Ibnu Qudamah menyebutkan suatu riwayat dari al Hasan berkata,”Dahulu
pernah ada satu pohon yang disembah selain Allah swt maka datanglah
seorang laki-laki yang mengatakan,”Aku pasti akan menebang pohon ini.”
Maka ia pun mendatanginya dan ingin menebangnya semata-semata murka
karena Allah. Setan yang menyerupai manusia mencoba menghampirinya dan
berkata,”apa yang engkau inginkan?’ laki-laki itu menjawab,’Aku ingin
menebang pohon ini yang disembah selain Allah.’ dia itu berkata,’Jika
memang engkau tidak menyembahnya maka pohon yang disembah ini tidak akan
merugikanmu?
Laki-laki itu berkata,’Aku pasti menebangnya.’ Dia
berkata kepadanya,’apakah engkau mau sesuatu yang lebih baik daripada
menebang pohon ini, jika kamu tidak menebangnya maka kamu akan
mendapatkan dua dinar pada esok hari dari bawah bantalmu.’ Laki-laki itu
mengatakan,’siapa yang memberikan itu kepadaku.’ Dia berkata,’aku’.
Lalu laki-laki itu pun kembali pulang dan pada keesokan harinya dia
mendapati dua dinar dari bawah bantalnya. Kemudian pada esok harinya
lagi dia tidak mendapatinya lagi dan ia pun murka dan ingin menebang
pohon itu. Maka setan yang menyerupai manusia menemuinya dan
berkata,’apa yang kamu inginkan?’ dia berkata,’Aku ingin memotong pohon
ini yang disembah selain Allah.’ Dia berkata,’kamu bohong, aku akan
menghalangimu dari menebangnya,’ laki-laki itu pun berusaha menebangnya
namun dia menghalanginya dan terjadi pergumulan sehingga ia mampu
mencekik laki-laki itu, dan berkata,”Tahukah kamu siapa aku?’ maka dia
pun memberitahukannya bahwa dirinya adalah setan. Setan berkata,’pada
pertama kali engkau datang adalah semata-mata murka karena Allah
sehingga aku tidak memiliki jalan untuk menghalangimu. Maka aku pun
memperdayamu dengan dua dinar kemudian aku menghentikannya. Dan tatkala
engkau tidak mendapatkannya lagi maka engkau pun murka karena dua dinar
itu sehingga aku bisa menguasaimu.” (Mikhtashar Minhaj al Qosidhin hal
348)
Dikisahkan dari Abu Tsumamah bahwa orang-orang al Hawariyyin
pernah bertanya kepada Isa as tentang orang-orang yang ikhlas. Maka
beliau as menjawab,”yaitu orang yang beramal dan tidak menyukai pujian
orang lain.” (Al Jami’ Li Ahkamil Qur’an jilid V hal 389)
Kemudian mengapa iblis tidak bisa menyesatkan orang-orang yang ikhlas
atau menyimpangkan dari jalan kebenaran ? Hal itu dikarenakan mereka
adalah orang-orang yang senantiasa menjadikan seluruh aktivitas
ibadahnya hanya untuk Allah swt saja, bukan untuk riya atau mencari
kemasyhuran di mata manusia. Keikhlasannya menjadi benteng dan
pertahanan yang sangat kokoh untuk bisa ditembus oleh setan apalagi
dikuasai oleh mereka.
Dalam hal ini, bisa kita simak penuturan
Sayyid Qutb yang menjelaskan tentang hal ini, dia mengatakan bahwa makna
firman-Nya “Sesungguhnya hamba-hamba-Ku’’ yang ikhlas untuk-Ku maka
tidak ada kuasa bagimu (setan) untuk menguasai mereka, tidak bisa
mempengaruhi mereka, tidak bisa engkau jadikan mereka memandang indah
perbuatan maksiat karena kamu terpenjara dihadapan mereka, karena mereka
berada didalam suatu penjagaan yang kokoh dari gangguanmu, karena jalan
masukmu kedalam diri mereka terkunci. Mereka adalah orang-orang yang
menggantungkan pandangan mereka kepada Allah dan mengetahui tipu dayanya
dengan fitrah mereka yang berhubungan erat dengan Allah swt. (Fi
Zhilalil Qur’an juz IV hal 2142)
Iblis meminta kepada Allah swt
Agar dirinya ditangguhkan hingga hari kiamat dan bertekad untuk menggoda
anak-anak Adam agar mengikuti langkah-langkahnya dan kelak juga akan
memasuki neraka bersamanya, sebagaimana firman Allah swt :
Artinya : “Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah
memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang
baik (perbuatan ma’siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan
mereka semuanya, Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara
mereka” Allah berfirman: “Ini adalah jalan yang lurus, kewajiban Aku-lah
(menjaganya). Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu
terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikut kamu, yaitu
orang-orang yang sesat. (QS. Al Hijr : 39 – 42)
Al Qurthubi
mengatakan bahwa “memandang baik” memiliki dua makna : bisa berarti
(memandang baik) perbuatan maksiat dan bisa juga bermakna mereka
disibukkan oleh perhiasan dunia dari ketaatan kepada Allah swt.
Sedangkan makna “pasti aku akan menyesatkan mereka” adalah menyesatkan
mereka dari jalan petunjuk. Diriwayatkan oleh Ibnu al Hai’ah dari
Abdullah dari Daraj Abi as Samh dari Abi al Haitsam dari Abi said al
Khudriy bahwa Rasulullah saw bersabda,”Sesungguhnya iblis berkata,’Wahai
Allah demi keagungan dan kebesaran-Mu pasti aku akan menyesatkan
anak-anak Adam selama ruh mereka berada didalam jasad mereka.’ Maka
Allah berkata,’demi keagungan dan kebesaran-Ku pasti aku akan mengampuni
mereka yang meminta ampunan kepada-Ku.”
Firman-Nya,” kecuali
hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka” para penduduk Madinah
dan Kufah membaca dengan memfathahkan laam yang berarti orang-orang yang
Engkau pilih dan ikhlas. Sedangkan yang lainnya membaca dengan
mengkasrahkan laam yang berarti orang-orang yang mengikhlaskan ibadah
untuk-Mu dari kerusakan atau riya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar