makhluk yang abstrak dan justeru yang abstrak itu menjadi dasar yang primer dari hal yang kongkret? Kenapa pada akhirnya yang kongkret saja yang menjadi fokus otak kita bahkan kemudian menjadi dominan? Duh manusia, kapan kau akan sadar bahwa sejatinya kebahagiaanmu tidak ditentukan oleh “adanya” sesuatu. Namun ditentukan oleh bagaimana kau mensikapi “adanya” sesuatu itu untuk disesuaikan dengan agenda-agenda besar ketuhanan tadi.
Adanya mobil di rumahmu yang mewah tidak akan mampu membuat hatimu senang untuk jangka waktu yang lama. Pada suatu saat, kau akan jenuh dan bosan sehingga kau berniat untuk menjualnya dan menggantikannya dengan yang lebih baru. Atau malah membeli lagi mobil yang lebih nyaman dan mewah. Begitu seterusnya, sehingga dunia ini penuh dengan mobil-mobilmu yang tidak terbatas. Bumi jadi penuh polusi asap nafsumu. Hingga umurmu berakhir untuk sesuatu yang kongkret (benda mobil) padahal adanya mobilmu karena nafsumu/keinginan memiliki (yang abstrak)….
Inilah gejala kebodohan spiritual yang menjadi tanda-tanda kiamat. Nilai-nilai keabadian yang telah dijungkirbalikkan oleh manusia kemudian pada suatu saat akan menjungkirbalikkan kembali tataran yang telah sedemikian polutif. Inilah momentum kiamat akbar yaitu ujung hancurnya nilai-nilai ketuhanan. Sementara momentum kiamat kecil adalah hancurnya nilai-nilai ketuhanan yang telah diinstal dalam otak kita saat kita masih belum dilahirkan oleh ibu kita. Yaitu tatkala ruh kita telah meneken Memorandum of Understanding (MOU) dengan Tuhan… “Alastu Birobbikum Qaalu Bala Syahidna …” Hancurnya nilai-nilai ketuhanan itulah yang harus diwaspadai oleh kita semua.
Bagaimana menyelamatkan otak (hardware) yang berisi “file-file” pikiran dan keyakinan terhadap nilai-nilai ketuhanan yang telah sengaja dirusak oleh kita sendiri?
Ada satu hal yang bisa mengubah kita menjadi baik. Yaitu mulailah sekarang dan disini. Saat saya menulis ini dan Anda membacanya, yakinlah bahwa ini adalah “Petunjuk Allah SWT” telah datang pada kita untuk menyadari kebodohan spiritual yang selama telah kita pendam, kita jaga dan kita rawat baik-baik. Selanjutnya akan disusul dengan menata niat untuk bertaubat. Menyadari kesalahan dan kebodohan itu dan seterusnya melangkah berdasarkan agenda-agenda Tuhan kepada kita semua.
Maka, Just do it!!!, Laksanakan sekarang!!!
Ya, kita memang masih menjadi firaun-firaun yang menyembah “keakuan” kita sendiri di atas keakuan-Nya, Gusti Allah. Astaghfirullahal adzim…

MELEPASKAN KE-AKU-AN

Iblis itu adalah kita, kita yang bersifat keberadaan diri atau keberadaan sifat keakuan, manakala mereka yang bersifat ikhlas itu, adalah mereka yang bersifat ketiadaan diri ( tidak ada diri ). Bila mana sudah tidak ada sifat keberadaan diri, maka tidak ada lagi sifat keakuan.
Bilamana sifat keakuan atau sifat keberadaan diri itu sudah tidak ada, mana lagi adanya iblis, mana lagi adanya syaitan! Bilamana keberadaan diri telah tiada dari mana lagi datangnya godaan iblis atau syaitan pada diri.
Yang dikatakan iblis itu, adalah apabila adanya sifat aku atau yang masih adanya sifat keakuan ( masih ada diri ). Bagi mereka yang tiada sifat keakuan dan tidak ada sifat diri, mana lagi ada iblis dan mana lagi ada sifat goda menggoda!
Diri yang sudah hilang, sudah mati, dan diri yang sudah binasa, apa lagi yang boleh iblis nak goda!. Setelah semuanya telah dipulangkan kepada Allah, tidak ada apa-apa lagi yang tinggal, tersisa atau terbaki, apa lagi yang hendak syaitan atau iblis goda?.
Apakah bodoh sangat iblis itu, nak menggoda orang yang sudah mati. Iblis tidak sebodoh itu!. Sebenarnya iblis atau syaitan itu, adalah dirimu sendiri! Iblis itu, adalah diri kita yang masih ada sifat diri dan yang masih ada sifat keakuan.
Setelah tidak ada sifat keakuan, maka tidaklah adanya sifat iblis dan syaitan! Maka akan menyusullah sifat ingat kepada Allah. Bilamana sifat ingat kepada Allah telah mengambil tempat maka fana', baqo', lebur dan binasalah sifat diri, dengan syaitan-syaitan dan dengan iblis-iblis itu sekali akan binasa!
Bilamana sifat ingat kepada Allah telah meleburkan sifat iblis, maka itulah yang dikatakan tahap "IKHLAS" mana mungkin orang yang ikhlas dapat digoda iblis.
Orang ikhlas itu adalah orang yang dirinya sudah mati, binasa dan hilang. Bilama diri sudah mati, hilang ghaib didalam wajah Allah, apa lagi yang boleh iblis goda !. Apabila kita sudah berada didalam wilayah ikhlas ( alam mengenal diri ) tidak boleh lagi ada didalam diri kita sifat sombong, takabur, angkuh atau bongkak, segala-galanya Allah.
Masukkanlah Aku ke alam dari ego (s)
-----------------------------------------

Kami, kami yang dari alam keberadaan atau keakuan, anda memilih, itu adalah mereka yang tidak ada diri). Jika yang tidak memiliki sifat keberadaan, maka tidak ada lagi sifat keakuan.

Ketika keakuan alam atau alam dari keberadaan jiwa tidak ada lagi, dimana lagi keberadaan setan, di mana iblis! Kepercayaan diri adalah pergi dari mana datang setan atau godaan setan di dalam jiwa.

Setan adalah, ketika aku melihat alam atau karena sifat keakuan (masih ada).
keakuan adalah tempat iblis dan sifat dari goda menggoda!

Seseorang yang telah hilang, mati, dan jiwa yang telah dihancurkan, apa lagi yang dapat setan goda ?
iblis atau setan, adalah dirimu sendiri!
Setan itu sendiri bisa menggoda, karena masih adanya alam dan keakuan.

Setelah tidak adanya alam, akan menyusullah ingat kepada Allah, Ketika alam, alam telah melebur..

Ikhlas itu adalah manusia yang sudah mati, pergi. Bilama diri mati, pergi tersembunyi di wajah Allah, apa lagi yang dapat membuat setan menggoda?. Ketika kita beradadi alam-Nya. Tidak ada lagi dalam diri kita sifat sombong, angkuh, atau kesombongan , dan semuanya.

Sabtu, 25 Februari 2017

BAHLUL DAN TAHTA RAJA

anekdot sufi Bahlul, si tolol yang bijaksana, sering menyembunyikan kecendekiaannya di balik tabir kegilaan. Dengan itu, ia dapat keluar masuk istana Harun Al-Rasyid dengan bebasnya. Sang Raja pun amat menghargai bimbingannya.
Suatu hari, Bahlul masuk ke istana dan menemukan singgasana Raja kosong. Dengan enteng, ia langsung mendudukinya. Menempati tahta Raja termasuk ke dalam kejahatan berat dan boleh dihukum mati. Para pengawal menangkap Bahlul, menyeretnya turun dari tahta, dan memukulinya. Mendengar teriakan Bahlul yang kesakitan, Raja segera menghampirinya.
Bahlul masih menangis keras ketika Raja menanyakan sebab keributan ini kepada para pengawal. Raja berkata kepada yang memukuli Bahlul, “Kasihan! Orang ini gila. Mana ada orang waras yang berani menduduki singgasana Raja?” Ia lalu berpaling ke arah Bahlul, “Sudahlah, tak usah menangis. Jangan kuatir, cepat hapus air matamu.” Bahlul menjawab, “Wahai Raja, bukan pukulan mereka yang membuatku menangis. Aku menangis karena kasihan terhadapmu!”
“Kau mengasihaniku?” Harun mengherdik, “Mengapa engkau harus menangisiku?” Bahlul menjawab, “Wahai Raja, aku cuma duduk di tahtamu sekali tapi mereka telah memukuliku dengan begitu keras. Apalagi kau, kau telah menduduki tahtamu selama dua puluh tahun. Pukulan seperti apa yang akan kau terima? Aku menangis karena memikirkan nasibmu yang malang…

PEDAGANG SUFI

hikayat sufi Seorang guru mistik, setelah ia mencapai pengetahuan yang serba rahasia mengenai kebenaran sejati, yaitu pengetahuan yang hanya dapat dicapai oleh segelintir manusia, ia bermukim di Basrah.
Di sana ia memulai sebuah usaha dan dalam beberapa tahun saja telah memperoleh kemajuan.
Pada suatu hari seorang guru sufi yang telah mengenalnya beberapa tahun yang lalu, namun masih berada di atas jalan yang ditempuh oleh para pencari kebenaran, singgah di tempat kediamannya.
“Betapa gundah hatiku menyaksikan engkau yang telah meninggalkan pencarian dan jalan kaum mistik,” berkata sang guru sufi. Pedagang yang arif bijaksana itu hanya tersenyum dan tidak memberi komentar apa-apa.
Sang guru sufi kemudian meneruskan perjalanan dan didalam wejangan-wejangannya dikemudian hari ia sering kisahkan, betapa seseorang bekas sufi yang kemudian beralih kepada cita-cita yang rendah dalam dunia perdagangan karena ia tampaknya tak memiliki tekad yang perlu untuk menyelesaikan perjalanan.
Tetapi sang guru sufi pengelana ini akhirnya bertemu dengan Khaidir, sang penunjuk jalan rahasia. Si guru sufi memohon kepada Khaidir untuk mengantarkannya kepada guru arif bijaksana pada zaman itu, yang akan memberkahi terang ke dalam hatinya.
Khaidir berkata:
“Jumpailah seseorang pedagang anu, duduklah di kakinya, dan laksanakanlah kerja kasar yang disuruhnya”.
Sang guru sufi tidak habis pikir, iapun berkata dengan tergagap:
“Tetapi betapa mungkin bahwa pedagang itu adalah salah seorang dari manusia-manusia terpilih, apalagi sebagai guru agung zaman kini?”
Khaidir menjawab:
“Karena ketika ia mendapatkan terang ia pun telah berhasil memperoleh pengetahuan duniawi. Untuk pertama kali ia rnenyadari bahwa sikap manusia suci menarik orang-orang tamak yang berpura-pura mencari pengetahuan spirituil dan menolak orang-orang tulus yang tidak takjub kepada penampilan lahiriah. Aku telah menunjukkan kepadanya betapa guru-guru yang saleh dapat ditenggelamkan oleh pengikut-pengikutnya. Maka ia memberi pengajaran dengan diam-diam dan bagi orang-orang yang dangkal penglihatan ia hanyalah seorang pedagang biasa.”

KETIKA MUSA INGIN MELIHAT TUHAN

Nabi Musa as diatas Gunung SinaiNabi Musa ‘alaihis-salaam’ telah memenuhi panggilan Allah swt., ia pun menitipkan Bani Israil ke Nabi Harun as., saudaranya, untuk naik ke gunung Sinai (Thuursina), gunung Allah yang keramat itu. Setelah ia menyempurnakan 40 malam yang diisi dengan puasa dan beribadat sendirian di atas gunung itu, Allah swt. pun berfirman dan menurunkan Taurat kepadanya. Kemudian Nabi Musa as. pun sangat rindu untuk dapat melihat Wajah Sang Kekasih yang telah berkata-kata kepadanya, Wajah Rabb-nya.
“Dan tatkala Musa datang menurut waktu yang telah Kami tentukan, dan telah berfirman Rabb-nya kepadanya, berkatalah ia: ‘Ya Rabbi perlihatkanlah (Diri-Mu) kepadaku, agar aku dapat memandang Engkau’. Berkatalah Allah: ‘Engkau sekali-kali tidak akan mampu untuk melihat-Ku, akan tetapi arahkanlah pandangan (engkau) ke gunung itu, maka jika ia tetap pada tempatnya niscaya engkau dapat melihat-Ku!’.”, QS.Al-’Araaf.[7]:143.
Setelah mendengar permintaan Nabi Musa as. itu, kemudian Allah swt. berfirman: “Wahai putra Imran, sesungguhnya tidak akan ada seorang pun yang sanggup untuk melihat-Ku, kemudian ia mampu untuk tetap hidup!”
Nabi Musa as. berkata: “Rabbi, tidak ada sesuatu pun yang menyekutui-Mu, sesungguhnya melihat-Mu dan kemudian mati itu lebih aku sukai daripada aku terus hidup dengan tanpa melihat-Mu! Rabbi, sempurnakanlah nikmat, anugrah, dan hikmat-Mu kepadaku dengan mengabulkan permohonanku ini, setelah itu aku rela mati!”
Ibnu Abbas ra., sahabat Rasulullah saw., meriwayatkan bahwa ketika Allah swt. mengetahui bahwa Nabi Musa as. ingin sekali permohonannya dikabulkan, maka berfirmanlah Allah swt.: “Pergilah engkau, dan lihatlah batu yang ada di atas puncak gunung itu, duduklah engkau di atas batu itu, kemudian Aku akan menurunkan balatentara-Ku kepadamu!”
Nabi Musa as. pun melaksanakan perintah Allah swt. tersebut. Dan ketika ia telah berada di atas batu itu, Allah swt. pun memerintahkan balatentara-Nya, para Malaikat hingga langit ketujuh, untuk menampakkan diri kepadanya.
Diperintahkan-Nya para Malaikat penghuni langit dunia untuk menampakkan diri di hadapan Nabi Musa as. Mereka pun berlalu di hadapan Nabi Musa as. sambil mengeraskan suara tasbih dan tahlil mereka, bagaikan suara petir yang menyambar-nyambar.
Kemudian, para Malaikat penghuni langit kedua diperintahkan-Nya untuk menampakkan diri di hadapan Nabi Musa as., mereka pun melaksanakannya. Mereka berlalu di hadapan Nabi Musa as. dengan warna dan bentuk yang beraneka ragam. Mereka ini bersayap dan memiliki raut muka, diantara mereka ada yang berbentuk seperti singa. Mereka mengeraskan suara-suara tasbihnya.
Mendengan teriakan suara itu, Nabi Musa as. pun merasa ngeri, dan kemudian berkata: “Ya Rabbi, sungguh aku menyesal atas permohonanku. Rabbi, apakah Engkau berkenan untuk menyelamatkan aku dari tempat yang aku duduki ini?”
Pimpinan dari kelompok Malaikat tersebut berkata: “Hai Musa, bersabarlah atas apa yang engkau minta, apa yang engkau lihat ini baru sebagian kecil saja!”
Allah swt. kemudian memerintahkan para Malaikat penghuni langit ketiga agar mereka turun dan menampakkan diri di hadapan Nabi Musa as. Lalu, keluarlah Malaikat-malaikat yang tak terhitung jumlahnya dengan beragam bentuk dan warnanya. Bentuk mereka ada yang seperti api yang menjilat-jilat, mereka memekikkan tasbih dan tahlil dengan suara yang hiruk-pikuk.
Mendengar suara ini semakin terkejutlah Nabi Musa as. dan timbullah rasa su’udzdzan dalam dadanya, bahkan berputus asa untuk hidup. Kemudian pemimpin para Malaikat dari kelompok ketiga ini berkata: “Wahai putra Imran, bersabarlah hingga engkau melihat lagi apa yang engkau tidak sanggup lagi untuk melihatnya!”
Allah swt. kemudian menurunkan wahyu kepada para Malaikat penghuni langit keempat, “Turunlah kamu sekalian kepada Musa dengan mengumandangkan tasbih!”
Para Malaikat langit keempat ini pun turun. Diantara mereka ada yang berbentuk seperti kobaran api yang menjilat-jilat, dan ada pula yang seperti salju. Mereka mempunyai suara yang melengking dengan mengumandangkan tasbih dan taqdis. Suara mereka berbeda dengan suara Malaikat-malaikat terdahulu. Kepada Nabi Musa as. ketua dari kelompok ini berkata: “Hai Musa! Bersabarlah atas apa yang engkau minta!”
Demikianlah, penghuni dari setiap langit hingga penghuni langit ketujuh satu demi satu turun dan menampakkan diri di hadapan Nabi Musa as. dengan warna dan bentuk yang beragam. Semua Malaikat tersebut bergerak maju sambil cahayanya menyambar semua mata yang ada. Mereka ini datang dengan membawa tombak-tombak panjang. Setiap tombak itu panjangnya sepanjang sebatang pohon kurma yang tinggi dan besar. Tombak-tombak itu bagaikan api yang bersinar terang-benderang melebihi sinar matahari.
Nabi Musa as diatas Gunung SinaiNabi Musa as. menangis sambil meratap-ratap, katanya: “Ya Rabbi, ingatlah aku, jangan Engkau lupakan diriku ini! Aku adalah hamba-Mu! Aku tidak mempunyai keyakinan bahwa aku akan selamat dari tempat yang aku duduki ini! Jika aku keluar, aku akan terbakar, dan jika aku tetap di tempat ini maka aku akan mati!”
Ketua kelompok Malaikat itu pun berkata kepada Nabi Musa as.: “Nyaris dirimu dipenuhi dengan ketakutan, dan nyaris pula hatimu terlepas! Tempat yang kamu gunakan untuk duduk inilah merupakan tempat yang akan kamu pergunakan untuk melihat-Nya!”
Kemudian turunlah Malaikat Jibril as., Mika’il as., dan Israfil as. beserta seluruh Malaikat penghuni ketujuh langit yang ada, termasuk para Malaikat pemikul Al-’Arsy dan Al-Kursi. Mereka secara bersama-sama menghadap kapada Nabi Musa as. seraya berkata: “Wahai orang yang terus-menerus salah! Apa yang menyebabkanmu naik ke atas bukit ini? Mengapa kamu memberanikan diri meminta kepada Rabb-mu untuk dapat melihat kepada-Nya!?”
Nabi Musa as. terus menangis hingga gemetaranlah kedua lututnya, dan seakan-akan luruh tulang-tulang persendiannya.
Ketika Allah swt. melihat semua itu, maka ditampakkan-Nya lah kepada Nabi Musa as. tiang-tiang penyangga Al-’Arsy, lalu Nabi Musa as. bersandar pada salah satu tiang tersebut sehingga hatinya menjadi tenang.
Malaikat Israfil kemudian berkata kepadanya: “Hai Musa! Demi Allah, kami ini sekalipun sebagai pemimpin-pemimpin para Malaikat, sejak kami semua diciptakan, kami tidak berani untuk mengangkat pandangan mata kami ke arah Al-’Arsy! Karena kami sangat khawatir dan sangat takut! Mengapa kamu sampai berani melakukan hal ini wahai hamba yang lemah!?”
Setelah hatinya tenang, Nabi Musa as. menjawab: “Wahai Israfil! Aku ingin mengetahui akan Keagungan Wajah Rabb-ku, yang selama ini aku belum pernah melihatnya”
Allah swt. kemudian menurunkan wahyu kepada langit: “Aku akan menampakkan-Diri, bertajalli pada gunung itu!”
Maka bergetarlah seluruh langit dan bumi, gunung-gunung, matahari, bulan, mega, surga, neraka, para Malaikat dan samudera. Semua tersungkur bersujud, sementara Nabi Musa as. masih memandang ke arah gunung itu.
“Tatkala Rabb-nya menampakkan Diri (bertajalli) di atas gunung itu, maka hancur luluh lah gunung itu dan Musa pun jatuh pingsan”, QS.Al-’Araaf.[7]:143.
Nabi Musa as. seakan-akan mati karena pancaran Cahaya Allah swt. Yang Mulia, dan ia terjatuh dari batu, dan batu itu sendiri terjungkal, terbalik menjadi semacam kubah yang menaungi Nabi Musa as. agar tidak terbakar Cahaya.
Kemudian Allah swt. mengutus Malaikat Jibril as. untuk membalikkan batu itu dari tubuh Nabi Musa as., dan membimbingnya berdiri. Wajah Nabi Musa as. memancarkan cahaya kemuliaan, rambutnya memutih karena Cahaya.
“Maka setelah Musa tersadar kembali, dia berkata: ‘Maha Suci Engkau, aku sungguh bertaubat kepada-Mu, dan aku adalah orang yang pertama kali beriman!”, QS.Al-’Araaf.[7]:143.
Nabi Musa as. bertaubat atas apa yang ia minta, dan ia berkata: “Saya beriman, bahwa sesungguhnya tidak ada seorang pun yang akan mampu melihat-Mu dengan mata lahir, kecuali ia akan mati!”
Diadaptasi dari terjemahan kitab “Mukhtashar Kitaabit-Tawwabiin“, karya Ibnu Qudamah Al-Maqdisy.

MUSYAWARAH PARA BURUNG

musyawarah burung 4Dikisahkan, segala burung di dunia, yang dikenal atau tidak dikenal, datang berkumpul. Mereka sama-sama memiliki satu pertanyaan, siapakah raja mereka? Di antara mereka ada yang berkata, “Rasanya tak mungkin negeri dunia ini tidak memiliki raja. Maka rasanya mustahil bila kerajaan burung-burung tanpa penguasa! Jadi, kita semua memiliki Raja, ya, Raja.”
Semua burung tertegun, seperti ada keraguan yang mengawang-awang.
“Keadaan semacam ini tak bisa dibiarkan terus menerus. Hidup kita ini akan percuma bila sepanjang hayat kita, kita tidak pernah mengetahui, dan mengenal siapa Raja kita sesungguhnya.”
Masing-masing dari mereka masih berfikir dan terdiam. Lalu kembali ada yang berteriak, “Lalu apa yang harus kita lakukan?”
musyawarah burung 1“Tentu saja kita harus berusaha bersama-sama mencari seorang raja untuk kita semua; karena tidak ada negeri yang memiliki tatanan yang baik, tanpa seorang raja.· Mereka pun mulai berkumpul dan bersidang untuk memecahkan persoalan. Burung Hudhud dengan semangat dan penuh rasa percaya diri, tampil ke depan dan menempatkan diri di tengah majelis burung-burung itu. Di dadanya tampak perhiasan yang melambangkan bahwa dia telah memiliki pancaran ruhaniah yang tinggi. Dan jambul di kepalanya tegak berdiri mahkota yang melambangkan keagungan dan kebenaran, dan dia juga memiliki pengetahuan luas tentang baik dan buruk.
Burung-burung sekalian, kata Hudhud, kita mempunyai raja sejati, ia tinggal jauh di balik gunung-gunung Qaf. Ribuan daratan dan lautan terbentang sepanjang perjalanan menuju tempatnya. Namanya Simurgh. Aku kenal raja itu dengan baik, tapi aku tak bisa terbang sendiri menemuinya. Bebaskan dirimu dari rasa malu, sombong, dan ingkar. Dia pasti akan melimpahkan cahaya bagi mereka yang sanggup melepaskan belenggu diri. Mereka yang demikian akan bebas dari baik dan buruk, karena berada di jalan kekasih-Nya. Sesungguhnya Dia dekat dengan kita, tapi kita jauh dari-Nya.
musyawarah burung 3Dikisahkan, pada suatu malam sang Maharaja Simurgh terbang di kegelapan malam. Tiba-tiba jatuhlah sehelai bulunya yang membuat geger seluruh penduduk bumi. Begitu mempesonanya bulu Simurg hingga membuat tercengang dan terheran-heran. Semua penduduk gegap gempita ingin menyaksikan keindahan dan keelokannya. Dan dikatakan kepada mereka, “Andaikata sehelai bulu tersebut tidak jatuh, niscaya tidak akan ada makhluk yang bernama burung di muka bumi ini.”
Kemudian burung Hudhud melanjutkan pembicaraannya, bahwa untuk menggapai istana Simurg mereka harus bersatu, saling bekerja sama dan tidak boleh saling mendahului. Setelah mendengar cerita yang disampaikan oleh burung Hudhud, semua burung-burung bersemangat ingin sekali secepatnya pergi menghadap sang Maharaja Simurg. Namun, burung Hudhud menambahkan, bahwa perjalanan menuju istana Simurg tidak semudah yang dibayangkan, melainkan harus melewati ribuan rintangan dan guncangan dahsyat. Perjalanan juga sarat dengan penderitaan, kepedihan dan kesengsaraan.
“Apakah kalian sudah siap ?” kata burung Hudhud, menguji keseriusan mereka. Setelah mereka mendengarkan penjelasan bagaimana suka dukanya, pahit getirnya perjalanan menuju istana Simurg, ternyata semangat sebagian burung menjadi pudar dan turun.
musyawarah burung 2Namun, di antara burung-burung, ada seekor burung Kenari yang memberanikan diri menyampaikan pendapatnya, “Aku adalah Imamul Asyiqin, imamnya orang-orang yang asyik dan rindu. Aku sangat keberatan untuk ikut berangkat, bagaimana nanti orang-orang rindu dengan kemerduan kicauanku bila aku harus meninggalkan mereka. Bagaimana mungkin aku dapat berpisah dari kembang-kembang mekarku ?” demikian alasan burung Kenari.
Selanjutnya, burung Merak berkata, “Dulu aku hidup di syurga bersama Adam, lantas aku diusir dari syurga, rasanya aku ingin kembali ke tempat tinggalku lagi. Karena itu, aku tidak mau ikut dalam rombongan.”
Kemudian disusul oleh Itik, “Aku sudah biasa hidup dalam kesucian, dan aku juga terbiasa berenang di tempat yang kering kerontang. Aku tidak mungkin hidup tanpa air,” kilah Itik.
Begitu juga burung Garuda, “Saya sudah biasa hidup senang di gunung, bagaimana mungkin aku sanggup meninggalkan tempatku yang menyenangkan”, alasan Garuda.
Kemudian disusul burung Gelatik, “Aku hanya seekor burung kecil, dan lemah, takkan mungkin sanggup ikut mengembara sejauh itu,” kata burung Gelatik.
Lantas burung Elang ikut menyahut, “Semua orang sudah tahu kedudukanku yang tinggi ini, maka tidak mungkin aku meninggalkan tempat dan kedudukan yang mulia ini, ” kata burung Elang.
Burung Hudhud sebagai pemimpin sangat bijak dan sabar mendengar semua keluhan dan alasan burung-burung yang enggan berangkat. Namun demikian, burung Hudhud tetap bersemangat memberikan dorongan dan motivasi kepada mereka. “Kenapa kalian harus berberlindung di balik dalil-dalil nafsumu, sehingga semangatmu yang sudah membara menjadi padam? Padahal kalian tahu bahwa perjalanan menuju istana Simurgh adalah perjalanan suci, kenapa harus takut dan bimbang dengan prasangka yang ada pada dirimu?” ucap Hudhud.
Kemudian ada seekor burung menyela, “Dengan cara apa kita bisa sampai ke tempat Maharaja Simurgh yang jauh dan sulit itu? “Dengan bekal himmah (semangat) yang tinggi, kemauan yang kuat, dan tabah menghadapi segala cobaan dan rintangan. Bagi orang yang rindu, seperti apapun cobaan akan dihadapi, dan seberapa pun rintangan akan dilewati. Perlu diketahui bahwa Maharaja Simurg sudah jelas dan dekat, laksana matahari dengan cahayanya,” jawab Hudhud meyakinkan. Sabarlah, bertawakkallah, karena bila kalian telah sanggup menempuh perjalanan itu, kalian akan tetap berada dalam jalan yang benar,·demikian lanjut Hudhud.
Setelah itu, bangkitlah semangat burung-burung seolah-olah baru saja mendapatkan kekuatan baru untuk terus melangkah menuju istana Simurg. Akhirnya, burung-burung yang berjumlah ribuan sepakat untuk berangkat bersama-sama tanpa satupun yang tertinggal.
Perjalanan panjang telah dimulai, perbekalan telah disiapkan. Burung Hudhud yang didaulat menjadi pemimpin mereka telah mengatur persiapan, dengan membagi rombongan menjadi beberapa kelompok. Setelah perjalanan cukup lama menembus lorong-lorong waktu, kegelisahan mulai datang menimpa mereka. “Mengapa perjalanan sudah lama dan jauh, kok tidak sampai-sampai?” guman mereka di dalam hati. Mulailah mereka dihinggapi rasa malas karena menganggap perjalanan terlalu lama, mereka bosan karena tidak lekas sampai. Perasaan mereka diliputi keraguan dan kebimbangan. Kemudian sebagian burung ada yang memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan.
Namun burung-burung lain yang masih memiliki stamina kuat dan himmah yang tinggi tidak menghiraukan penderitaan yang mereka alami, dan melanjutkan perjalanan yang maha panjang itu.
Tiba-tiba rintangan datang kembali, terpaan angin yang sangat kencang menerpa mereka sehingga membuat bulu-bulu indah yang dibanggakan berguguran. Kegagahan burung-burung perkasa pun mulai pudar. Kedudukan dan pangkat yang tinggi sudah tidak terpikirkan. Berbagai macam penyakit mulai menyerang mereka, kian lengkaplah penderitaan yang dirasakan oleh para burung tersebut. Badan mereka kurus kering, penyakit datang silih berganti membuat mereka makin tidak berdaya. Semua atribut duniawi yang dulu disandang dan dibanggakan, sekarang tanggal tanpa sisa, yang ada hanyalah totalitas kepasrahan dalam ketidak berdayaan. Mereka hanyut dalam samudera iradatullah dan tenggelam dalam gelombang fana’.
Pada akhirnya Cuma sedikit dari mereka yang benar-benar sampai ke tempat yang teramat mulia dimana Simurg membangun mahligainya. Dari ribuan burung yang pergi, tinggal 30 ekor yang masih bertahan dan akhirnya sampai di gerbang istana Simurgh. Namun kondisi mereka sangat memprihatinkan, tampak gurat-gurat kelelahan di wajah mereka. Bahkan bulu-bulu yang menempel di tubuh mereka rontok tak bersisa. Di sini terlihat, meski mereka berasal dari latar belakang berbeda, namun pada proses puncak pencapaian spiritual adalah sama, yaitu dalam kondisi telanjang bulat dan lepas dari pakaian basyariyah.
Kemudian di depan gerbang istana mereka beristirahat sejenak sambil mengatur nafas. Tiba-tiba datang penjaga istana menghampiri mereka, “Apa tujuan kalian susah payah datang ke istana Simurgh?” kata penjaga istana. Serentak mereka menjawab, “Saya datang untuk menghadap Maharaja Simurg, berilah kami kesempatan untuk bertemu dengannya.”
Tanpa diduga, terdengar suara sayup-sayup menyapa mereka dari dalam istana, “Salaamun qaulam min rabbir rahiim” sembari mempersilahkan mereka masuk ke dalam. Lalu mereka masuk secara bersama-sama. Kemudian terbukalah kelambu hijab satu demi satu yang berjumlah ribuan. Mata mereka terbelalak memandang keindahan yang amat mempesona, keindahan yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya, keindahan yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata.
Tatkala seluruh hijab tersingkap, ternyata yang dijumpai adalah wujud dirinya. Burung-burung pun saling bertanya dan terkagum-kagum, “Lho kok aku sudah ada disini?” begitu guman mereka dalam hati. Seolah-olah mereka berada di depan cermin sehingga yang ada adalah wujud dirinya. Maka datanglah suara lembut menjawabnya, “Mahligai Simurgh ibarat cermin, maka siapapun yang sampai pada mahligai ini, tidak akan melihat wujud selain wujud diri sendiri. Perjumpaan ini di luar angan dan pikirmu, dan juga tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata, namun hanya dapat dirasakan dengan rasa. Karena itu, engkau harus keluar dari dalam dirimu sehingga engkau menjadi sosok pribadi Insan Kamil.”
Akhirnya, mereka memahami hakikat dirinya, setelah melewati tahapan fana’ billah hingga mencapai puncak baqa’ billah. Maka hilanglah sifat-sifat kehambaan dan kekal dalam ketuhanan.
Dikutip dari Majalah “KASYAF”.
Diadaptasi dari Buku “Musyawarah Para Burung“, karya Fariduddin Attar

KISAH KATAK YANG TERJATUH DALAM LUBANG

Pada suatu hari, beberapa ekor katak berjalan-jalan di hutan. Tiba-tiba dua ekor katak terperosok ke dalam sebuah lubang yang dalam. Dinding lubang itu penuh batu tajam yang akan melukai katak-katak itu ketika melaluinya.

Kedua katak kebingungan, “Bagaimana kita bisa keluar dari sini?”

Salah satu kata berkata, “Kita coba melompat ke luar.” Temannya setuju. Bergantian mereke melompat setinggi mungkin, namun tidak dapat mencapai bibir lubang. Tubuh mereka luka-luka tergores batu-batu pada dinding lubang.

Teman-teman mereka berteriak dari atas lubang,”Sudahlah!”

“Jangan melompat lagi!”

“Kalian akan makin parah terluka.”

“Lebih baik kalian mengambil batu dan memukul kepala kalian.”

“Lebih baik mati sekarang daripada mati kelaparan.”

Salah satu katak menjadi putus asa. Ia mengambil sebuah batu besar dan memukulkannya ke kepalanya. Ia pun mati.

Temannya sangat sedih melihat katak yang mati itu. Ia bertekad untuk mencoba lagi ke luar dari lubang. Ia melompat, tapi kembali jatuh ke dasar lubang. Ia melompat lagi, gagal lagi
.
Katak itu memutuskan untuk beristirahat sebentar. Kemudian, Ia melompat, mengerahkan tenaganya. Kali ini ia dapat melompat ke atas sebuah batu yang menonjol di diinding lubang.  

Katak berisirahat lagi di atas batu itu. Sekarang ia tidak terlalu jauh dari bibir lubang.
Ketika ia sudah merasa lebih bertenaga, ia mencoba merayap pada dinding, berpegangan pada batu-batu.

Akhirnya katak itu berhasil mencapai bibir lubang. Ia kelelahan dan luka-luka di sekujur tubuhnya, tapi ia selamat.

Teman-temannya segera memberinya minum dan merawat luka-lukanya. Katak itu berkata, “Terima kasih, teman-teman. “

“Aku berhasil selamat,” katanya lagi, “karena kalian tak henti-hentinya menyemangatiku. Sayang teman kita itu terlalu cepat putus asa.”

Katak-katak yang lain keheranan. Mereka bertanya, “Apa yang kami katakan kepadamu hingga kau begitu gigih naik ke bibir sumur?”

“Tentu saja,” jawab katak itu, “Kalian terus menyemangatiku!”

Ternyata katak itu hampir tuli. Ia dapat mendengar sedikit suara teman-temannya namun tidak jelas. Namun justru itulah yang membuatnya selamat!

KUDA YANG TERJATUH DALAM LUBANG


 
Seekor kuda terjatuh ke dalam lubang yang sudah kering. Karena sudah tidak mampu untuk menolong kuda tersebut, maka orang-orang di kampung memutuskan untuk menutup lubang itu. Mereka ingin mengubur kuda itu hidup-hidup supaya bangkainya tidak mengganggu dan agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
Mereka pun bergotong royong mengangkut tanah dan memasukkannya ke dalam lubang tersebut. Lalu, apa yang terjadi? Setiap ada tanah yang mengena punggungnya, kuda itu selalu membuangnya ke bawah lalu memindahkan kakinya ke atas tanah tersebut. Semakin tinggi tanah menutupi lubang, maka semakin tinggi pula posisi kuda itu. Sehingga akhirnya ia berjaya keluar dari lubang dengan selamat.
 
Begitulah gambaran kita dalam hidup ini. Ketika perjalanan hidup melemparkan beban dan masalah pd kita, maka mengelaklah lalu berdirilah dengan kukuh di atasnya, maka suatu saat nanti semua itu akan menaikkan posisi kita ke puncak.
 
Ketika orang-orang meremehkanmu, menghinamu bahkan berusaha menjatuhkanmu... mencelakaimu... Sebenarnya adalah peluang jika kita melihat dr sudut yg berbeza dan akan memberi keuntungan kepadamu yang terus berjuang, bertahan & pantang menyerah.

4 JALAN MENUJU KEBENARAN ( BELUM )

MENYIKAPI PERBEDAAN ( BELUM )

GURU , HINDI MOVIES ( BELUM )

KURA - KURA DAN BANGAU


Musim kemarau baru berjalan tiga puluh lima hari, namun air di telaga di tengah savana itu cepat sekali surutnya. Di sanalah berbagai marga satwa saling bertemu, bercengkrama, bermain-main air bahkan tak jarang perkelahian terjadi disebabkan oleh ego masing-masing binatang. Apalagi di saat air telaga yang tinggal sedikit seperti sekarang ini, pertengkaran di antara mereka kian parah saja.
Ikan-ikan mulai diburu oleh predator, bahkan anak ikan yang masih kecil sekalipun menjadi santapan yang sedap. Tumbuhan hijau di sekitar telaga sudah meranggas, tinggal akar-akarnya saja. Hewan-hewan mulai saling memangsa.
Syahdan, keadaan yang demikian membuat gelisah seekor bangau dan kura-kura, dua sahabat yang demikian akrab. Mereka tahu kalau selama ini mereka menjadi incaran seekor musang yang jahat. Jika hari masih terang, mereka bisa berlindung di antara kawanan hewan besar yang bukan pemangsa mereka, tetapi jika malam tiba mereka mesti waspada. Mata musang yang berkilat sering membuat bulu kuduk berdiri. Malam yang seharusnya digunakan untuk tidur, mereka malah terjaga sepanjang malam.
Keadaan yang demikian membuat bangau memutar otak bagaimana menghindari bahaya. Ia pun pamit kepada sahabatnya, kalau ia ingin terbang jauh untuk mencari telaga lain yang mungkin masih banyak airnya. Dengan berat hati, kura-kura itu mengiyakan rencana bangau untuk sementara meninggalkannya.
Tanpa terasa sudah tiga hari bangau pergi. Kura-kura gelisah menunggu kabar dari sahabatnya itu. Sepanjang hari-harinya ia menengadahkan kepala ke langit untuk memastikan kedatangan bangau membawa berita yang menggembirakan.
Betul saja, dari kejauhan bangau terbang mendekati telaga kering dan turun di samping kura-kura.
“Tak jauh dri tempat ini ada telaga yang masih banyak airnya, ayo kita pindah ke sana!” katanya berapi-api.
Berita yang dibawa oleh bangau sontak terdengar marga satwa yang lain. Terjadi kehebohan. Mereka merencanakan hijrah ramai-ramai menuju telaga yang baru. Mereka telah membuat arak-arakan yang siap berangkat.
“Wahai bangau sahabatku, bagaimana aku bisa mengikuti kalian dengan langkah-langkah kakiku yang pendek-pendek ini? Bukankah aku nanti tertinggal jauh dan tak dapat menemukan jejak kalian?” kura-kura menitikkan air matanya.
Mendengar kata-kata yang keluar dari mulut kura-kura, sang serigala terkekeh. Inilah kesempatannya menerkam kura-kura dan mencabik-cabiknya menjadi santapan yang sedap. Bangau menyadari bahaya yang mengintai sahabatnya. Ia merenung sejenak untuk mencari cara menyelamatkan kura-kura.
Bangau mengambil ranting dan berkata kepada kura-kura.
“Gigitlah ranting ini dengan kencang. Aku akan membawamu terbang menuju telaga baru. Ingat, selama kita terbang jangan pernah sekalipun kamu membuka mulutmu. Aku ulangi, jangan pernah membuka mulutmu!”
Maka, dengan menggigit ranting dan kura-kura tergantung di sana, bangau mulai mengepakkan sayapnya menuju telaga baru yang airnya melimpah. Melihat hal itu, srigala mendengus kecewa oleh akal bangau dalam menyelamatkan sahabatnya.
“Kura-kura itu harus menjadi santapanku!” geram srigala.
Dengan lantang srigala itu berteriak ke arah bangau dan kura-kura. Bermacam kalimat ejekan ia tujukan kepada bangau dan kura-kura. Tak hanya olok-olok yang keluar dari mulut srigala, tetapi juga kata-kata yang memancing kemarahan. Ia sangat berharap, salah satu dari mereka membuka mulutnya. Jika mulut bangau yang terbuka, maka ranting dan kura-kura akan jatuh ke tanah. Sebaliknya, jika kura-kura yang membuka mulut, ia akan terpelanting dan jatuh ke tanah.
Dua kemungkinan yang menguntungkan srigala.
Bangau dan kura-kura telah menulikan telinganya. Mereka selamat tiba di telaga yang airnya melimpah.

Jumat, 24 Februari 2017

AGAMA UANG ( BELUM )

BAGAIKAN TALI - TALI PADA SEBUAH GITAR ( BELUM )

KISAH SEORANG ABID YANG TIDAK DI TERIMA AMALANNYA KARENA DUA KURMA

Allah telah memerintahkan kepada kita agar memakan makanan yang halal tapi juga baik (Halalan Thoyyiban) dan dapat bermanfaat oleh tubuh kita. Perintah ini juga sudah disejajarkan dengan sikap bertaqwa kepada Allah yang sangat tegas dan jelas dalam Surah Al-Baqarah : 168 yang artinya
'' Wahai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan, karena sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagimu. ''
Dalam kisah Seorang Abid Tidak di Terima Amal Ibadahnya Sebab Dua Kurma ini menceritakan tentang adanya seorang ahli ibadah (Abid) yang sebelumnya semua ibadahnya selalu diterima oleh Allah. Namun ketika ia mengambil sesuatu yang syubhat, maka amal ibadah yang ia lakukan seperti biasanya menjadi tidak diterima. Berikut kisah lengkapnya!
Diriwayatkan dari Ibrahim bin Ad-ham r.a. (w. 161 H) bahwasnya ia berada di Makkah, bermaksud akan pergi ke Baitul Muqaddas. Ia membeli kurma dari seorang laki-laki sebagai bekal dalam perjalanannya. Ketika ia membayar dan si penjual telah memberikan kurmanya, tiba-tiba ada dua butir kurma yang jatuh ke tanah di antara kedua kakinya. Ia menduga bahwa kedua butir kurma itu termasuk kurma yang di belinya, lalu di ambil dan di makan. Setelah itu, ia keluar dari Makkah menuju Baitul Muqaddas.
Sesampainya di Baitul Muqaddas, ia masuk ke dalam Qubbah as-Shokhro' (sebuah ruangan yang diatasnya di beri kubah, dan di dalamnya terdapat batu besar yang di gunakan landasan Malaikat Jibril dan Nabi Muhammad saw naik ke langit memenuhi panggilan mi'raj)
Petugas yang menjaga Qubbah memperbolehkan orang-orang untuk beribadah di dalamnya pada siang hari dan mengosongkannya pada malam hari, mulai dari setelah shalat Ashar, karena malam harinya di gunakan para Malaikat.
Setelah shalat Ashar, orang-orang yang berada di dalamnya di perintahkan oleh petugas agar keluar, akan tetapi Ibrahim bin Ad-ham masih tetap di dalam, sebab petugas tidak mengetahuinya. Ketika para Malaikat masuk ke dalam Qubbah as-Shokhro', mereka melihat Ibrahim bin Ad-ham seraya berkata: "Disini masih ada manusia!" Salah satu dari mereka berkata: "Dia adalah Ibrahim bin Ad-ham, orang dari kota Khurasan yang terkenal ahli ibadah." Malaikat yang lain menjawab: "Ia adalah orang yang amalnya di terima dan naik ke langit setiap hari." Malaikat yang lain lagi berkata: "Iya, benar! Akan tetapi semenjak setahun ini amal ibadanya masih di tunda, tidak dapat naik ke langit dan do'a-do'anya belum di kabulkan di sebabkan memakan dua butir kurma."
Semalam suntuk para malaikat beribadah didalam Qubah hingga terbit fajar. Setelah subuh petugas membuka pintu kubah, Ibrahim bin Ad-ham keluar dan langsung pergi menuju Makkah untuk minta halal kepada si penjual kurma. Sesampainya di Makkah, ia mendatangi toko penjualan kurma. Di tempat itu ia tidak melihat orang tua penjual kurma yang pernah melayaninya, akan tetapi ia hanya bertemu dengan pemuda yang sedang menjual kurma.
Ibrahim bin Ad-ham bertanya kepadanya: "Pada tahun kemarin ada orang tua yang menjual kurma disini, sekarang ia berada dimana?"
Pemuda menjawab: "Beliau adalah ayahku, dan sudah meninggal."
Ibrahim bin Ad-ham menceritakan segala sesuatu yang terjadi di tahun kemarin.
Pemuda berkata: "Oleh karena ayahku sudah meninggal, maka dua butir kurma itu menjadi barang warisan. Bagianku aku halalkan untukmu, akan tetapi masih ada ahli waris yang lain, yaitu ibu dan saudara perempuanku."
Ibrahim bin Ad-ham bertanya: "Dimana ibu dan saudara perempuanmu sekarang?"
Anak muda menjawab: "Mereka berada di rumah."
Setelah mendengar jawaban pemuda itu, Ibrahim bin Ad-ham langsung pergi mendatangi rumahnya. Sesampainya di depan rumah, ia mengetuk pintu. Kemudian ada wanita tua keluar berjalan dengan memegang tongkat. Ibrahim bin Ad-ham menyampaikan salam kepadanya, dan wanita itu menjawab salam seraya berkata: "Apa keperluanmu datang kemari?" Kemudian Ibrahim bin Ad-ham menceritakan kisahnya. Wanita tua itu menghalalkan apa yang menjadi bagiannya. Kemudian Ibrahim bin Ad-ham melakukan hal seperti itu kepada saudara perempuan anak tersebut.
 
Setelah selesai meminta halal kepada semua yang bersangkutan, Ibrahim bin Ad-ham menuju Baitul Muqaddas dan masuk kubah. Setelah berada di dalam kubah, masuklah para malaikat, yang satu berkata kepada yang lain: "Inilah Ibrahim bin Ad-ham yang semenjak setahun ini amal ibadanya ditangguhkan dan do'anya tidak di kabulkan. Setelah ia melakukan sesuatu yang berkaitan dengan dua kurma, maka semua amalnya di terima, do'a-do'anya di kabulkan dan Allah mengembalikan derajat kedudukannya seperti semula."
Setelah mendengar perkataan malaikat itu, Ibrahim bin Ad-ham menangis karena sangat gembira serta melakukan puasa yang tidak pernah berbuka kecuali tujuh hari sekali dengan memakan makanan yang halal.
 

PERANGKAP SETAN 2


Barshiha adalah seorang ahli ibadah yang terkenal keshalehannya. Selama 200 tahun dalam kehidupannya tak pernah berbuat maksiat, meski hanya sekejap. Di ceritakan pula, berkat ibadah dan kealiman Barshiha sampai-sampai para malaikat pun kagum terhadap hamba Allah yang satu ini.
"Apa yang kau herankan terhadapnya. Sesungguhnya aku lebih mengetahui apa yang kamu ketahui. Dan sesungguhnya Barshiha adalah dalam pengetahuan-Ku" kata Allah atas kekaguman malaikat kepada Barshiha.

Di akhir hayatnya, Barshiha yang terkenal karena alimnya itu berbalik menjadi kafir dan masuk neraka untuk selama-lamanya hanya karena minuman khamr (minuman keras). Iblis yang mendengar ramalan itu merasa menemukan kunci kelemahan Barshiha. Dan memang pekerjaan iblislah untuk menggoda manusia agar masuk neraka bersama-sama mereka. Maka datanglah iblis ke biara barshiha dengan menyamar sebagai seorang manusia yang alim dengan menggunakan pakaian zuhudnya berupa kain tenun.

"Siapa kau ini?" tanya Barshiha, "dan apa keperluanmu?"
"Aku adalah hamba Allah yang datang untuk menolongmu dalam penyempurnaan mengabdi dan menyembah Allah, " jawab iblis.
"Siapa yang hendak mengabdi dan beribadah kepada Allah, hanya Allah yang menolong dan bukan dirimu," kata Barshiha dengan hati yang mantab.

Merasa mangsanya tak termakan oleh bujuk rayunya, iblis melancarkan cara lain. Selama tiga hari tiga malam, iblis menyembah Allah tanpa makan dan minum. Melihat tamunya beribadah sekhusyuk itu, hati Barshiha mulai goyah. Dia sangat kagum atas kekhusyukan tamunya itu yang terus menerus beribadah selama tiga hari tiga malan tanpa tidur, makan dan minum sedikit pun.

"Bagaimana dia bisa melakukannya. Sedangkan aku yang seperti ini masih tetap memerlukan tidur, makan dan minum bila beribadah kepada Allah," suara mengusik di dalam hatinya.
Di dorong rasa penasaran Barshiha lalu bertanya kepada tamunya, bagaimana di bisa beribadah sampai sedemikian rupa?
"Aku pernah berbuat dosa, bila teringat dosaku itu aku menjadi tak bisa makan, minum dan tidur, "kata iblis itu mulai melancarkan muslihatnya.
"Bagaimana caranya agar aku bisa beribadah seperti dirimu? " tanya Barshiha yang mulai terpikat oleh taktik iblis itu.

Melihat mangsanya mulai masuk dalam perangkapnya, iblis lalu menyarankan agar Barshiha sekali waktu melakukan perbuatan maksiat kepada Allah, dan kemudian bertobat kepada-Nya. Dengan demikian, Barshiha akan dapat merasakan kenikmatan beribadah setelah mengenang dosanya.

"Apa yang harus ku kerjakan lagi?" tanya Barshiha lagi. Benteng keimanannya semakin goyah.
"Berzina!" jawab iblis spontan.
"Itu tidak mungkin! Aku tak akan melakukan perbuatan maksiat itu. Sungguh suatu dosa besar!" sahut Barshiha.
"Jika tak mau melakukan itu, membunuh orang saja. Bagaimana?" ujar iblis itu.
"Tidak! Aku tak berani melakukannya. Perbuatan itu sangat di kutuk Allah!"
"Bagaimana kalau minum khamr (minuman keras), yang dosanya lebih ringan?" desek iblis semakin gencar melakukan godaannya.
"Aku memilih minum khamr saja. Tapi, dimana aku akan mendapatkannya?" tanya Barshiha yang telah termakan oleh bujukan iblis itu.
"Pergilah ke desa ini," ujar iblis menunjukkan nama dan tempat yang di maksud.

Atas saran iblis itu, pergilah Barshiha menuju desa yang di maksud. Di sana ia bertemu dengan seorang perempuan cantik yang berjualan khamr. Ia membelinya dan langsung meneguknya. Karena tak biasa minum-minuman keras barshiha menjadi mabuk, ia kehilangan kontrol. Dengan nafsu ia memaksa perempuan penjual khamr untuk diajaknya berzina. Dan di saat ia memperlosa perempuan itu, suaminya datang memergokinya. Barshiha menjadi takut dan bingung, dengan gelap mata di pukulnya suami perempuan penjual khamr itu hingga tewas.

Saat Barshiha kepayahan, iblis yang menyamar sebagai orang yang alim itu berubah menjadi orang biasa. Ia melaporkan peristiwa itu ke pengadilan dan barshiha sebagai terdakwanya. Oleh pengadilan barshiha di jatuhi hukuman cambuk 80 kali karena minum khamr (minuman keras), dan 100 kali hukuman cambuk berbuat zina atau memperkosa. Sedangkan karena membunuh suami perempuan penjual khamr, Barshiha di jatuhi hukuman gantung sebagai ganti darah. Saat Barshiha di gantung, datanglah iblis menghampirinya.

"Bagaimana keadaanmu, Barshiha?" tanya iblis.
"Siapa yang mengikuti ajakan orang jahat beginilah akibatnya," jawab Barshiha menyesali diri.
"Selama 200 tahun aku telah berupaya untuk menggodamu sampai berhasil hari ini dan hingga kau di gantung. Aku dapat menolongmu, menurunkan dirimu dari tiang gantungan itu, tapi ada syaratnya..." kata iblis itu, yang masih saja berusaha memperdaya korbannya.
"Apa syaratnya?" tanya Barshiha.
"Kau harus bersujud kepadaku."
"Bagaimana aku bisa bersujud kepadamu, sedangkan leherku terikat di tali gantungan?" ujar Barshiha yang sudah kehilangan benteng keimanannya.
"Tak perlu susah payah. Cukup kau bersujud dan beriman kepadaku dalam hati saja," kata iblis.

Tanpa pikir panjang lebar lagi Barshiha bersujud dalam hatinya menurut saran iblis. Sesaat setelah Barshiha bersujud dalam hatinya, maka matilah Barshiha dalam kekafiran menyembah iblis. Masya Allah!

KISAH AHLI IBADAH DAN KELEDAI BETINANYA

Dari Baginda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallama: “Keutamaan orang alim diatas orang yang ahli ibadah (tapi tidak alim). Seperti keutamaanku (Nabi Muhammad SAW.) atas orang paling rendah kalian semua”.
Dalam sebagian hadist di riwayatkan:
“Seperti keutamaan malam bulan purnama diatas segala bintang-bintang”. (1)
*****
Apa yang di “Dawuhkan” Junjungan kita sungguhlah nyata. Mari Kita simak pengalaman seorang ABID (Ahli Ibadah) yang tidak mengetahui Hukum Syariat, dalam Kitab Risalatul Mu’awanah di bawah ini:
“Asy-Syaikh Al ‘Aarif billah Muhammad ibnu ‘Arabi mengisahkan, dulu di daerah Maghrib/Maroko ada seorang ahli ibadah yang memelihara keledai betina. Tapi anehnya, keledai betina itu Cuma ia diamkan, tidak pernah ia tunggani, tidak pernah di buat membajak (karena kebiasaan daerah itu setiap orang yang mempunyai hewan ternak pasti di gunakan untuk membajak), apalagi menjualnya.
Karena penasaran, orang-orang sekitarnya ada yang bertanya padanya,
“Kenapa keledaimu sama sekali tidak kau manfaatkan? Kan sayang!?”
“Anu,,,, Aku memelihara keledai betina ini untuk tujuan lain kok…”.
“Apa itu??”
“Agar aku bisa menjaga Farjiku, alat kelaminku. Kan anda semua tahu, aku tidak beristri. Padahal aku kan hanya manusia biasa yang kadang di penuhi dengan ledakan nafsu. Lha, waktu hasratku tidak bisa terbendung, aku “Gunakan” hewan ini untuk menghancurkan Nafsu Syahwatku”.
Masyarakat melongo… kemudian ada pemuka masyarakat yang maju. Dengan kalem ia menjelaskan, “Bahwa dalam Hukum Islam menyetubuhi hewan adalah Haram”.
Mendengar kenyataan itu, ia menangis keras, kenapa begitu bodohnya. Ia bersusah payah meminta Ridlo Allah dengan ibadah yang tekun. Tapi di sisi lain ia malah membuat murka Allah Ta’ala.
Wallahu a’lam
(1) Kitab Al Musthatraf Juz 1 Hal 20,
(2) Kitab Risalatul Muawanah Hal: 15.

CERITA NABI SULAIMAN DAN PEMUDA YANG BERBAKTI KEPADA ORANG TUA

selain seorang nabi sulaiman a.s juga seorang raja yang terkenla.atas izin allah ia berhasil menundukan ratu bilqis denga jin ifrit-Nya.dia dikenal sebagai manusia boleh berdialog dengan segala binatang.
dikisahkan nabi sulaiman sedang berkelana antara langit dan bumi hingga tiba di satu samudra yang bergelombang besar.untuk mencegah gelombang ia cukup memerintahkan angin agar tenang dan tenang pula samudra itu.
kemudian nabi sulaiman memerintahkan jin ifrit menyelam ke samudra itu sampai kedasarnya . di sana jin ifrit melihat sebuah kubah yang terbuat dari permata putih yang tanpa lubang kubah itu diangkat ke samudra dan diperlihatkan nya ke pada nabi sulaiman
melihat kubah tanpa lubang penuh permata dari dasar laut itu nabi sulaiman menjadi terlalu heran, “kubah apakah gerangan ini?” fikirnya. dengan minta pertolongan allah nabi sulaiman membuka tutup kubah.betapa terkejutnya dia begitu melihat seseorang pemuda tinggal di dalamnya.
“siapakah engkau ini? kelompook jin atau manusia?” tanya nabi sulaiman keheranan.
“aku adalah manusia”.jawab pemuda itu dengan perlahan.
“bagaimana engkau boleh memperoleh karomah semacam ini?” tanya nabi sulaiman lagi.
kemudian pemuda itu  menceritakan riwayatnya sampai kemudian memperoleh karomah dari allah  boleh tinggal didalam kubah dan berada di dasar laut.
diceritakan ibunya dulu sudah tua dan tidak berdaya sehingga dialah yang memapah dan menggendongnya kemana jua dia pergi. si anak selalu berbakti kepada orang tua nya dan ibunya selalu mendoakan nya . salah satu doanya itu ,ibunya selalu mendoakan anaknya diberi rezeki dan perasaan puas diri. semoga anaknya ditempatkan yang tidak ada di dunia dan tidak pula di langit
“setelah ibu ku wafat aku berkeliling di pinggir pantai.dalam perjalanan aku melihat sebuah kubah terbuat dari permata  aku mendekatinya dan terbukalah pintu kubah itu sehingga aku masuk ke dalamnya.” tutur pemuda itu ke pada nabi sulaiman.
nabi sulaiman yang dikenal boleh berjalan di antara bumi dan langit itu menjadi kagum terhadap pemuda itu.
“bagaimana engkau bisa hidup di dalam kubah di dasar laut itu?”tanya nabi sulaiman ingin mengetahuinya lebih lanjut
“didalam kubah itu sendiri aku tidak tahu di mana  berada di langit kah atau di udara tetapi allah tetap memberi rezeki kepadaku ketika aku berada di dalam kubah.”
“bagaimana allah memberi makan kepadamu?”.tanya nabi sulaiman.
“jika aku merasa lapar allah menciptakan pohon didalam kubah dan buahnya yang aku makan jika aku terasa haus maka keluarlah air yang teramat bersih lebih putih dari pada susu dan lebih manis  dari madu.”
“bagaimana engkau megetahui perbedaan siang dan malam?” tanya nabi sulaiman yang meras semakin heran.
“bila telah terbit fajar maka kubah itu berubah menjadi putih dari situ aku mengetahui bahwa hari tu sudah siang biala matahari tenggelam maka kubah itu akan menjadi gelap dan aku mengetahui hari sudah malam.”tuturnya.
selesai menceritakan kisahnya pemuda itu lalu berdoa kepada allah,maka pintu kubah itu tertutup kembali,dan pemuda itu tetap tinggal di dalamnya.itu lah karomah bagi pemuda yang berbakti kepadaorang tuanya

KISAH JURAIJ DENGAN IBUNYA

Kisah Juraij adalah kisah besar yang mengandung pelajaran-pelajaran dan nasihat-nasihat. Juraij adalah seorang ahli ibadah yang shalih di kalangan Bani israil. Dia membuat ibunya kesal karena dia mendatanginya selama tiga hari agar kedua matanya bisa melihatnya dan kedua telinganya bisa menyimak pembicaraannya. Setiap kali datang, dia pulang dengan tangan hampa karena Juraij sibuk dengan shalat dan ibadahnya. Maka ibu Juraij mendoakan kejelekan baginya dan Allah mengabulkan doanya. Ibunya mendoakan agar Juraij tidak mati sebelum melihat wajah wanita pezina. Lalu seorang wanita pezina menuduh Juraij telah melakukan zina dengannya. Dia mengklaim bahwa Juraij adalah ayah dari bocah yang dilahirkanya. Akan tetapi, Allah menyelamatkan Juraij karena keshalihan dan ketakwaannya. Allah membuat bocah yang masih merah bisa berbicara. Dia memberitahu bapak yang ia diciptakan dari airnya. Dengan itu Allah menjawab doa ibunya dan membebaskannya dari tuduhan wanita pezina karena keshalihannya.
Teks Hadis
Bukhari meriwayatkan dalam Shahih-nya dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Tidak berbicara dalam buaian kecuali tiga orang: Isa. Dan di kalangan Bani Israil terdapat seorang laki-laki yang bernama Juraij. Dia sedang shalat. Lalu ibunya mendatanginya dan memanggilnya. Juraij berkata, ‘Aku menjawabnya atau meneruskan shalat.’ Ibunya berkata, ‘Ya Allah, jangan matikan Juraij sebelum Engkau membuatnya melihat wajah wanita pelacur.’ Pada waktu itu Juraij sedang berada di kuilnya, maka datanglah seorang wanita yang menawarkan diri kepadanya, tetapi juraij menolak. Lalu wanita itu mendatangi seorang pengembala dan melakukan zina dengannya. Wanita itu melahirkan seorang bocah. Wanita itu berkata, ‘Anak ini dari Juraij.’ Orang-orang pun mendatangi Juraij. Mereka menghancurkan kuilnya, mengeluarkannya dan mencacinya. Juraij lalu berwudhu melakukan shalat, kemudian mendatangi anak wanita itu. Juraij bertanya, ‘Wahai bocah, siapa bapakmu?’ Anak itu menjawab, ‘Fulan si penggembala.’ Orang-orang berkata, ‘Kami akan membengun kuilnya dari emas.’ Juraij menjawab, ‘Tidak. Cukup dengan tanah.'”
Muslim meriwayatkan dalam Shahihnya dari Abu Hurairah bahwa dia berkata, “Adalah Juraij sedang beribadah di kuilnya. Ibunya mendatanginya.” Humaid berkata, “Abu Rafi’ menjelaskan kepada kita penjelasan Abu Hurairah tentang penjelasan Rasulullah perihal ibu Juraij manakala memangilnya. Bagaimana ibunya mengangkat telapak tangannya di atas alisnya, kemudian dia mengangkat kepalanya untuk memanggilnya. Ibunya berkata, ‘Wahai Juraij, aku ibumu, kemarilah dan berbicaralah denganku.’ Kebetulan saat itu Juraij sedang shalat. Juraij berkata, ‘Ya Allah, ibuku dan shalatku.’ Lalu Juraij memilih meneruskan shalatnya. Ibunya pun pulang. Kemudian ibunya kembali untuk kedua kalinya dan memangglnya, ‘Wahai Juraij, aku ibumu. Kemarilah dan berbicaralah denganku.’ Juraij berkata, ‘Ya Allah, ibuku dan shalatku.’ Lalu dia memilih shalatnya. Ibunya berdoa, ‘Ya Allah, ini adalah Juraij. Dia adalah anakku. Aku mengajaknya berbicara, tetapi dia menolak. Ya Allah, jangan Engkau matikan dia sebelum Engkau memperlihatkan kepadanya wanita pezina.’ Dia berkata, ‘Seandainya dia berdoa agar Juraij terfitnah, niscaya dia akan terfitnah.’
Ada seorang penggembala kambing yang bermalam di kuil Juraij. Lalu seorang wanita keluar dari desa. Penggembala itu menggaulinya. Wanita itu hamil dan melahirkan bayi laki-laki. Dia ditanya, ‘Apa ini?’ Wanita itu menjawab, ‘Dari penghuni kuil ini.’ Lalu orang-orang berdatangan dengan membawa kapak dan sekopnya. Mereka memanggilnya sementara dia sedang shalat. Maka Juraij tidak menemui mereka.
Mereka mulai merobohkan kuilnya. Manakala Juraij melihat itu, dia turun kepada mereka. Mereka berkata, ‘Tanyakan kepada wanita ini.’ Juraij tersenyum, kemudian mengelus kepala bayi dan bertanya, ‘Siapa bapakmu?’ Bayi itu menjawab, ‘Bapakku adalah penggembala kambing.’ Manakala mereka mendengar jawabanya, mereka berkata, ‘Kuilmu yang telah kami hancurkan akan kami bangun kembali dengan emas dan perak.’ Juraij menjawab, ‘Jangan. Kembalikan seperti semula dengan tanah.’ Kemudian Juraij pun masuk.”
Dalam riwayat Muslim dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Tidak berbicara dalam buaian kecuali tiga:Isa bin Maryam dan bayi Juraij. Juraij adalah seorang ahli ibadah. Dia membangun temnpai ibadah dan tinggal di dalamnya. Ibunya mendatanginya pada saat Juraij shalat. Ibunya memanggilnya, ‘Ya Juraij.’ Juraij berkata, ‘Ya Rabbi, ibuku dan shalatku.’ Lalu dia meneruskan shalatnya. Ibunya lalu pulang. Esok harinya ibunya mendatanginya lagi, sementara Juraij sedang shalat, Ibunya memanggil, ‘Wahai Juraij.’ Juraij berkata, ‘Ya Rabbi, ibuku dan shalatku.’ Lalu Juraij meneruskan shalatnya, maka ibunya pulang. Esok harinya ibunya kembali datang, sementara Juraij juga sedang shalat. Ibunya berkata, ‘Wahai Juraij. Juraij berkata, ‘Ya Rabbi, ibuku dan shalatku.’ Lalu Juraij meneruskan shalatnya. Ibu Juraij berkata, ‘Ya Allah, jangan matikan Juraij sebelum dia melihat wajah wanita pelacur.’
Lalu Bani Israil membicarakan Juraij dan ibadahnya. Di sana terdapat seorang pelacur yang terkenal cantik. Wanita itu berkata, ‘Jika kalian mau, aku akan merayunya.’ Lalu wanita itu menggoda Juraij, tetapi Juraij tidak meliriknya. Wanita itu kemudian mendatangi seorang pengembala yang berteduh di kuil Juraij. Dia berbuat mesum dengannya dan hamil. Ketika wanita itu melahirkan, dia berkata, ‘Anak ini dari Juraij.’ Lalu orang-orang mendatanginya dan menyuruhnya turun, menghancurkan kuilnya dan mulai memukulinya. Juraij bertanya, ‘Ada apa dengan kalian?’ Mereka menjawab, ‘Kamu telah berzina dengan pelacur dan dia melahirkan anak darimu.’ Juraij bertanya, ‘Mana bayi itu?’ Lalu mereka membawanya kepadanya. Juraij berkata, ‘Biarkanlah aku shalat.’ Lalu Juraij shalat. Selesai shalat Juraij menghampiri bayi itu dan menyentuh perutnya seraya bertanya, ‘Wahai bocah, siapa bapakmu?’ Bayi itu menjawab, ‘Fulan si penggembala.’ Lalu orang-orang mendatangi Juraij, mencium dan mengelus-elusnya. Mereka berkata, ‘Kami akan membangun kuilmu dari emas.’ Juraij menjawab, ‘Tidak usah. Bangunlah dengan tanah seperti semula.’ Dan mereka melakukannya.'”
Takhrij Hadis
Hadis ini diriwaytakan oleh Bukhari Muslim dalam Shahih-nya dari Abu Hurairah. Hadis ini dalam Shahih Bukhari ada pada Kitab Ahadisil Anbiya’, bab firman Allah, “Dan sebutlah Maryam dalam Al-Kitab.”(Maryam:16), 6/476, no.3436.
Bukhari meriwayatkan dalam bab tanpa judul (6/511), no.3466.
Bukhari meriwayatkan secara muallaq dalam Kitabul Amal Fis Shalah, bab jika ibu memanggil anaknya di dalam shalat, 3/78, no.1206.
Bukhari meriwayatkannya dalam Kitabul Madzalim, bab siapa yang menghancurkan tembok hendaknya dia membangun sepertinya, 5/126.
Diriwayatkan oleh Muslim dalam Kitabul Bir Was Shilah, bab mendahulukan Birul Walidain di atas shalat sunnah, 4/1976, no.2550.
Penjelasan Hadis
Dari keseluruhan riwayat dapat disimpulkan bahwa Juraij adalah salah seorang ahli ibadah yang shalih di kalangan Bani Israil. Awal mulanya dia adalah seorang pedagang, kemudian dia meninggalkan perdagangannya dan cenderung kepada ibadah. Dia membangun kuil untuk beribadah kepada Allah di dalamnya. Dia ber-uzlah dari manusia, dan inilah rahbaniyyah di mana Allah dan Rasulullah melarang kita untuk menjadikannya sebagai cara hidup.
Juraij mempunyai seorang ibu yang shalihah. Di sebagian hari si ibu datang untuk mengunjungi anaknya dan berbincang dengannya. Suatu hari ibunya datang dan memanggilnya. Pada saat itu dia sedang shalat, maka dia lebih mementingkan shalatnya daripada menjawab panggilan ibunya. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mempraktikkkan kepada kita perbuatan si ibu ketika memanggil Juraij. Rasullah shallallahu alaihi wa sallam meletakkan telapak tangannya di atas alis matanya, menirukan perbuatan ibu Juraij yang mendongakkan kepalanya ketika memanggil putranya. Orang-orang akan melakukan seperti halnya ibu Juraij jika orang yang dipanggil berada di tempat yang tinggi. Mereka ingin agar bisa melihat orang yang dipanggil dengan melongok kepada mereka. Mungkin sinar matahari yang menyilaukan menimpa kedua matanya ketika dia mengangkat pandanganya kepada anaknya. Dia meletakkan telapak tangannya di alis matanya untuk menahan sinar matahari dari kedua matanya.
Semestinya Juraij meninggalkan shalatnya dan menjawab panggilan ibunya, karena menjawab panggilan ibu lebih baik daripada shalat sunnah. Dia bisa meringankan shalatnya dan bersegera menemui ibunya. Akan tetapi, Juraij lebih mementingkan shalat daripada ibunya, dan sepertinya dia meneruskan kenikmatan di dalam shalatnya hingga tidak meninggalkan shalat karena satu dan lain hal.
Esok harinya ibu tersebut mengulangi pangilannya, begitu pula di hari ketiga. Nasibnya di kali kedua dan ketiga tidaklah lebih baik daripada nasibnya di kali pertama. Karena itu ibu Juraij marah, lalu dia mendoakan kejelekan baginya dan Allah mengabulkan doanya. Ibu Juraij berdoa agar Allah tidak mematikannya hingga menjadikanya melihat wajah pelacur. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah menyampaikan kepada kita, seandainya ibu Juraij berdoa agar tertimpa fitnah niscaya dia akan terfitnah. Jika Allah menghendaki sesuatu, maka ia terjadi dan memudahkan sebab-sebabnya.
Allah telah menyiapkan sebab-sebabnya dengan mengutus seorang pelacur untuk merayu dan menggodanya. Penyebabnya adalah bahwa Bani Israil membicarakan kebaikan dan ibadah Juraij. Maka wanita ini begitu meremehkan Juraij, keshalihan dan ketaqwaannya. Dia mengklaim bahwa jika dia yang merayunya, maka Juraij akan bertekuk lutut dan jatuh seperti yang lain. Wanita ini begitu percaya diri dengan alasan kecantikannya. Hadis diatas menyebutkan bahwa orang-orang menjadikan wanita ini sebagai ikon kecantikan dan kemolekan. Orang-orang yang terjerumus ke dalam lumpur kenistaan mengira bahwa semua manusia adalah seperti yang mereka kenal. Mereka tidak menyangka bahwa di antara manusia terdapat hamba Allah yang menjauhi kenikmatan dunia yang hanya sementara dan tidak abadi, juga bahwa terdapat di kalangan mereka orang-orang dengan iman dan taqwa serta agama yang menjaga mereka sehingga tidak terjerumus ke dalam kenistaan dan perbuatan keji. Di antara mereka adalah Nabiyullah Yusuf yang menjadi teladan di bidang ini dan Al-Quran telah menyampaikan kisahnya. Lalu ada Juraij, si ahli ibadah yang digoda oleh wanita pelacur tetapi dia tidak menolehnya, tidak tergoda dan terus khusyu’ dalam ibadah dan shalatnya, seolah-olah dia tidak melihat dan menyaksikannya.
Orang yang mengetahui tabiat manusia akan mengetahui sejauh mana kesedihan dan kemarahan yang ada di hati wanita nista akibat penolakan seperti ini. Dengan penolakan ini, maka dia kalah perang. Hal ini karena dia telah berjanji kepada orang-orang yang membicarakan kebaikan Juraij agar ia memfitnahnya dan menjerumuskannya ke dalam pelukannya. Sekarang, dia pulang dengan hasil yang nihil. Keinginannya gagal dan impiannya kandas.
Dia benar-benar tidak bisa menerima hal ini. Oleh karena itu, dia membuat makar besar terhadap Juraij. Wanita ini melihat seorang penggembala yang menginap di kuil Juraij. Dia menginap bersamanya dan berbuat mesum dengannya. Hasilnya, dia hamil di malam itu. Manakala dia melahirkan bayinya, dia mengatakan bahwa dia adalah hasil perbuatan Juraij ahli ibadah. Juraijlah pelaku perbuatan buruk ini. Ini berarti Juraij beribadah secara dusta, kebaikannya hanyalah sekedar pemanis palsu.
Betapa sedih dan marahnya orang-orang manakala mereka meletakkan kepercayaan kepada orang-orang yang menampakkan kebaikan, ketaqwaan dan keteguhan beragama, kemudian ternyata mereka buruk. Orang-orang yang mereka percayai hanya serigala berbulu domba atau musang berbulu ayam untuk menipu orang-orang bodoh. Maka, mereka pun berbalik melawan ketika kesempatan tersebut tersedia, sebagaimnana orang-orang memperlakukan rahib yang diceritakan oleh Salman ketika dia mengambil dan menimbun harta sedekah mereka. Mereka menyalibnya setelah dia mati dan menolak menguburkannya.
Penduduk desa mendatangi Juraij dengan kemarahan yang memuncak di hati dan pembuluh darah mereka. Mereka meminta Juraij turun dan meninggalkan ibadah dusta yang ditampakkannya. Tetapi Juraij tidak menghiraukan panggilan mereka karena dia terus larut dalam ibadah dan shalatanya. Pada saat itu kapak-kapak dan sekop mereka bekerja menghancurkan kuil Juraij. Melihat itu Juraij pun turun untuk menemui mereka. Akibatnya, mereka meneriaki dan memukulinya. Ketika Juraij bertanya tentang alasan kemarahannya, mereka mengatakan perbuatan Juraij. Mereka meminta agar Juraij bertanya kepada wanita yang telah mengakui apa yang dia akui itu.
Juraij tersenyum mendengar ucapan mereka. Dia benar dalam ibadahnya, jujur dalam istiqamahnya. Dia yakin tidak melakukan seperti tuduhan mereka. Tuduhan wanita hina itu hanyalah dusta yang terbuka. Juraij meminta kepada oranng-orang yang marah agar memberinya waktu untuk berwudhu dan shalat. Selesai shalat dia mendatangi bocah yang baru dilahirkan beberapa jam atau beberapa hari. Juraij menyentuh perutnya sambil bertanya, sementara orang-orang terdiam, “Siapa bapakmu?”
Sebuah ayat Allah yang menunjukkan kepada-Nya dan kepada besarnya kodrat-Nya, bayi itu berbicara dengan suara yang terdengar, ucapan yang jelas dan dipahami. Bayi itu menjawab, “Bapakku adalah fulan penggembala kambing.” Orang-orang menyadari besarnya kejahatan mereka terhadap seorang hamba shalih. Mereka mengetahui bahwa Juraij tidak termasuk dalam deretan orang-orang yang mereka duga. Juraij bukan penjilat dan bukan penipu, dia benar dalam ibadah dan keshalihannya, dan bahwa wanita inilah yang telah berdusta dengan menuduh Juraij. Mereka menyadari bahwa mereka telah terburu-buru mempercayai tuduhan itu, sebagaimana mereka telah gegabah memukuli Juraij dan merobohkan kuilnya. Orang-orang yang bertindak terburu-buru itu mencoba menghapus kesalahan mereka pada Juraij. Mereka menawarkan kepadanya untuk membangun tempat ibadahnya dari emas atau perak, tetapi Juraij menolaknya. Dia ngotot supaya tempat ibadahnya dikembalikan dengan tanah seperti sedia kala. Mereka melakukan. Begitu selesai Juraij masuk kembali untuk beribadah kepada Tuhannya.

HANYA IKHLAS YANG DAPAT MENAKLUKKAN IBLIS

Ibnu Qudamah menyebutkan suatu riwayat dari al Hasan berkata,”Dahulu pernah ada satu pohon yang disembah selain Allah swt maka datanglah seorang laki-laki yang mengatakan,”Aku pasti akan menebang pohon ini.” Maka ia pun mendatanginya dan ingin menebangnya semata-semata murka karena Allah. Setan yang menyerupai manusia mencoba menghampirinya dan berkata,”apa yang engkau inginkan?’ laki-laki itu menjawab,’Aku ingin menebang pohon ini yang disembah selain Allah.’ dia itu berkata,’Jika memang engkau tidak menyembahnya maka pohon yang disembah ini tidak akan merugikanmu?
Laki-laki itu berkata,’Aku pasti menebangnya.’ Dia berkata kepadanya,’apakah engkau mau sesuatu yang lebih baik daripada menebang pohon ini, jika kamu tidak menebangnya maka kamu akan mendapatkan dua dinar pada esok hari dari bawah bantalmu.’ Laki-laki itu mengatakan,’siapa yang memberikan itu kepadaku.’ Dia berkata,’aku’.
Lalu laki-laki itu pun kembali pulang dan pada keesokan harinya dia mendapati dua dinar dari bawah bantalnya. Kemudian pada esok harinya lagi dia tidak mendapatinya lagi dan ia pun murka dan ingin menebang pohon itu. Maka setan yang menyerupai manusia menemuinya dan berkata,’apa yang kamu inginkan?’ dia berkata,’Aku ingin memotong pohon ini yang disembah selain Allah.’ Dia berkata,’kamu bohong, aku akan menghalangimu dari menebangnya,’ laki-laki itu pun berusaha menebangnya namun dia menghalanginya dan terjadi pergumulan sehingga ia mampu mencekik laki-laki itu, dan berkata,”Tahukah kamu siapa aku?’ maka dia pun memberitahukannya bahwa dirinya adalah setan. Setan berkata,’pada pertama kali engkau datang adalah semata-mata murka karena Allah sehingga aku tidak memiliki jalan untuk menghalangimu. Maka aku pun memperdayamu dengan dua dinar kemudian aku menghentikannya. Dan tatkala engkau tidak mendapatkannya lagi maka engkau pun murka karena dua dinar itu sehingga aku bisa menguasaimu.” (Mikhtashar Minhaj al Qosidhin hal 348)
Dikisahkan dari Abu Tsumamah bahwa orang-orang al Hawariyyin pernah bertanya kepada Isa as tentang orang-orang yang ikhlas. Maka beliau as menjawab,”yaitu orang yang beramal dan tidak menyukai pujian orang lain.” (Al Jami’ Li Ahkamil Qur’an jilid V hal 389)
Kemudian mengapa iblis tidak bisa menyesatkan orang-orang yang ikhlas atau menyimpangkan dari jalan kebenaran ? Hal itu dikarenakan mereka adalah orang-orang yang senantiasa menjadikan seluruh aktivitas ibadahnya hanya untuk Allah swt saja, bukan untuk riya atau mencari kemasyhuran di mata manusia. Keikhlasannya menjadi benteng dan pertahanan yang sangat kokoh untuk bisa ditembus oleh setan apalagi dikuasai oleh mereka.
Dalam hal ini, bisa kita simak penuturan Sayyid Qutb yang menjelaskan tentang hal ini, dia mengatakan bahwa makna firman-Nya “Sesungguhnya hamba-hamba-Ku’’ yang ikhlas untuk-Ku maka tidak ada kuasa bagimu (setan) untuk menguasai mereka, tidak bisa mempengaruhi mereka, tidak bisa engkau jadikan mereka memandang indah perbuatan maksiat karena kamu terpenjara dihadapan mereka, karena mereka berada didalam suatu penjagaan yang kokoh dari gangguanmu, karena jalan masukmu kedalam diri mereka terkunci. Mereka adalah orang-orang yang menggantungkan pandangan mereka kepada Allah dan mengetahui tipu dayanya dengan fitrah mereka yang berhubungan erat dengan Allah swt. (Fi Zhilalil Qur’an juz IV hal 2142)
Iblis meminta kepada Allah swt Agar dirinya ditangguhkan hingga hari kiamat dan bertekad untuk menggoda anak-anak Adam agar mengikuti langkah-langkahnya dan kelak juga akan memasuki neraka bersamanya, sebagaimana firman Allah swt :
Artinya : “Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma’siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka” Allah berfirman: “Ini adalah jalan yang lurus, kewajiban Aku-lah (menjaganya). Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikut kamu, yaitu orang-orang yang sesat. (QS. Al Hijr : 39 – 42)
Al Qurthubi mengatakan bahwa “memandang baik” memiliki dua makna : bisa berarti (memandang baik) perbuatan maksiat dan bisa juga bermakna mereka disibukkan oleh perhiasan dunia dari ketaatan kepada Allah swt.
Sedangkan makna “pasti aku akan menyesatkan mereka” adalah menyesatkan mereka dari jalan petunjuk. Diriwayatkan oleh Ibnu al Hai’ah dari Abdullah dari Daraj Abi as Samh dari Abi al Haitsam dari Abi said al Khudriy bahwa Rasulullah saw bersabda,”Sesungguhnya iblis berkata,’Wahai Allah demi keagungan dan kebesaran-Mu pasti aku akan menyesatkan anak-anak Adam selama ruh mereka berada didalam jasad mereka.’ Maka Allah berkata,’demi keagungan dan kebesaran-Ku pasti aku akan mengampuni mereka yang meminta ampunan kepada-Ku.”
Firman-Nya,” kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka” para penduduk Madinah dan Kufah membaca dengan memfathahkan laam yang berarti orang-orang yang Engkau pilih dan ikhlas. Sedangkan yang lainnya membaca dengan mengkasrahkan laam yang berarti orang-orang yang mengikhlaskan ibadah untuk-Mu dari kerusakan atau riya.

BELAJAR IKHLAS

Di suatu pondok yang sederhana, hiduplah seorang guru tua dengan istrinya. Sang guru sudah puluhan tahun mengajar di sebuah sekolah yang tak terlalu jauh dari rumahnya. Guru ini sangat baik hati dan dihormati oleh murid-muridnya.
Suatu hari, seorang mantan muridnya datang ke rumahnya. Ia membawa seikat ubi yang diamanahkan oleh ayahnya sebagai oleh-oleh pada sang guru. "Pak guru, saya membawa ubi. Hanya ini yang saya dan keluarga punya untuk membalas kebaikan bapak," ujarnya.
Melihat muridnya yang lugu dan tulus, sang guru tersentuh. "Kok repot-repot, Nak? Duduk di sini dulu ya. Kamu pasti capek jauh-jauh dari desa bawa ubi. Bapak ke belakang dulu," ujar sang guru.
Pria paruh baya itu pun berjalan ke belakang dan menemui istrinya. "Bu, kita punya apa? Ini muridku bawa ubi," kata pria itu. Sang istri melihat ke dapurnya. Tidak ada apa-apa selain alat masak, bumbu dapur dan air minum. "Punya apa kita, Pak? Wong kita cuma punya kambing peliharaan bapak itu di belakang," jawab istrinya.
Guru itu pun mengangguk-angguk, "Oo.. Ya sudah ini ubinya disimpan. Buatkan muridku minum ya, Bu. Kita kasih kambing saja," kata pria itu. Istrinya mengangguk dan membuatkan teh hangat untuk muridnya. Sementara pria itu mengambil kambing peliharaannya.
"Ini, Nak. Bawa pulang, ya? Bilang terima kasih pada bapakmu," kata pria itu. Muridnya terkejut, tapi ia sangat berterima kasih pada gurunya yang memang baik hati itu. Tak lama, ia pun pulang dari pondok gurunya.
Di jalan, murid ini bertemu dengan temannya. Teman tersebut bertanya dari mana ia mendapat kambing. Murid yang lugu itupun menceritakan bagaimana ia membawa ubi hingga dapat kambing. Mendengar cerita itu, murid yang satu ini tergiur mendapat pemberian yang sama dari gurunya. Ia pun segera pulang dan menceritakan kejadian itu pada ayahnya.
Sang ayah yang juga tergiur berkata, "Wah, mungkin kalau kamu bawa kambing, nanti kamu akan diberi sapi, Nak." Begitu pikir ayah dan anak ini. Kalau mereka memberi yang besar, maka mereka akan menerima yang lebih besar lagi.
Maka, sore itu pergilah murid yang satu ini membawa kambing ke rumah gurunya. Sang guru kaget, baru saja ia memberi kambing pada muridnya, sekarang ia menerima kambing lain yang menggantikan kambingnya. Maka buru-buru ia menemui istrinya, "Istriku, kita dapat kambing lagi. Alhamdulillah. Kita cuma punya ubi, ya? Ya sudah berikan saja ubinya untuk muridku," ujarnya.
Maka sang guru keluar membawa 3 ikat ubi yang diberikan murid pertamanya tadi. Melihat apa yang diberikan gurunya, murid kedua ini terkejut. Antara agak kecewa dan harus tetap senyum di depan gurunya. Maka ia pun pulang dengan membawa 3 ikat ubi, bukan sapi seperti yang dia harapkan.


Nenek dan Ikan Gabus

Di pinggir sebuah hutan tinggallah seorang nenek tua bernama nenek Sabar. Ia hidup sebatang kara, suami dan anak-anaknya sudah meninggal karena sakit. Setiap pagi ia mencari daun-daunan untuk dijual ke pasar dan ditukar dengan makanan. Itulah pekerjaannya sehari-hari. Nenek Sabar bertetangga dengan pak Engki, orang paling kaya di desanya, tapi juga terkenal paling kikir, ia tak pernah mau membantu tetangganya yang kebanyakan miskin dan susah.

Suatu siang sepulang dari pasar Nenek Sabar melewati sungai Kalimas. Mungkin karena kemarau yang panjang, air sungai mengering. Ia melihat seekor ikan gabus menggelepar karena kekurangan air. "Wah, kebetulan nih. Hari ini aku bisa makan pake lauk ikan. Syukurlah, Tuhan memberiku rizki lebih hari ini."
Tapi terjadi suatu keanehan, ikan itu ternyata bisa berbicara,"Nek, tolong saya. Jangan makan saya, tapi masukkan saya ke tempat yang banyak airnya. Nenek pasti akan mendapat ganti yang lebih baik" kata si ikan menghiba. Akhirnya si Nenek tidak jadi mengambil ikan gabus itu dan memasaknya untuk lauk, tapi hanya memindahkannya ke tempat yang banyak airnya. "Terima kasih Nek, semoga Tuhan membalas kebaikan hatimu," kata si Ikan gembira.
Sampai di rumah nenek tua itu merenung, "Mungkin aku harus lebih banyak berdoa pada Tuhan agar aku mendapat rizki yang banyak." Kemudian nenek Sabar berdoa setiap malam dengan keras,"Ya Tuhan berilah hamba rizki yang banyak," begitu doanya setiap malam.
Lama kelamaan Pak Engki merasa terganggu dan bosan mendengar doa nenek Sabar setiap malam. "Berisik sekali nenek ini, bikin aku nggak bisa tidur saja. Aku harus memberinya pelajaran, biar dia tahu rasa."
Pak Engki menyuruh pembantunya memasukkan batu dan kerikil ke dalam karung. Kemudian ia naik ke genteng rumah nenek Sabar dan menjatuhkan karung itu di tempat nenek Sabar berdoa. Si Nenek kaget, kemudia ia membuka karung itu dan ternyata isinya emas dan permata. Sejak saat itu Nenek sabar menjadi kaya raya. Tapi meski kaya ia tidak sombong, ia selalu membantu tetangganya yang kesusahan. Semua orang yang minta tolong kepadanya tak pernah pulang dengan tangan hampa.
Pak Engki merasa tersaingi. Dalam hatinya terbit perasaan iri dan dengki yang terus menghantuinya. "Kenapa ya si Nenek tiba-tiba jadi kaya? Aku harus mencari tahu apa penyebabnya." Kemudian pak Engki menemui nenek Sabar dan bertanya kepadanya, bagaimana cara ia menjadi kaya. Nenek sabar menceritakan dengan jujur apa yang membuatnya menjadi kaya.
Pak Engki senang ia tahu bagaimana cara nenek Sabar menjadi kaya. Kemudian ia menyuruh pembantunya menyiapkan karung yang besar dan mengisinya dengan batu dan pasir. Kemudian ia meminta pembantunya menjatuhkan karung itu saat ia berdoa. Malamnya ia berdoa dengan keras, sama seperti yang dilakukan nenek Sabar. Bahkan ia berdoa dengan suara yang lebih keras lagi. Kemudian pembantunya menjatuhkan karung berisi batu kepadanya. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Karung itu mengenai badannya dan ia pingsan seketika. Setelah siuman ia merasa badannya sakit, bahkan tulang punggungnya ada yang retak. Dengan penuh rasa penasaran, ia membuka karung itu. Ia membayangkan akan menjadi kaya raya, jauh lebih kaya daripada Nenek Sabar. Tapi betapa kecewa hatinya saat melihat isi karung tidak berubah, tetap berisi batu dan pasir. Ia kaget dan pingsan untuk kedua kalinya.
Setelah itu pak Engki perlahan-lahan jatuh miskin. Harta kekayaannya habis untuk berobat, namun sakitnya tak kunjung sembuh juga. Ia tak bisa lagi bekerja, hanya penyesalan sampai akhir hayatnya.

KISAH SEORANG PEMUDA YANG MENEMUKAN BUAH APEL


Alkisah ada seorang pemuda, yang bernama Tsabit bin Ibrahim. Dia ingin pergi menuntut ilmu. Di tengah perjalanan dia haus dan singgah sebentar di sungai yang airnya jernih. dia langsung mengambil air dan meminumnya. tak berapa lama kemudian dia melihat ada sebuah apel yang terbawa arus sungai, dia pun mengambilnya dan segera memakannya. setelah dia memakan segigit apel itu dia segera berkata "Astagfirullah"

Dia merasa bersalah karena telah memakan apel milik orang lain tanpa meminta izin terlebih dahulu. "Apel ini pasti punya pemiliknya, lancang sekali aku sudah memakannya. Aku harus menemui pemiliknya dan menebus apel ini".

Akhirnya dia menunda perjalanannya menuntut ilmu dan pergi menemui sang pemilik apel dengan menyusuri bantaran sungai untuk sampai kerumah pemilik apel. Tak lama kemudian dia sudah sampai ke rumah pemilik apel. Dia melihat kebun apel yang apelnya tumbuh dengan lebat.

"Assalamu'alaikum...."

"Wa'alaikumsalam wr.wb.". Jawab seorang lelaki tua dari dalam rumahnya.

Pemuda itu dipersilahkan duduk dan dia pun langsung mengatakan segala sesuatunya tanpa ada yang ditambahi dan dikurangi. Bahwa dia telah lancang memakan apel yang terbawa arus sungai.

"Berapa harus kutebus harga apel ini agar kau ridha apel ini aku makan pak tua". tanya pemuda itu.

Lalu pak tua itu menjawab. "Tak usah kau bayar apel itu, tapi kau harus bekerja di kebunku selama 3 tahun tanpa dibayar, apakah kau mau?"

Pemuda itu tampak berfikir, karena untuk segigit apel dia harus membayar dengan bekerja di rumah bapak itu selama tiga tahun dan itupun tanpa digaji, tapi hanya itu satu-satunya pilihan yang harus diambilnya agar bapak itu ridha apelnya ia makan."Baiklah pak, saya mau."

Alhasil pemuda itu bekerja di kebun sang pemilik apel tanpa dibayar. Hari berganti hari, minggu, bulan dan tahun pun berlalu. Tak terasa sudah tiga tahun dia bekerja dikebun itu. Dan hari terakhir dia ingin pamit kepada pemilik kebun.

"Pak tua, sekarang waktuku bekerja di tempatmu sudah berakhir, apakah sekarang kau ridha kalau apelmu sudah aku makan?"

Pak tua itu diam sejenak. "Belum."

Pemuda itu terhenyak. "Kenapa pak tua, bukankah aku sudah bekerja selama tiga tahun di kebunmu."

"Ya, tapi aku tetap tidak ridha jika kau belum melakukan satu permintaanku lagi."

"Apa itu pak tua?"

"Kau harus menikahi putriku, apakah kau mau?"

"Ya, aku mau." jawab pemuda itu.

Bapak tua itu mengatakan lebih lanjut. "Tapi, putriku buta, tuli, bisu dan lumpuh, apakah kau mau?"

Pemuda itu tampak berfikir, bagaimana tidak...dia akan menikahi gadis yang tidak pernah dikenalnya dan gadis itu cacat, dia buta, tuli, dan lumpuh. Bagaimana dia bisa berkomunikasi nantinya? Tapi diap un ingat kembali dengan segigit apel yang telah dimakannya. Dan dia pun menyetujui untuk menikah dengan anak pemilik kebun apel itu untuk mencari ridha atas apel yang sudah dimakannya.

"Baiklah pak, aku mau."

Segera pernikahan pun dilaksanakan. Setelah ijab kabul sang pemuda itupun masuk kamar pengantin. Dia mengucapkan salam dan betapa kagetnya dia ketika dia mendengar salamnya dibalas dari dalam kamarnya. Seketika itupun dia berlari mencari sang bapak pemilik apel yang sudah menjadi mertuanya.

"Ayahanda...siapakah wanita yang ada didalam kamar pengantinku? Kenapa aku tidak menemukan istriku?"

Pak tua itu tersenyum dan menjawab. "Masuklah nak, itu kamarmu dan yang di dalam sana adalah istimu."

Pemuda itu tampak bingung. "Tapi ayahanda, bukankah istriku buta, tuli tapi kenapa dia bisa mendengar salamku?

Bukankah dia bisu tapi kenapa dia bisa menjawab salamku?"

Pak tua itu tersenyum lagi dan menjelaskan. "Ya, memang dia buta, buta dari segala hal yang dilarang Allah. Dia tuli, tuli dari hal-hal yang tidak pantas didengarnya dan dilarang Allah. Dia memang bisu, bisu dari hal yang sifatnya sia-sia dan dilarang Allah, dan dia lumpuh, karena tidak bisa berjalan ke tempat-tempat yang maksiat."


Tsabit amat bahagia mendapat seorang isteri solehah dan wanita yang memelihara dirinya. Dengan penuh syukur dia berkata tentang isterinya, “Ketika kulihat wajahnya… Subhanallah, dia bagaikan bulan purnama di malam yang gelap”.

Tsabit dan isterinya yang sholihah dan cantik itu hidup rukun dan berbahagia. Tidak lama kemudian mereka dikurniakan seorang putera yang ilmunya memancarkan hikmah ke seluruh penjuru dunia, Beliau adalah Al Imam Abu Hanifah An Nu’man bin Tsabit.